Kisah Penjaga Rimba Terakhir Dalam Buku, Gentar Mengancam Minum Racun Bila Dilarang Sekolah
Gentar Tampung berasal dari kelompok Orang Rimba yang tinggal di Sungai Makekal, Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi
Penulis: Suang Sitanggang | Editor: Suang Sitanggang
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Gentar Tampung membaca kata demi kata yang tertera buku yang ia pegang. Agak terbata-bata. Hanya beberapa kalimat saja yang ia baca. Selanjutnya ia memilih bercerita, terkait isi buku itu.
Sekitar 100 orang yang menontonnya, live di zoom dan YouTube, Kamis (28/10).
Buku yang dipegang Gentar Tampung ini memiliki ketebalan 570 halaman, yang ditulis oleh Mardiyah Chamim. Ia tidak begitu sulit menceritakan, sebab yang ditulis dalam buku tersebut sebagian besar merupakan tentang Orang Rimba.
Gentar merupakan bagian dari suku ini.
Gentar Tampung berasal dari kelompok Orang Rimba yang tinggal di Sungai Makekal, Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi.
Kisahnya sangat unik untuk bisa membaca dan menulis, suatu aktivitas yang dilarang di sukunya hingga dua dekade lalu. Ia bercerita dengan dialek khasnya.
Ia jadi satu di antara pemapar dalam grand launching buku ‘Menjaga Rimba Trakhir’, satu panggung dengan Mardiyah Chamim sebagai penulis; Robert Aritonang, Antropolog KKI Warsi; dan Jasmir Jumadi, Parimbo Nagari Sirukam.
Sementara pembahas ada tiga orang, satu di antaranya adalah Sandra Moniaga, Komisioner Komnas HAM.
Gentar Tampung menceritakan, saat ingin bisa baca tulis, usianya sudah belasan tahun. Pada saat itu tim dari KKI Warsi sudah mulai masuk untuk melakukan pendampingan, dan ingin mengajar anak-anak di sana.
Orang Rimba saat itu masih belum membolehkan anaknya belajar.
Keinginan Gentar untuk bisa baca tulis terhalang restu orangtua, juga penolakan dari sukunya. Terjadi perdebatan antara Gentar dengan orangtuanya.
Masing-masing kokoh pada prinsipnya. Tidak ada solusi, bahkan yang ada adalah ancaman.
Gentar masih ingat betul ancaman orangtuanya, demi mencegah anaknya belajar.
“Orangtua saya melarang, mengancam akan minum racun kalau saya ikut sekolah atau belajar,” ujarnya. Tapi ia tidak habis akal, ia ingin keinginan baiknya juga bisa dapat restu.
“Saya juga akhirnya bilang ke orangtua, kalau saya tidak dibolehkan belajar, saya akan minum racun,” ucap Gentar, menjawab orangtuanya.