Berita Sarolangun
Titik Terang, Anak SAD yang Mendapatkan Pendidikan Nonformal akan Terdaftar di Dapodik
Lembaga yang paling tersohor yang berkutat memberikan pendidikan baca tulis dan hitung bagi orang rimba
Penulis: Rifani Halim | Editor: Nani Rachmaini
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Beberapa lembaga baik di dalam pemerintahan maupun diluar pemerintah kian berlomba-lomba untuk memberikan kelayakan pendidikan bagi masyarakat adat suku anak dalam di kabupaten Sarolangun.
Lembaga yang paling tersohor yang berkutat memberikan pendidikan baca tulis dan hitung bagi orang rimba di Jambi yakni adalah KKI Warsi.
Namun tak dapat di pungkiri kini Pemda Sarolangun, Balai Taman Nasional Bukit Duabelas, PT sal, juga telah juga ikut ambil posisi mencerdaskan anak-anak komunitas adat orang rimba di Sarolangun, terkhusus di kecamatan Air Hitam.
Tentulah tak seimbang jikalau tujuan mulia dari lembaga pendidikan negara seperti dinas pendidikan kabupaten Sarolangun tak bersinergi dengan beberapa lembaga yang juga lebih dahulu memberikan pendidikan bagi masyarakat rimba yang hidup dengan gaya nomaden di Sarolangun.
Beberapa lembaga yang ikut mengajar untuk mencerdaskan orang rimba di Sarolangun, kecamatan Air Hitam lumayan banyak, yakni Warsi, Balai Taman Nasional Bukit Duabelas, PT sal, dan beberapa sekolah terdekat dikawasan taman nasional bukit 12, kini telah berkolaborasi.
Ade Chandra, kordinator program WARSI menyatakan, ternyata masing-masing lembaga memiliki program-program pendidikan untuk orang rimba, semua tujuannya untuk memberikan pengetahuan kepada orang rimba.
"Dinas pendidikan selaku yang bertanggung jawab dan memberikan pendidikan kepada masyarakat, mencoba untuk mengkoordinasikan lembaga yang punya perhatian pada masyarakat rimba yang memberikan pendidikan non formal," kata Ade Chandra, setelah melakukan rapat kolaborasi dengan dinas pendidikan kabupaten Sarolangun, Balai Taman Nasional Bukit Duabelas, PT sal dan beberapa sekolah di dekat kawasan taman nasional bukit Duabelas, selasa (22/12/2020).
Sinergi dan kolaborasi para pihak dalam meningkatkan layanan pendidikan bagi komunitas adat orang rimba, berlangsung di aula dinas pendidikan kabupaten Sarolangun.
Hal itu tentunya menjadi titik temu agar agar lembaga baik pemerintah maupun swasta tidak menonjolkan lembaga masing-masing.
"Dengan dikoordinasikan oleh pihak dinas pendidikan tersebut, sehingga mempunyai modul yang sama, punya cara yang sama. Paling tidak, ada metode pendidikan nasional," kata Ade Chandra.
Sesuai dari kesepakatan bersama dari pihak dinas pendidikan Sarolangun, Warsi, Balai Taman Nasional Bukit Duabelas, PT sal dan beberapa sekolah di dekat kawasan taman Nasional Bukit Duabelas, dan juga hadir perwakilan suku anak dalam, anak-anak rimba yang diberikan pendidikan dari lembaga tersebut harus terdaftar di dapodik dinas pendidikan, agar anak-anak rimba memiliki kesetaraan baik pendidikan maupun admistrasi di dinas pendidikan.
Baca juga: Tingkatkan Kapasitas Jaringan Telkomsel Optimis Layani Pelanggan Sumbagsel Saat Natal dan Tahun Baru
Baca juga: Angka Penambahan Pasien Covid-19, Sembuh Hari Ini Lebih Banyak di Provinsi Jambi
Baca juga: Bus di Terminal Sri Bulan Sarolangun Mengalami Kenaikan Lima Hingga Tujuh Persen, Bus ALS Terbanyak
Dadi keputusan yang di adakan tersebut, lembaga yang melakukan pendidikan kepada SAD, harus terdata atau dilakukan pendataan oleh masing-masing pihak yang memiliki anak didik.
Pendataan tersebut bertujuan agar tidak ada tumpang tindih antar lembaga-lembaga yang mengajar baik pihak sekolah maupun pihak di luar pemerintah.
Ade Chandra juga menjelaskan, tujuan dari pendataan yang sudah di sepakati agar dinas pendidikan tau dan terdaftar di Dapodik.
Setelah terdata di Dapodik, nantinya akan ada anggaran yang di berikan pemerintah ke lembaga yang mengajarkan pendidikan bagi komunitas adat orang rimba.
"Umpamanya anak tersebut tidak belajar di sekolah formal, bisa juga belajar di sekolah non formal yang di asu oleh lembaga dengan skema PKPM dan akan mendapatkan akses juga dari pemerintah," ungkap Ade Chandra.
Sisi lain, anak-anak sad yang mendapatkan ilmu dari lembaga non formal tentu juga mengingingkan legalitas untuk melanjutkan ke tingkat selanjutnya, tentu hal ini menjadi titik terang bagi anak-anak SAD kedepannya.
"Anak rimba akan bisa di daftarkan ke sekolah terdekat, Nanti sekolah yang bersangkutan bisa juga dari kelas jauh. Nantinya dia ikut ujian persamaan, mungkin bisa di keluarkan ijazahnya melanjutkan sekolah di tingkat SMP, banyak juga itu yang sudah melanjutkan ke SMP," ungkap Ade Chandra.
Tujuan musyawarah yang dilakukan pihak tersebut juga bertujuan agar tidak ada lagi miskomunikasi antar lembaga, bersatu dengan satu gerbong yang sama untuk memajukan pendidikan bagi anak orang rimba terkhusus di kecamatan Air Hitam, kabupaten Sarolangun.
Kedepannya, rapat kordinasi antar lembaga yang mengajarkan pendidikan bagi Suku Anak Dalam akan di lakukan pertiga bulan demi mencerdaskan anak-anak komunitas adat orang rimba. (Tribun Jambi/Rifani Halim)