Berita Jambi
Orator Perempuan yang Viral Itu Bernama Dini Rantiwi, Berproses di Organisasi
Foto-fotonya beredar di media massa dan mendapat perhatian khalayak di Jambi. Siapa sebenarnya Dini Rantiwi?
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Nani Rachmaini
Orator Perempuan yang Viral Itu Bernama Dini Rantiwi, Berproses di Organisasi
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Sosok perempuan yang viral di media sosial itu ternyata bernama Dini Rantiwi.
Foto-fotonya beredar di sosial media dan mendapat perhatian khalayak di Jambi.
Siapa sebenarnya Dini Rantiwi?
Berdasarkan hasil wawancara bersama Tribunjambi.com, Dini merupakan mahasiswa semester lima
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Universitas Batanghari (Unbari) Jambi.
Dia mengambil kuliah di program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Dini termasuk satu di antara yang lantang menyampaikan orasi dalam aksi penolakan pengesahan Omnibus Law oleh DPR RI beberapa waktu lalu.
Foto-fotonya beredar dan mengundang perhatian.

Potret dirinya yang tampak mengenakan almamater hijau dan menenteng pengeras suara itu viral.
Banyak pujian yang dia terima.
Kenapa Bisa Viral?
Saat diwawancarai, Dini mengaku tidak tahu kenapa foto-fotonya bisa viral di sosial media.
"Awalnya saya dikirimi foto. Enggak tahu juga siapa yang ambil. Tiba-tiba sudah ramai di facebook, di instagram," jelas perempuan kelahiran 2002 itu.
Dia mengaku terkejut saat foto-fotonya menyampaikan orasi dalam aksi penolakan Omnibus Law itu ramai dibagikan.
Dalam foto itu, Dini mengenakan almamater hijau dan masker.
Dia berorasi dengan pengeras suara.
Meski awalnya tidak menyangka, namun akhirnya dia tidak mempermasalahkan itu.
Dia menganggap foto-foto yang dibagikan itu sebagai penggugah semangat para mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi masyarakat.
Dini ingin memotivasi mahasiswa lain untuk berani menyuarakan kebenaran dan keadilan.
Berproses di Organisasi
Dini Rantiwi mulai berorganisasi sejak semester 1. Dia mulai bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Mahasiswa asal Kabupaten Muarojambi itu semakin aktif berorganisasi sejak semester tiga.
Kini, ketika semester 5, Dini memegang amanah sebagai ketua komisariat HMI FKIP Unbari.
Selama berproses di HMI, ia memahami akan pentingnya sebagai mahasiswa untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat.
Dini menjadi ketua komisariat HMI FKIP Unbari periode 2020-2021. Dia menjadi satu di antara ketua komisariat dari kaum perempuan.
Dia tidak merasa minder menjadi seorang aktivis perempuan yang lantang berorasi.
"Justru itu menjadi kebanggaan bagi saya, di antara massa aksi, saya berdiri sebagai perempuan menyampaikan aspirasi, menyuarakan hak-hak rakyat."
"Itu membuktikan perempuan juga ikut andil berkontribusi besar untuk menegakkan keadilan di negara."
"Pergerakan perempuan itu besar dan punya pengaruh," terang kader HMI itu saat diwawancarai.
Dia melihat mahasiswa dibutuhkan untuk menyampaikan aspirasi masyarakat. Itu juga didukung dengan banyaknya pergerakan di sekitarnya.
Ikut Tolak Omnibus Law
Foto-foto Dini Rantiwi viral di media massa saat menyampaikan orasi menolak pengesahan Omnibus Law.
Ada beberapa poin yang menjadi kontroversi. Mulai dari upah minimum penuh syarat, pesangon berkurang, kontrak kerja tanpa batas waktu, ditambah lagi hak upah cuti bagi perempuan.
Dini menilai, Undang-undang Cipta Kerja ini dinilai lebih pro kepada investor, lebih pro ke korporasi.
"Seharusnya pemerintah lebih mementingkan kepentingan rakyat kecil, tapi ini justru sebaliknya."
"Pengesahan undang-undang ini tidak melibatkan rakyat, tidak ada transparan," katanya.
Selain itu, dampak terhadap lingkungan juga berpotensi karena adanya keleluasaan yang menguntungkan investor, seperti di sektor pertambangan, mau pun sektor lainnya.
Saat ini, dia bersama ribuan mahasiswa lain menunggu bagaimana sikap pemerintah.
Kata dia, tuntutan sudah berasal dari seluruh elemen.
Penolakan yang luar biasa dari seluruh wilayah juga sudah ramai.
Jika pemerintah peduli dengan rakyat, tentu akan mendengar apa yang disampaikan.
Dia berharap, untuk seluruh pemerintah terkait di seluruh Indonesia, lebih peka mandat rakyat. Jangan hanya mementingkan investor dan korporasi.
"Kami mahasiswa menolak keras hasil keputusan DPR atas pengesahan UU Omnibus Law Cipta Kerja yang tidak pro rakyat."
"Dalam pergerakan ini, tetap konsisten untuk mengawal sampai batal,” kata Dini Rantiwi.
Wakili Suara Perempuan
Selain sebagai mahasiswa, Dini juga hadir untuk mewakili suara perempuan.
Dia ingin memotivasi kaum perempuan agar berani menyuarakan keadilan.
“Bahwa suara perempuan juga punya hak yang sama dengan laki-laki sebagai kaum intelektual, mari kita berteriak lantang terhadap kondisi hari ini,” ungkapnya.
Dini juga berharap kepada perempuan mengambil bagian aktif untuk menyuarakan ketidakadilan hari ini, khususnya seluruh mahasiswi di Jambi.
Dia meyakini, pergerakan perempuan akan berpengaruh besar untuk kemajuan negara.
Pada saat aksi beberapa waktu lalu, dara 19 tahun ini jadi salah seorang perempuan yang kemudian berorasi untuk menyampaikan aspirasinya.
Dia hadir sebagai corong aspirasi rakyat menolak secara tegas keputusan DPR yang mengesahkan UU Omnibus Law.
Bagi Dini, pergerakan perempuan itu berpengaruh besar terhadap perubahan.
Dia berharap akan muncul aktivis-aktivis dari kaum perempuan dengan lantang dan gagah berani tampil menjadi tokoh gerakan yang visioner.
Mendapat Dukungan
Sebagai aktivis dan mahasiswa, dia yakin bisa menjalankan keduanya berbarengan.
Dia ingin berperan menyuarakan keadilan tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai mahasiswa di kampus.
Kawan-kawan di organisasi juga menjadi motivasi baginya.
Dia belajar banyak hal di sana.
Di sisi lain, orang tua Dini juga turut mendukung anaknya untuk menyuarakan aspirasi masyarakat.
"Alhamdulillah, orang tua dukung. Yang penting bisa jaga diri, bisa mengatur waktu," ujarnya.
Kini Dini masih berproses di HMI.
Dia mengaku akan tetap menjadi aktivis dengan motivasi yang kuat.
(Tribunjambi.com/ Mareza Sutan A J)
#Dini Rantiwi
#Omnibus Law
#mahasiswa
#aksi
#HMI
#Unbari
#kampus
#Wiki Jambi
#organisasi