Tribun WIKI

Cerita Ketua IDI Jambi, dari Kuliah di Berbagai Jurusan hingga Kiat Atur Waktu bersama Keluarga

Pria yang bernama lengkap Dr dr Deri Mulyadi, Sp OT SH MH Kes M Kes membuka rahasianya.

Tribunjambi/mareza
dr Deri Mulyadi, Ketua IDI Jambi 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Provinsi Jambi termasuk satu di antara yang berjuang dalam penanganan Covid-19. Hal itu tidak terlepas dari peran Ketua IDI Jambi, dr Deri Mulyadi.

Dalam lawatannya ke Tribun Jambi, dr Deri menceritakan awal mula dia terjun ke dunia kedokteran.

Pria yang bernama lengkap Dr dr Deri Mulyadi, Sp OT SH MH Kes M Kes membuka rahasianya.

Ternyata, sebelum menjadi seorang dokter, dia pernah melanjutkan pendidikan di Fakultas Teknik di sebuah kampus di Bandung.

Baca juga: Pemulihan Ekonomi dan Pendidikan Jadi Prioritas SZ-Erick

Baca juga: Selamat Berbahagia Sherina Munaf dan Baskara Mahendra Menikah Pagi Tadi

Baca juga: Napak Tilas Jalur Rempah Nusantara, BPCB Provinsi Jambi Gelar FGD Bersama Pemkab Tanjabtim

Namun, dia urung menyelesaikan kuliah di sana dan memilih melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, setahun kemudian.

"Saya belum pernah terpikir menjadi dokter. Malah kuliah pertama saya di Fakultas Teknik, jurusan Teknik Industri. Tahun kedua, saya disuruh orang tua ambil kedokteran. Mungkin itulah jalan hidup saya, saya bukan orang tepat untuk menjadi seorang insinyur," tuturnya.

Bagi Deri, melanjutkan pendidikan di kedokteran merupakan hal yang sangat disyukuri. Meski, menurut dia, mempelajari ilmu kedokteran sangat sulit.

Itu dia sampaikan lantaran juga pernah mengenyam di Fakultas Teknik dan Fakultas Hukum. Ada perbedaan yang kontras di sana.

Dia merasa, kuliah di kedokteran sangat menyita kehidupannya, sebab dia harus sangat fokus ke bidang keilmuan itu.

Walakin, dari sanalah dia menjalani dan menghayati profesi seorang dokter.

Apa lagi, dokter yang menjadi spesialis ortopedi ini suka belajar dan menjadikan apa yang terjadi dalam hidupnya sebagai pembelajaran.

"Saya suka belajar. Menurut saya, kita harus pelajari semua ilmu. Belajar itu kan, sampai mati," ujarnya.

Pengalaman ketika menjadi dokter juga menjadi pelajaran berarti buatnya. Semuanya, bagi dr Deri, sangat berkesan.

Kesan yang paling mendalam baginya ketika dia berhasil membantu orang yang tertimpa musibah dan tidak punya apa-apa.

Itu sangat berarti baginya, dan dia berharap, juga berarti bagi pasien yang ditolong.

Bekerja sebagai dokter berarti bekerja untuk kemanusiaan. Deri bilang, selalu ada hal yang mengetuk pintu hati untuk berbuat baik kepada pasien.

Ada kepuasan ketika melihat pasien sembuh dan senyuman hangat dari keluarga yang menyambutnya.

Sebagai seorang dokter yang banyak menangani pembedahan, perlu kekuatan hati untuk tetap teguh menjalankan prinsip seorang dokter. Apa lagi pada masa pandemi Covid-19 ini.

Tangani Pasien Kecelakaan Reaktif Rapid Test

Dr Deri menceritakan pengalamannya beberapa waktu lalu. Pada masa pandemi Covid-19 ini, dia pernah menangani pasien kecelakaan yang diketahui reaktif dari hasil rapid test.

Tidak ada kata menolak. Bagaimana pun, ketika pasien memerlukan pertolongan, seorang dokter harus bertindak.

"Kapasitas kita sebagai dokter bedah, kalau ada pasien kecelakaan yang kena corona, ya tetap kita tolong. Pasien, walau sudah reaktif rapid, sedangkan kondisinya sudah emergency, tetap harus kita tolong," tegasnya.

Mau tidak mau, ada protokol tambahan dalam penanganan pasien tersebut. Dia bilang, tenaga medis juga mengenakan alat pelindung diri (APD).

Pria yang diamanahkan menjadi kedua IDI Jambi dua periode ini mengakui, ada kekhawatiran jika tertular. Dia bilang, ngeri-ngeri sedap. Namun, pertolongan tetap harus diberikan.

"Kita bismillah saja. Harus berilmu dan beriman. Berilmu dalam artian kita pakai pelindung diri. Beriman di sini, semoga apa yang dilakukan menjadi amal ibadah," terangnya.

Bagi Waktu bersama Keluarga

"Kata kuncinya disiplin. Kita harus membagi waktu kita," dia menekankan.

Setiap hari, sejak subuh, dia selalu berupaya mengoptimalkan waktu.

Sebagai seorang dokter, waktunya bersama anak-anak juga tidak begitu banyak.

Beruntungnya, istrinya bukan dokter.

"Saya menitipkan kepada istri saya tercinta untuk bisa membesarkan, untuk bisa melayani anak-anak," bilangnya.

Tidak mudah, namun bisa dilakukan.

Bagi dr Deri, menjadi dokter bukan hanya amanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, melainkan juga untuk orang banyak.

Meski begitu, dia tetap menjalani perannya sebagai seorang dokter, juga sebagai ketua IDI Provinsi Jambi yang menjadi tempat bernaung para dokter di Provinsi Jambi, dengan sebaik-baiknya.

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved