UMKM Jambi
Berawal dari Memanfaatkan Kulit Ikan Gabus Tak Terpakai, Mustika Suryani Sukses Buat Keripik Lezat
Bearawal dari memanfaatkan sisa kulit ikan gabus yang tidak terpakai, UMKM Keripik Crispy Renby saat ini sudah mampu memproduksi lebih dari 1000 pack
Penulis: M Yon Rinaldi | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI – Keratifitas dari Mustika Suryani pemilik UMKM Keripik Crispy Renby patut kita apresiasi.
Bearawal dari memanfaatkan sisa kulit ikan gabus yang tidak terpakai, UMKM Keripik Crispy Renby saat ini sudah mampu memproduksi lebih dari 1000 pack kerpik dalam satu minggu.
Berbekalkan hobi masal, enam tahun yang lalu Mustika mengabil sisa-sisa kulit ikan gabus dari saudaranya yang menjual daging ikan gabus untuk di jadikannya esperimen makan ringan.
Baca juga: Download Mr. Queen Sub Indo Episode 12, Kim So Yong Membuat Kentang Tornado dan Kepala Koki Takjub
Hasil eksperimenya tersebut dia bagikan kebeberapa kawan dan tetangganya sebagai test ter.
Ternyata, banyak yang menyukainya hingga memberikanya inspirasi untuk membuat UMKM Keripik Crispy Renby.
Berawal dari Keripik kulit ikannya tersebut wanita berhijab ini terus melakukan inovasi dengan membuat keripik dari tulang ikan. Yang mana saat itu tulang ikan juga menjadi bagian yang tidak terpakai atau di manfaatkan.
Baca juga: TIPS Memilih Durian yang Matang dan Manis, Perhatikan Bentuk, Tangkai dan Aromanya, Begini Caranya
Ternyata, keripik tulang ikanya ini juga diterima pasar dan penjualanya lumayan bagus.
Kemudia dia melanjutkan, membuat keripik dari kulit ikan gabus, jamur dan tempe yang penjualanya juga tidak kalah banyak dari produk sebelumnya.
Terahir dia melahirkan produk dari olahan sayur pare yang terkenal pahit.
Baca juga: Chord Gitar Takkan Ada Cinta Yang Lain dari Eva Celia dan Indra Lesmana
Di tangan Mustika, rasa pahit pare yang menjadi ciri khasnya dari sayur ini seketika sirna.
Dengan lahirnya keripik dari olahan pare ini, saat ini UMKM Keripik Crispi telah memiliki enam produk unggulan yang penjualanya lumayan banyak.
Uniknya, banyaknya penjualan dari UMKM ini, namun pemasaranya belum sepenunya menyentuh moderen market, dan hanya fokus dengan membesarkan Reseller dan penjualan Online.
Hal ini karena sistem payaran tempo yang di berlakukan oleh moderan market belum bisa dia penuhi karenan keterbatasan modal.
Marni mengatakan, Pelaku usaha kecil seperti dia memang memiliki kendala di modal.
" Tapi bukan berarti tidak ada jalan," ujarnya kepada Tribunjambi.com beberapa hari yang lalu.