Pilpres Amerika Serikat
Joe Biden Jadi Presiden Amerika Serikat yang Baru, Ini Dampaknya Bagi Indonesia, Baik atau Buruk?
Wajar saja, negara-negara di dunia ingin mengetahui siapa sosok Presiden Amerika Serikat di masa 2020-2024 kedepan.
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Bisa dikatakan, dalam pesta demokrasi, Pemilihan Presiden Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2020 jadi sorotan dunia.
Wajar saja, negara-negara di dunia ingin mengetahui siapa sosok Presiden Amerika Serikat di masa 2020-2024 kedepan.
Namun, rakyat Amerika Serikat telah menentukan pilihan, Joe Biden dari Partai Demokrat terpilih jadi Presiden Amerika Serikat yang baru.
Meski belum secara resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat yang baru. Secara penghitungan suara, Joe Biden unggul jauh dari petahana, Presiden Donald Trump.
Baca juga: INI Hasil Akhir Pilpres AS, Sabtu 7 Nov 2020, Selamat Joe Biden Jadi Presiden Baru Amerika Serikat
Baca juga: Enggan Beri Selamat ke Joe Biden, Donald Trump Bakal Rusak 124 Tahun Sejarah AS yang Sudah Tercipta
Baca juga: Pidato Pertama Kemenangan Joe Biden, Awal Menjabat Akan Tangani Covid-19

Nah dengan terpilihnya Joe Biden dari partai Demokrat, akan ada dampaknya bagi Indonesia?
Menurut Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W Kamdani mengatakan, kedua kandidat itu memiliki pro kontra, dan masing-masing kandidat memiliki gaya yang berbeda serta efek kebijakan yang berbeda pula.
"Kami tidak bisa bilang bahwa pemerintahan Trump atau Biden, presiden dari Partai demokrat atau Republik lebih baik atau lebih buruk untuk Indonesia dan pelaku usaha Indonesia. Hanya saja gayanya berbeda dan efek kebijakannya juga berbeda," ujar Shinta kepada Kontan.co.id, Rabu (4/10).
Dia pun berpendapat, Indonesia yang perlu fleksibel dalam menyesuaikan diri, baik dari sisi daya tarik iklim usaha dan investasi di dalam negeri maupun dalam melakukan lobi.
Dengan begitu, Indonesia masih tetap mendapatkan keuntungan dari kebijakan Presiden AS.

Namun diketahui, Joe Biden yang terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat, maka menurut Shinta limited trade deal mungkin akan membutuhkan waktu lebih lama atau perlu ditransformasikan.
Dia menilai, hal ini dikarenakan Biden memiliki agenda tersendiri terkait mulitlateralisme dan AS yang mungkin beralih menjadi lebih menyukai kesepakatan dagang yang patu dengan aturan WTO.
"Di luar itu, kami tidak memproyeksikan banyak perubahan karena semua tergantung pada daya tarik iklim usaha dan investasi Indonesia, khususnya karena konflik AS-China dan negara-negara cenderung terus dipertahankan oleh Biden karena kebutuhan ekonomi internalnya sendiri, khususnya untuk job creation," kata Shinta.
Dia juga menambahkan, sektor-sektor ekonomi nasional yang diuntungkan dari Amerika Serikat masih sama saja mengingat tidak ada perubahan yang signifikan berkaitan dengan komoditas ekspor unggulan maupun sektor investasi yang diminati AS di Indonesia baik bila dipimpin Trump ataupun Biden.
Namun, Shinta juga sempat memberikan pendapatnya bila Donald Trump yang masih menjadi Presiden Amerika Serikat.
Menurut Shinta, kepemimpinan Trump sangat berbeda dengan pemerintahan Demokrat.
Baca juga: Chord Kunci Gitar Pergilah Kau - Sherina, Kamu Takkan Mengerti Rasa Sakit Ini
Baca juga: VIDEO Video Panas Full Mirip Gisel Anastasia Trending di Twitter Hari Ini
Baca juga: Promo JSM Giant Hari Kedua, Harga Hemat Buah, Ayam, Udang, Susu, Gula, Detergen, Peralatan Masak