Tradisi Arba Mustami di Tanjabbar, Ritual Tolak Bala di Rabu Akhir Bulan Safar

Arba Mustamir, istilah yang digunakan untuk menyebut hari Rabu terakhir di bulan Safar masih diyakini sebagian kalangan masyarakat sebagai hari yang

Penulis: Samsul Bahri | Editor: Fifi Suryani
tribunjambi/samsul bahri
Arba Mustamir, istilah yang digunakan untuk menyebut hari Rabu terakhir di bulan Safar masih diyakini sebagian kalangan masyarakat sebagai hari yang sakral. 

TRIBUNJAMBI.COM, KUALA TUNGKAL - Arba Mustamir, istilah yang digunakan untuk menyebut hari Rabu terakhir di bulan Safar masih diyakini sebagian kalangan masyarakat sebagai hari yang sakral.

Kegiatan ini hingga saat ini masih di lakukan di sejumlah tempat satu diantaranya wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar).

Sejumlah masyarakat melakukan kegiatan ini dengan tujuan untuk menolak balak.

Masyarakat meyakini bahwa hari Rabu terakhir di Bulan Safar adalah hari datangnya 320.000 balak, sumber penyakit dan marabahaya 20.000 bencana.

Inilah yang dilakukan oleh masyarakat yang berada di jalan Balai Marga, Kelurahan Tungkal II, Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Tanjabbar. Masyarakat dengan membawa sejumlah makanan, yang kemudian di sajikan setiap piring.

Tidak hanya itu, sejumlah masyarakat juga membawa air putih yang dibawa menggunakan teko.

Kegiatan ini isi dengan pembacaan doa-doa tolak balak. Ustadz Kaspul Anwar, Tokoh Agama yang ikut dalam kegiatan tersebut saat dikonfirmasi menyebutkan bahwa kegiatan ini dilakukan secara turun temurun.

"Ini acara arba mustamir, dikenal hari Rabu terakhir dari pada bulan Safar. Yang sudah menjadi adat kebiasaan masyarakat Tanjung Jabung Barat. Untuk menolak balak setiap tahun. Karena menurut keterangan dari orang alim yang ahli kasab hari ini terjadi balak yang turun kurang lebih 320 ribu balak," ungkapnya.

"Jadi ini yang dilakukan oleh orang alim terdahulu, para ahli kasyab mereka membuat rajah lafat jalalah yang dituliskan oleh mereka. Kita hanya meneruskan saja adat-adat tersebut selama tidak melanggar akidah," tambahnya.

Lebih lanjut disampaikannya bahwa dalam pelaksanaan ini dilakukan doa bersama. Harapannya semua dilindungi dari berbagai musibah dan balak. Usai melakukan doa bersama, semua masyarakat melakukan makan bersama.

Dalam kegiatan ini air minum yang di bawa oleh masyarakat kemudian dibagikan kepada sejumlah masyarakat yang ingin mengambil air yang telah dibacakan oleh doa tadi. Masyarakat mempercayai bahwa air tersebut sebagai air untuk menolak balak.

"Dengan dibacakan bersama doa tolak balak ini semoga kita terhindar dari segala pada balak, cobaan dan musibah," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved