Kisah Anggota Kopassus
Kisah Anggota Kopassus, Meski Berjarak 900 Meter dengan Musuh, Tembakan Masih Tepat Sasaran
Dalam misi tempur sebagai seorang sniper di medan tempur Timor Timur, salah satu tugas Pak Tatang adalah memburu pimpinan tertinggi Fretilin saat itu
Apalagi sesuai dengan doktrin pendidikannya, seorang sniper bukan hanya bertugas melaksanakan pengawalan tapi harus mampu menembus wilayah musuh secara senyap untuk melaksanakan missi intelijen.
Selain itu, sniper yang berhasil memasuki jantung wilayah musuh tanpa terdeteksi juga bertugas menciptakan kekacuan dengan cara melumpuhkan sasaran terpilih, khususnya komandan tertinggi yang bertugas mengendalikan jalannya peperangan.
Demi bisa menjalankan fungsi sniper yang sesungguhnya di medan tempur, Tatang pun kemudian memberanikan diri untuk minta ijin kepada Kolonel Edi untuk masuk ke medan tempur lawan dan ternyata diperbolehkan.
Tatang terjun dalam pertempuran di kawasan Lautem, Lospalos Utara, dan masih menghadapi perlawanan sengit dari Fretilin. Melalui taktik perang gerilya yang dterapkan di kawasan pegunungan dan pantai, pasukan TNI harus bertempur mati-matian untuk menghancurkan kekuatan Fretilin.
Tatang untuk pertama kali menembak mati targetnya yang bertempur menggunakan senapan otomatis dalam pertempuran terbuka di Lautem.
Tembakan awal yang sempat mengguncang jiwanya karena dirinya ternyata telah membunuh manusia.
Tapi karena Tatang menyadari bahwa di medan perang seorang tentara hanya mengenal doktrin dibunuh atau membunuh, untuk menjatuhkan sasaran tembak berikutnya ia sudah merasa biasa.
Salah satu misi tempur Tatang yang menghasilkan kill hingga 49 korban adalah ketika Tatang bertempur untuk menghadang serangan pasukan Fretilin di kawasan Remexio (1977).
Medan tempur Remexio yang bergunung dan terletak di belakang kota Dili memang dikenal sebagai kuburan bagi pasukan TNI mengingat begitu banyak prajurit yang gugur.
Sebelum berangkat ke medan perang di pegunungan Remexio, yang terletak sekitar 30 km dari kota Dili, Tatang membekali diri dengan senapan Winchester M-70 berperedam suara lengkap dengan 50 butir peluru kaliber 7.62 mm berwarna putih.
Sesuai doktrin pelatihan sniper Green Beret, setiap sniper yang bertugas perang diperintahkan membawa 50 peluru. Sebanyak 49 peluru untuk musuh, sedangkan satu peluru yang tersisa untuk sniper-nya.
Melalui doktrin latihan sniper, Tatang ditekankan lebih baik seorang sniper mati bunuh diri daripada tertangkap musuh.
Prinsip menyediakan satu peluru untuk menembak dirinya sendiri itu sebenarnya tidak asing di kalangan pasukan khusus. Pasukan Legiun Asing Perancis misalnya, juga memerintahkan untuk menyisakan satu peluru untuk dirinya sendiri daripada menyerah lalu ditangkap musuh dan disiksa habis-habisan.
Pasukan Jepang pada PD II juga punya prinsip sisakan satu peluru untuk dirinya sendiri atau lebih ngeri lagi : sisakan satu granat untuk dirinya sendiri dan mati berkeping-keping bersama pasukan musuh yang mengelilingi.
Dengan missi tempur one way ticket itu, Tatang sudah paham apa yang harus dihadapi. Oleh karena itu ia sering membawa foto keluarga dengan alasan kalau harus gugur di medan tempur, ia merasa mati di tengah-tengah keluarganya.