UMKM Jambi
Pelaku UMKM Ini Tetap Setia Berjualan Es Krim Keliling, Walaupun Sudah Sepi Pembeli
Dampak pandemi Corona memang dirasakan di segala sektor, termasuk sektor ekonomi, khususnya pelaku UMKM sangat merasakan
Penulis: M Yon Rinaldi | Editor: Nani Rachmaini
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Dampak pandemi corona memang dirasakan di segala sektor, termasuk sektor ekonomi, khususnya pelaku UMKM sangat merasakan dampak dari pandemi ini.
Satu diantara pelaku ekonomi mikro Sugianto mengaku dia sangat merasakan sekali dampak dari pandemi Corona ini. Apa lagi Dia hanya pedagang es krim keliling.
"Sekarang sangat susah jualan," katanya kepada jurnalis Tribunjambi.com saat membeli es krim yang dijajahkannya beberapa hari yang lalu.
Sugianto mengaku kesehariannya dia biasa berjualan di sekolah - sekolah SD yang ada di kecamatan Jelutung.
Mengandalkan gerobak es krimnya yang berwarna biru itu dia setiap pagi mangkal dari satu sekolah ke sekolah yang lain.
Baca juga: UMKM di Jambi Berjualan Bakso dengan Konsep Unik, Anti Mainstream Tapi Pangsa Pasarnya Menggiurkan
Baca juga: Doa dan Dzikir Setelah Sholat Magrib, Sholat Isya, Sholat Subuh, Sholat Dzuhur & Sholat Ashar
Baca juga: All New Honda Scoopy Akan Jadi Incaran, Harga Mulai Rp 20,5 Juta Ini Keunggulan dan Fitur Terbarunya
Baru di siang harinya keliling menyusuri jalan yang ada di kecamatan Jelutung.
Terkadang dia juga berkeliling di sekitaran Kelurahan The hok.
Namun , semenjak sekolah diliburkan, dia agak kesulitan mencari Rezeki, pendapatannya menurun drastis, walaupun masih tetap ada yang membeli es krimnya.
Ketika Tribunjambi.com menyarankan untuk beralih profesi. Sugianto terlihat tidak tertarik.
"Keahlianku hanya disini," ujarnya
Dia Pun memilih untuk tetap berjualan es krim walaupun sudah sangat sepi pembeli
Pria paruh baya yang tinggal di belakang Polda ini sudah sejak tahun 90 an menjajakan es krim di Kota Jambi.
Dia hafal betul setiap jalan di kecamatan ini. Bahkan bisa dikatakan dia merupakan saksi sejarah perkembangan kecamatan Jelutung dari tahun ke tahun.
Sudah banyak pelanggan es krimnya dulu, yang menjadi orang besar. Bahkan pelanggan es krim Sugianto sudah turun temurun.
Banyak dari anak-anak yang menjadi pelanggan es krimnya saat ini. Orang tuanya dahulu juga pelanggan setia eskrimnya
Sugianto mengatakan, dia masih mengingat sebagian dari pelangganya dulu. ( Tribunjambi.com/rinaldi).
--
UMKM di Jambi Berjualan Bakso dengan Konsep Unik, Anti Mainstream Tapi Pangsa Pasarnya Menggiurkan
Bakso merupakan makanan khas Indonesia, hampir di seluruh pelosok negeri ini ditemukan kuliner satu ini.
Makanan yang terbuat dari daging ini disajikan selagi hangat.
Selain itu dalam satu mangkuk bakso juga terdapat mie kuning dan putih.
Menu ini biasanya dijajakan keliling menggunakan gerobak, dentingan bunyi sendok yang beradu dengan piring menjadi pertanda adanya pedagang bakso.
Selain itu ada juga yang menjajakan nya dengan membuka warung.
Di Jambi, warung bakso sendiri bagaikan jamur di kala hujan. Menjamur hampir di setiap pelosok Kota Jambi.
Seiring perkembangan zaman, ada juga yang menjajakannya dengan cara delivery menggunakan jasa ojek online.
Untuk delivery biasanya antar bakso dan kuahnya dipisahkan, tujuannya agar bakso dan mienya tidak cepat mengembang dan menjaga kekhasan rasanya.
Namun, UMKM Bakso Adeca memiliki cara sendiri dalam memasarkan baksonya, bisa dibilang anti mainstream, tapi uniknya dia malah memiliki pangsa pasarnya sendiri.
Jika, penjual bakso pada umumnya menjual bakso dengan paket komplit.
Mulai dari baksonya, kuahnya, sampai mie dan berbagai toping lainnya.
Di bakso Adeca yang di jual hanya baksonya saja, tanpa mie dan tanpa kuah.
Eka Tania pemilik UMKM Bakso Adeca mengatakan, dia hanya menjual baksonya saja.
“Tanpa mie, kuah maupun toping yang lainnya,” katanya kepada Tribunjambi.com beberapa hari yang lalu.
Cara menjual Eka sepintas mirip dengan mie instan."
"Di sini Eka tidak hanya menjual baksonya saja tapi dilengkapi dengan bumbu baksonya.
Konsumen tinggal memasak air dan memasukkan bumbu bakso tadi, persis seperti cara penyajian mie instan.
Baca juga: All New Honda Scoopy Akan Jadi Incaran, Harga Mulai Rp 20,5 Juta Ini Keunggulan dan Fitur Terbarunya
Baca juga: Chord Kunci Gitar dan Lirik Lagu Ayat-ayat Cinta - Rossa, Kasih bukan sekadar cinta
Baca juga: Terseret Kasus Video Syur, Nasib Gisel Menunggu Hasil Forensik, Polisi : Analisa Wajah Tidak Mudah
Cara pemasarannya juga unik, Eka tidak memiliki warung, tapi dia juga tidak begitu aktif di sosial media.
Eka yang tinggal di belakang BLK Telanai Kota Jambi ini penjualannya hanya mengandalkan pesanan saja.
Tapi walaupun begitu, dalam satu hari dia mampu menjual 30 bungkus, atau 60 kilogram bakso.
Satu bungkus berisi setengah kilogram bakso dia jual hanya Rp 25 ribu.
Selain bakso wanita berhijab ini juga menjual tahu isi daging, tahu isi daging ini dijualnya hanya Rp 20 ribu per 14 potong.
Setiap bungkus tahu isinya dilengkapi dengan kuah kacang, sehingga sepintas seperti makan siomay.
Eka Tania yang biasa dipanggil Buk de ini juga menjual beraneka ragam lauk masak, mulai dari ikan panggang, ayam panggang dan beraneka lauk makan lainnya.
Cara penjualannya juga sama dengan bakso tadi, tidak memiliki warung juga tidak begitu aktif di sosmed tapi orderannya tetap banyak, bahkan lebih banyak dari orderan bakso. (Tribunjambi.com/Rinaldi)