Human Interest

Kisah Nurbaya Penjahit Masker di Tanjabbar, Bersepeda Antar Jemput Pesanan Pelanggan

Keterbatasan diri sendiri bukanlah menjadi penghalang untuk berbuat baik terhadap orang lain.

Penulis: Samsul Bahri | Editor: Fifi Suryani
Tribunjambi/Samsul Bahri
Nurbaya dengan tekun menjahit masker yang kemudian dibagikan kepada masyarakat di sela menjahit pesanan pelanggannya, Kamis (22/10) 

TRIBUNJAMBI.COM, KUALA TUNGKAL - Keterbatasan diri sendiri bukanlah menjadi penghalang untuk berbuat baik terhadap orang lain.

Karena keterbatasan pula menyadarkan arti untuk berbagai dengan orang. Hal inilah yang dilakukan oleh Nurbaya, wanita asal Kuala Tungkal.

Nurbaya menjadi pahlawan kemanusian di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang hingga saat ini masih terjadi. Pekerjaan sehari-harinya menjadi penjahit masker di Tanjabbar.

Ia membuat masker yang kemudian diberikan kepada masyarakat.

Nurbaya yang kurang dalam pendengaran menceritakan kepada Tribun, Kamis (22/10) bagaimana Ia melakukan penjahitan masker. Nurbaya merupakan sosok sederhana yang hidup dengan tiga orang anak perempuannya di sebuah rumah kontrakan yang terbuat dari papan.

Ia baru delapan bulan tinggal di rumah yang beralamat di Jalan Manunggal 2 RT 08, Kecamatan Tungkal Ilir atau tepatnya di depan SD 157.

Ia merupakan warga Kuala Tungkal, namun sejak 1995, dirinya ikut suaminya untuk mencari penghasilan di Jakarta.

Namun, delapan bulan lalu ia berpisah dengan sang suami dan memutuskan untuk kembali ke Kuala Tungkal dan hidup dengan tiga anaknya.

Memulai kehidupan dari nol tanpa kepala keluarga dan menggantikan peran seorang ayah merupakan keputusan yang harus di ambil oleh Nurbaya.

Basicnya yang pernah bekerja di Perusahaan Garmen di Jakarta, membuatnya berakal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan membuka jasa jahit.

"Baru delapan bulan ini tinggal di sini, ini tinggal sama saya dan tiga anak saya. Sebenarnya anak saya ada 5, cuma yang dua sudah meniggal. Sekarang ini sama saya yang besar umur 10 tahun, yang tengah 8 tahun, yang paling kecil 1 tahun 9 bulan,"sebutnya.
Selama delapan bulan ini Ia mencoba untuk memupuk perekonomian memenuhi kebutuhannya dan tiga anak perempuan yang ia cintai.
Membuka jasa menjahit memang menurutnya tidak banyak membantu perekonomian, selama ini ia masih diberi bantuan oleh keluarganya, dan menerima bantuan sembako terdampak Covid-19.
"Ya jahit kadang ada kadang tidak, ya tidak bisa juga kita berharap dari situ. Alhamdulilah keluarga, kakak saya kadang ada juga kasih bantuan," ungkapnya.
Tidak pantang menyerah, Nurbaya bahkan membuka jasa penjemputan dan pengantaran untuk masyarakat yang ingin menggunakan jasanya.
Menggunakan sepeda, ia mencoba untuk menerima setiap orderan dari masyarakat yang tidak sempat untuk datang ke rumahnya.
"Kalau ada yang WA saya kan, minta jemput kain selain ngukur untuk buat baju ya saya terima. Kalau sudah jadi ya saya antar lagi ke rumahnya. Pakai sepeda ini lah, karena memang belum ada motor," kata Nurbaya sembari menunjukan sepeda yang ontel ketika menerima orderan.
"Ya mau dak mau tetap kita jalani. Tetap kita bersyukur. Karena rezeki tidak akan ke mana, Insha Allah rezeki ada aja datang dari mana,"pungkasnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved