Harga Sembako di Bungo Masih Mahal, Cabai Merah Capai Rp 38 Ribu Per Kilogram

TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BUNGO - Memasuki bulan kedua di tahun 2021, harga kebutuhan pokok di Kabupaten Bungo melejit.

Berdasarkan pantauan tribunjambi.com, harga Sembako di Pasar Tradisional Modern (PTM) Kota Muara Bungo terbilang 'pedas' atau mahal.

Meski sebagian bahan pokok tersebut mulai turun, beberapa bahan pokok masih bertahan di harga yang sama dalam beberapa bulan terakhir.

Baca juga: Sudah Lama Pensiun, Mantan Kepala Dinas Kesehatan Muarojambi Tak Kunjung Kembalikan Mobil Dinas

Baca juga: Pengolahan Kelapa Dalam di Tanjabbar Belum Dilirik Investor, Kepala DMPTSP: Sebenarnya Berpotensi

Baca juga: Dalami Kasus Perusakan Hutan yang Melibatkan Waka DPRD Tebo, Polisi Koordinasi dengan Kejaksaan

Seperti yang disampaikan Depki, Pedagang Cabai di PTM Muara Bungo menyampaikan bahwa beberapa sembako sudah mengalami penurunan, namun tidak signifikan.

Melonjaknya harga tersebut disebabkan pasokan barang dari petani yang diterimanya dari agen tersebut berkurang.

"Pasokan tipis bang, jadi harga kebutuhan itu naik. Kita pun dapat jatah dari agen berkurang juga," sebutnya kepada Tribunjambi.com, Senin (25/1/2021).

Karena naiknya harga dari agen tersebut dia terpaksa untuk menaikkan harga jual. Sebab jika bertahan di harga lama akan membuatnya merugi.

Sembako yang dijualnya berupa cabai merah yang saat ini dibanderol Rp 36 ribu hingga Rp 38 ribu per kilogram.

Jika dibandingkan sebelumnya, harga telah mengalami penurunan sekitar Rp 2 ribu, berada di kisaran harga Rp 38 ribu - 40 ribu per kilogram.

"Kalau cabai rawit masih bertahan satu minggu terakhir di harga Rp 60 ribu," ungkapnya seraya menyebutkan pasokan dari Padang, Sumatera Barat dan Curup, Provinsi Bengkulu.

Kemudian harga bahan pokok lainnya yang normal seperti Bawang Merah, Depki menjual dikisaran Rp 18 ribu - Rp 22 ribu. Hal demikian juga sama untuk harga Tomat yakni Rp 7 ribu dan Kentang Rp 10 ribu per kilogramnya.

"Bawang putih masih bertahan di harga Rp 24 ribu," katanya.

Sementara jika dilihat dari peminat cabai, Depki mengungkapkan warga Kabupaten Bungo lebih mendominasi pasokan dari Curup, Provinsi Bengkulu. Sebab cabai yang didatangkan dari Padang cenderung lebih pedas.

"Kalau peminatnya bervariasi, cuman sekarang lebih mendominasi cabai dari Curup karena nggak terlalu pedas," tandasnya.