Ini Dia Superkomputer Tercepat di Dunia, Dipakai untuk Bantu Pelajari Fenomena Alam
Superkomputer HPE-Cray EX secara teoritis akan mampu melakukan hampir 20 kuadriliun kalkulasi per detik atau 3,5 kali lebih cepat daripada mesin
TRIBUNJAMBI.COM - Superkomputer di Wyoming akan masuk ketagori tercepat di dunia dan berguna untuk membantu mempelajari fenomena alam, termasuk perubahan iklim, cuaca buruk, kebakaran hutan, dan semburan matahari.
Hewlett Packard Enterprise, yang berbasis di Houston, memenangkan tawaran penyediaan mesin senilai USD 35 juta hingga USD 40 juta untuk pusat superkomputer di Cheyenne, Pusat Penelitian Atmosfer Nasional di Boulder, Colorado.
Superkomputer HPE-Cray EX secara teoritis akan mampu melakukan hampir 20 kuadriliun kalkulasi per detik atau 3,5 kali lebih cepat daripada mesin yang ada di NCAR-Wyoming Supercomputing Center.
Kecepatan maksimum mesin baru tersebut per detik kira-kira sama dengan setiap orang di Bumi yang menyelesaikan persamaan matematika setiap detik selama sebulan penuh.
Baca juga: VIDEO: Fakta-fakta Viralnya Surat Cinta Eiger untuk Youtuber Dian Widiyanarko, Jangan Kaget
Baca juga: VIDEO: Viral Pasangan Gancet di Batubara Usai Nekat Berhubungan Intim di Jalan
Kekuatan itu akan memungkinkan beberapa simulasi paling canggih, tetapi terkait peristiwa alam dan pengaruh manusia dalam skala besar.
Dikutip Tribunjogja dari New York Post, Jumat (29/1/2021), superkomputer tersebut akan menempati peringkat 25 sebagai yang tercepat di dunia setelah dipasang tahun ini dan mulai beroperasi pada awal 2022.
“Superkomputer di Wyoming akan mendukung penelitian dasar dengan cara mengarah kepada prediksi secara lebih rinci dan berguna untuk melihat dunia di sekitar kita,” kata Direktur Pusat Everette Kata Joseph
Dengan demikian, masyarakat bakal lebih tahan terhadap bencana serta berkontribusi terhadap peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.
Sekadar informasi, lebih dari 4.000 orang dari ratusan universitas dan institusi lain di seluruh dunia telah menggunakan pusat superkomputer sejak dibuka pada 2012.
Baca juga: Xi Jinping Terjepit, Sok Berani Lawan Negara Eropa, Kini Jerman Susul Inggris ke Laut China Selatan
Berantas Covid-19
Maret tahun lalu, ratusan ribu sukarelawan berjuang melawan virus corona lewat superkomputer virtual bernama Folding@home.
Ratusan ribu orang telah menambahkan komputer di rumah ke jaringan raksasa yang membentuk superkomputer virtual dan dikenal sebagai Folding@home.
Proyek tersebut menggunakan daya komputasi crowdsourced.
Tujuannya untuk menjalankan simulasi protein bagi para ilmuwan yang mempelajari sekaligus memerangi Covid-19.
Protein-protein itu membantu virus corona menginfeksi sel manusia.
Dengan simulasi komputer, para peneliti berharap bisa sepenuhnya memetakan protein penyakit.
Mereka melakukannya guna mendeteksi kerentanan yang dapat diserang oleh beberapa jenis perawatan secara medis.
Karena lebih banyak sukarelawan menyumbang kekuatan komputasi yang tidak terpakai, superkomputer virtual dapat bekerja lebih cepat.
Siapa pun di seluruh dunia dapat menginstal perangkat lunak proyek tersebut.
Pemimpin proyek, Gregory Bowman, seorang ahli biofisika di Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St Louis, menjelaskan bagaimana sistem itu bekerja dan bagaimana orang dapat membantu melawan corona.
Menurut Bowman, para peneliti mengerjakan skala waktu yang sangat pendek untuk melacak pergerakan kecil atom dalam protein.
Untuk melihat bagaimana protein bergerak lebih dari satu detik, mereka berhitung.
Mereka melakukan perhitungan miliar kuadrat di komputer.
Folding@home dapat melakukan perhitungan dalam satu bulan, tidak seperti komputer biasa yang membutuhkan waktu sampai 100 tahun. (Tribunjogja)
Baca juga: Jalan Tol Jambi-Tempino, Penentuan Penlok Lancar, Masuki Tahap Konsultasi Publik