Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Keselamatan Untuk Semua Orang

Bacaan ayat: Yunus 3:10 (TB) - "Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menye

Editor: Suci Rahayu PK
ist
Ilustrasi renungan harian 

Keselamatan Untuk Semua Orang

Bacaan ayat: Yunus 3:10 (TB) - "Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya".

Oleh Pdt Feri Nugroho

Pdt Feri Nugroho
Pdt Feri Nugroho (Instagram @ferinugroho77)

Semua orang setuju bahwa Tuhan itu mengasihi semua manusia.

Hal ini didasarkan pada bukti bahwa Tuhan memberikan hujan kepada semua orang tanpa pandang bulu.

Orang jahat atau orang baik, menurut penilaian manusia, mendapatkan hujan yang sama.

Ketika terjadi tragedi bencanapun, tidak ada pembedaan diantaranya.

Tuhan memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang berupa hak untuk hidup dan menikmati ciptaan Tuhan yang indah.

Tidak ada pola diskriminatif yang terjadi ketika dihubungkan dengan hak azasi manusia.

Setiap orang memiliki kebebasan individual untuk menyembah kepada siapa ia ingin menyembah.

Kebebasan untuk mempunyai kepercayaan, menjadi kebebasan mendasar yang dimiliki setiap orang untuk mengekspresikan percayanya kepada Tuhan.

Sebab semua orang setuju bahwa Tuhan itu baik kepada semua orang.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Yesus Adalah Mesias yang Dijanjikan Untuk Menjadi Juruselamat

Meskipun demikian, sebuah fakta yang tidak bisa kita hindari bahwa ketika seseorang melakukan penyembahan kepada yang dipercaya, pasti terhubung dengan penamaan berdasarkan bahasa yang dipakai.

Berbagai ritual dan simbol dipakai sebagai perwujudan yang kelihatan untuk menyembah Tuhan yang tidak keliatan.

Tanpa disadari setiap ritual dan simbol telah menciptakan pembedaan yang jelas antara satu orang dengan yang lain.

Tidak bisa dihindari akan muncul sebutan terhadap yang lain: tidak seiman, kafir, dan lain-lain; telah menciptakan luka dalam sejarah peradaban manusia.

Luka tersebut menjadi warisan sejarah yang menciptakan pertentangan, permusuhan, peperangan, sampai pada titik upaya meniadakan yang lain.

Pemaknaan harafiah terhadap sebuah istilah, kesalahpahaman terhadap sebuah istilah yang pernah dipakai pada masanya, telah menciptakan berbagai kesalahpahaman lanjutan yang berimbas pada warisan asumsi, apriori dan klaim yang merugikan generasi berikutnya.

Belum lagi ketika masuk dalam pokok ajaran yang menjadi sumber utama pemahaman beriman, tidak bisa dihindari bahwa setiap ritual dan simbol mempunyai dasar pemikiran dan pemaknaan yang berbeda-beda.

Bisa terjadi, sebuah simbol yang sama dimaknai secara berbeda oleh dua pokok ajaran yang tidak sama.

Padahal sebuah ajaran berpengaruh besar pada terciptanya paradigma atau cara berfikir seseorang.

Dalam situasi ini sangat rentan terjadi kesalahpahaman yang mengarah kepada penghakiman.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Yesus Datang Untuk Memulihkan Kehidupan

Yunus diutus ke Niniwe. Sebuah perintah dari Tuhan yang tidak biasa.

Yunus diminta oleh Tuhan untuk memperingatkan Niniwe bahwa mereka telah berdosa dan Tuhan merencanakan penghukuman: empat puluh hari lagi Niniwe akan ditunggang balikan oleh Tuhan.

Persoalan muncul, karena Yunus adalah orang Israel dan Niniwe adalah ibukota Asyur yang bermusuhan dengan Israel.

Sebuah pilihan yang wajar ketika Yunus melarikan diri ke Tarsis.

Rasa nasionalis Yunus mengajak berfikir logis bahwa dengan dihancurkannya Niniwe, bukankah akan berkurang musuh Israel?

Sebagai seorang berasal dari Israel Utara (setelah Israel pecah menjadi dua kerajaan: Israel Utara dan Israel Selatan), tentu Yunus telah terbiasa terdidik dalam pemahaman bahwa Israel adalah bangsa pilihan Tuhan.

