Selain Pandemi Covid-19, Benarkah Bumi Berputar Lebih Cepat di Tahun 2020? Ternyata Begini

Selain membawa dampak signifikan terhadap pola hidup manusia, Bumi juga berputar lebih cepat di tahun 2020.

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
Bobo Online
Ilustrasi Bulan dan Bumi 

TRIBUNJAMBI.COM - Tahun 2020 agaknya menjadi tahun penuh tantangan bagi setiap orang karena adanya pandemi Virus Corona.

Selain membawa dampak signifikan terhadap pola hidup manusia, Bumi juga berputar lebih cepat di tahun 2020.

Menurut catatan, Bumi berputar lebih cepat 28 hari dibanding 50 tahun yang lalu (1960).

Ini bukan menjadi hal yang menakutkan, pasalnya rotasi planet sedikit bervariasi sepanjang waktu.

Hal ini disebabkan oleh variasi tekanan atmosfer, angin, arus laut dan pergerakan inti.

Baca juga: Lowongan Kerja Bank BNI Pendidikan Minimal S1, Ini Posisi dan Persyaratannya, Cek Lengkapnya di Sini

Baca juga: Mengapa Raffi Ahmad, BCL dan Dokter Tirta Bisa Masuk Daftar Vaksinasi Urutan Pertama? Terungkap

Namun, perputaran yang lebih cepat membuat pencatat waktu internasional tidak nyaman yakni mereka yang menggunakan jam atom ultra-akurat untuk mengukur Waktu Universal Terkoordinasi (UTC).

Melansir laman Science Alert, Kamis (7/1/2021), Waktu yang dibutuhkan Bumi untuk melakukan satu putaran penuh selama 2020 ini menyimpang lebih dari 0,4 detik dari UTC.

Sampai sekarang UTC mendapat penyesuaian yang terdiri dari penambahan 'lompatan kedua' pada tahun di akhir Juni atau Desember 2020, yang membawa kembali waktu astronomi dan waktu atom.

Detik-detik lompatan ini diterapkan karena tren keseluruhan rotasi Bumi telah melambat sejak pengukuran satelit yang akurat dimulai pada akhir 1960 an dan awal 1970-an.

Sejak 1972, para ilmuwan telah menambahkan detik kabisat setiap setengah tahun, menurut National Institute of Standards and Technology (NIST).

Penambahan terakhir pada tahun 2016, ketika Malam Tahun Baru pada 23 jam 59 menit dan 59 detik, tambahan 'detik kabisat' ditambahkan.

Namun menurut Time and Date, percepatan putaran Bumi baru-baru ini membuat para ilmuwan berbicara untuk pertama kalinya tentang lompatan negatif ke dua.

Alih-alih menambahkan satu detik, mereka mungkin mengurangi satu detik.

Itu karena rata-rata panjang hari adalah 86.400 detik, tetapi hari astronomi pada tahun 2021 akan memiliki waktu rata-rata 0,05 milidetik lebih pendek.

Sepanjang tahun, itu akan menambah jeda 19 milidetik dalam waktu atom.

"Sangat mungkin bahwa lompatan negatif kedua akan dibutuhkan, jika laju rotasi Bumi semakin meningkat. Tetapi, itu masih tertalu dini untuk mengatakan apakah hal ini mungkin terjadi," kata Fisikawan, Peter Whibberley dari National Physics Laboratory di Inggris kepada The Telegraph.

"Ada juga diskusi internasional yang sedang berlangsung tentang masa depan detik kabisat, dan mungkin juga kebutuhan akan detik kabisat negatif dapat mendorong keputusan untuk mengakhiri detik kabisat untuk selamanya," lanjutnya.

Tahun 2020 sudah lebih cepat dari biasanya secara astronomis.

Menurut Time and Date, Bumi memecahkan rekor sebelumnya untuk hari astronomi terpendek yang ditetapkan pada 2005 yakni 28 kali.

Hari terpendek tahun itu pada 5 Juli, di mana Bumi menyelesaikan rotasi 1,0516 milidetik lebih cepat.

Sedangkan hari terpendek di tahun 2020 adalah 19 Juli, ketika Bumi menyelesaikan satu putaran 1,4602 milidetik lebih cepat.

Menurut NIST, detik kabisat memiliki pro dan kontra.

Detik Kabisat ini berguna untuk memastikan bahwa pengamatan astronomi disinkronkan dengan waktu jam, tetapi dapat merepotkan beberapa aplikasi pencatatan data dan infrastruktur telekomunikasi.

Beberapa ilmuwan di International Telecommunication Union telah menyarankan agar jarak antara waktu astronomi dan waktu atom melebar hingga 'jam kabisat' diperlukan.

Ini dapat meminimalkan gangguan pada telekomunikasi.

Baca juga: Banyak BUMDes di Tanjab Timur Mati Suri Bahkan Tidak Aktif, Ini Alasannya

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved