Kisah Kopassus
Kisah Kopassus, Cara Baret Merah Berlatih Beda dengan Pasukan Lainnya, Simak Tahapannya
Untuk mendapatkan baret merah dan brevet komando kebanggaan korps tersebut, prajurit harus melewati pelatihan khusus yang nyaris melewati kemampuan ba
TRIBUNJAMBI.COM - Sudah terkenal ahli diberbagai medan perang, Komando Pasukan Khusus ternyata memang sudah dibentuk dengan latihan keras dan seleksi ketat.
Menjadi anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD menjadi kebanggaan bagi setiap prajurit TNI AD.
Bangga menjadi anggota Kopassus TNI AD karena untuk masuk harus melewati seleksi yang sangat berat.
Tidak semua prajurit TNI AD bisa masuk Kopassus. Buktinya dalam sebuah seleksi, calon prajurit Kopassus yang awalnya 6.400 orang, berkurang menjadi 2.500 orang.
Sehingga ada sekitar 3.900 prajurit yang tak lulus.
Baca juga: Kisah Kopassus, Tak Sadar Tubuh Terkena Tembakan Saat Lakukan Pengejaran Terhadap Musuh
Baca juga: Kisah Kopassus, Tersesat Selama 18 Hari di Dalam Hutan dengan Ketinggian 4.000 Mdpl
Baca juga: Kisah Kopassus, Baret Merah Melawan PGRS, Mencari Pelaku Penembakan Anggota Kopassus
Setelah lolos, calon komando Kopassus akan mengikuti serangkaian pelatihan yang tidak mudah, mendaki gunung, menjelajah hutan, hingga berenang menyeberangi Nusakambangan.
Tahap akhir pendidikan komando Kopassus di Nusakambangan itu lah yang paling mengerikan, sehingga dikenal week hell atau Minggu Neraka.
Seperti inilah beratnya seleksi untuk menjadi prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Kopassus merupakan bagian dari Komando Utama tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat, Indonesia.
Kemampuan khusus yang dimiliki anggota Kopassus antara lain bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror.
Diketahui, dalam sejarah Kopassus, kesatuan baret merah TNI AD ini pernah melakukan seleksi ulang hingga membuat lebih dari 3.000 prajuritnya dinyatakan tak lulus.
Dilansir dari buku 'Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', karya Hendro Subroto via Intisari (grup TribunJatim.com), saat itu Kopassus memang tengah melakukan perampingan organisasi besar-besaran, sehingga diadakan seleksi yang berat.
Seleksi yang berat itu membuat prajurit kopassus yang awalnya 6.400 orang, berkurang menjadi 2.500 orang.
Sehingga ada sekitar 3.900 prajurit yang tak lulus.
Seleksi itu bertujuan menilai kemampuan fisik, mental, dan kecerdasan para prajurit kopassus.
"Di antara kegiatan latihan itu, harus menyeberangi berbagai jurang untuk latihan fisik dan mental, kurang waktu untuk tidur dan istirahat selama satu minggu, serta membaca peta dan situasi untuk uji kecerdasan," tulis Hendro Subroto berdasarkan kesaksian Sintong.