Bangsa utama yang mengatasi bangsa-bangsa lain disekitarnya. Bangsa lain adalah musuh yang bisa ditaklukkan.

Sudah sewajarnya jika Tuhan melindungi umat pilihan-Nya dari para musuh yang mengancam.

Bagi Yunus, kasih Tuhan hanya berlaku bagi umat yang percaya, sedangkan yang tidak percaya akan dihukum.

Ringkasnya, Yunus tidak setuju jika Niniwe mendapatkan peringatan dari Tuhan akan datangnya hukuman.

Biarlah Niniwe hancur dan binasa dalam keberdosaannya.

Dengan cara yang ajaib, Tuhan memaksa Yunus untuk tetap pergi ke Niniwe.

Dengan otoritas-Nya, didatangkan badai besar yang membuat Yunus dilemparkan ke laut melalui sebuah undi para penumpang kapal.

Seekor ikan besar menelan Yunus dan memuntahkannya, sampai akhirnya ia menuju Niniwe.

Yunus pun akhirnya harus taat dibawah otoritas Tuhan.

Dia harus berteriak lantang kepada penduduk Niniwe bahwa empat puluh hari lagi kota itu akan dihancurkan.

Ternyata penduduk Niniwe merespon: mereka percaya kepada Tuhan dan mengumandangkan pertobatan.

Dari raja sampai rakyat, juga segala binatang berpuasa dengan harapan hukuman akan dibatalkan oleh Tuhan.

Ternyata pertobatan mereka telah mengubah keputusan Tuhan.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Keadilan Allah selalu Dinyatakan

Kasih Tuhan dinyatakan dan Niniwe pun selamat.
Cerita ini ingin menyatakan kepada kita bahwa Tuhan itu mengasihi semua orang.

Kasih-Nya ajaib berlaku tanpa pandang bulu: melintasi batasan ruang dan waktu, berlaku untuk semua bangsa, tanpa terkecuali.

Tuhan tidak bisa dibelenggu oleh manusia, atau diberangus dalam kepercayaan atau agama. Allah itu mengatasi segala-galanya.

Allah adalah kasih. Fakta ini seharusnya membawa kita pada sebuah kesadaran untuk saling mengasihi sebagaimana yang telah Tuhan lakukan.

Keadilan dan kasih Tuhan dinyatakan secara bersamaan: peringatan diberikan dan kesempatan bertobat menjadi tempat bagi manusia memperbaiki diri dan kasih Allah berupa pengampunan pun diberikan.

Tidak selamanya Tuhan menyampaikan hal baik-baik saja dalam kehidupan.

Berita penghukumanpun disampaikan untuk memberi waktu bertobat.

Jangan pernah membatasi kuasa Tuhan dalam ritual dan simbol.

Tuhan berkarya mengatasi segalanya: bahkan Niniwe yang menurut Yunus sebagai bangsa bukan pilihan Tuhan ternyata bisa merespon dengan percaya dan bertobat.

Dan ajaibnya, dalam otoritas-Nya Tuhan berkenan mengampuni Niniwe meskipun mereka bukan orang Israel.

Tuhan menghendaki sebuah relasi dalam ritual dan simbol. Tanpa relasi maka ritual dan simbol menjadi sia-sia dan tidak berguna.

Tuhan berkenan mengubah keputusan-Nya dan melihat kesungguhan pertobatan Niniwe untuk berbalik kepada-Nya.

Yang perlu dilakukan adalah bertobat: menyadari kesalahan, mengakui keberdosaan, berbalik kepada Tuhan, mohon pengampunan dengan merendahkan diri dihadapan-Nya.

Berpuasa, berkain kabung, duduk diatas abu: menjadi bentuk ritual dan simbol yang menyatakan penyesalan dan pertobatan secara total dan mengubah hidup dalam pembaharuan.

Saatnya memaknai ulang tentang kasih Tuhan atas kehidupan. Lihat orang lain sebagai sesama manusia yang mendapatkan kasih Tuhan yang sama.

Berkaryalah berdasarkan kasih Allah yang tidak terbatas. Bahwa Tuhan mengasihi semua orang, sehingga Tuhan juga menghendaki semua orang diselamatkan. Amin

Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved