Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Jadilah Berbahagia dalam Segala Keadaan

Bacaan ayat: Matius 5:3 (TB) "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Kamus Besar Bahasa Indo

Editor: Suci Rahayu PK
helptoquit.com.au
Ilustrasi tertawa 

Jadilah Berbahagia dalam Segala Keadaan

Bacaan ayat: Matius 5:3 (TB) - Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.

Oleh Pdt Feri Nugroho

Pdt Feri Nugroho, S.Th, GKSBS Palembang Siloam
Pdt Feri Nugroho, S.Th, GKSBS Palembang Siloam (ist)

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata miskin sebagai kondisi tidak berharta atau hidup kekurangan.

Mengacu pada arti tersebut, bisa kita pahami bahwa kata miskin identik dengan kondisi yang tidak menyenangkan bagi siapa saja. Jangankan untuk menikmati kehidupan, sekedar memenuhi kebutuhan pokok pun terasa sulit.

Pangan, papan dan sandang seakan menjadi barang mewah yang sulit dijangkau.

Kondisi ini tentu menjadi kondisi yang sangat memprihatinkan ketika dinilai oleh seseorang yang hidup dalam kemewahan.

Sejarah memperlihatkan, bahwa kemiskinan selalu dekat dengan kehidupan manusia.

Entah karena faktor alam yang menjadi tempat tinggal, kegagalan dalam usaha atau terbentuk oleh sistem yang menciptakan kesenjangan sosial sehingga kemiskinan tercipta.

Apapun penyebabnya kemiskinan, bukan hal yang ingin dipilih oleh seseorang dalam menjalani kehidupan.

Ilustrasi kemiskinan
Ilustrasi kemiskinan (net)

Karena miskin itu identik dengan penderitaan, dan tidak ada orang yang ingin menderita hidupnya.

Dalam sejarah masa lalu manusia, ketika peperangan menjadi alat untuk meraih kekuasaan, pihak yang menang biasanya akan menindas pihak yang kalah.

Kota-kota akan diratakan dengan tanah, kekayaan akan dirampas sebagai barang jarahan, orang yang kuat akan dipekerjakan sebagai tawanan atau budak, dan yang miskin ditinggalkan untuk mati kelaparan.
Israel ketika menjadi bangsa yang terbuang mengalami hal yang sama.

Bahkan sampai dengan masa kehidupan Yesus, Israel tidak mampu bangkit menjadi sebuah bangsa; hanya satu suku yang masih bertahan, yaitu Yehuda, yang kemudian disebut sebagai orang Yahudi.

Penjajahan Romawi, pada satu sisi menciptakan stabilitas keamanan, ternyata tidak pernah berfikir untuk memajukan bangsa jajahannya.

Akibatnya, penderitaan dan kemiskinan ada dimana-mana.

Di setiap ujung gang dan lorong, ditemukan banyak orang sakit dan miskin mencari belas kasihan orang-orang yang berlalu lalang.

Dalam situasi seperti itu bagaimana mungkin Yesus justru mewartakan bahwa: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga."?

Bagaimana kebahagiaan akan muncul dalam kemiskinan?

Bagaimana mewujudkan kebahagiaan tersebut, sementara kehidupannya miskin?

Konteks yang dihadapi oleh Yesus menjadi latar belakang pengajaran-Nya.

Secara sederhana, Yesus hendak memberikan penghiburan bagi mereka yang merasa diri sebagai orang miskin dalam arti yang sebenarnya, yaitu ketiadaan harta yang cukup.

Pengajaran penghiburan ini hendak mengajak para murid untuk melihat dan menilai segala sesuatu, bukan hanya didasarkan pada ukuran nilai harta benda, namun pada keberhargaan kehidupan di hadapan Allah.

Di hadapan Allah, semua orang adalah sama.

Harta berlimpah tidak menentukan posisinya dihadapan Allah, jika hidupnya tidak sesuai dengan kehendak-Nya.

Bahkan yang miskin pun lebih berharga, jika hidup dalam ketaatan kepada Allah.

Pengajaran Yesus membawa para murid untuk memahami bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah untuk menjadikan seseorang hidup dalam kebahagiaan.

Kemiskinan tidak menghalangi seseorang untuk tetap menjadi pribadi yang berbahagia, asal yang bersangkutan mempunyai pemahaman yang benar terhadap kehidupannya.

Pengajaran Yesus ini yang membuat banyak orang miskin dan menderita, datang berduyun-duyun untuk mendengarkan pengajaran-Nya.

Apalagi dinyatakan bahwa mereka yang miskin inilah yang empunya Kerajaan Sorga; menjadi penghuni dan pemilik Sorga. Tentu ini menjadi saya pikat kuat bagi banyak orang.

Pada masa kini, pengajaran Yesus tetap memberikan inspirasi positif bagi kehidupan.

Namun jangan salah paham: Yesus tidak sedang mendorong seseorang untuk mencari kemiskinan atau mengajak orang untuk hidup miskin.

Yesus sedang mengajarkan bahwa kebahagiaan tidak ditentukan oleh kepemilikan harta benda.

Banyak orang yang kaya, justru tidak bahagia dan penuh dengan rasa kuatir.

Sebaliknya, mereka yang disebut miskin justru dapat menikmati kehidupan dengan baik.

Yang utama bukan tentang kaya atau miskin, namun hidup bergantung kepada Allah, sebagai sumber berkat.

Hidup percaya kepada Allah, bahwa Ia akan terus mencukupi apa yang kita perlukan dan butuhkan. Hiduplah dekat dengan Allah.

Bangun komunikasi dengan Dia melalui doa dan ibadah, sebagai cara termudah untuk berelasi dengan Allah. Hiduplah bergantung penuh kepada Dia dalam segala situasi dan keadaan.

Dia hadir untuk memelihara kehidupanmu yang bersandar kepada-Nya.

Pada akhirnya, kebahagiaan sejati akan kita miliki, karena empunya Kerajaan Sorga.

Itu bukan hanya terjadi nanti, terapi juga kini, saat ini dan disini. Jadikan dan tempatkan Allah sebagai Raja atas kehidupanmu, maka Kerajaan Sorga itu nyata, dekat sekali dengan kita, dan kita ada didalamnya.

Berbahagia itu sebuah pilihan; pilihan untuk menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya sumber berkat dalam kehidupan. Amin

Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Siloam Palembang

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved