Titik Api Nol, Saat Intensitas Hujan Tinggi, Pemkab Tebo Berencana Alihkan Dana Karhutla ke Banjir
Pemerintah Kabupaten Tebo rencanakan pengalihan dana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) untuk bencana.
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Nani Rachmaini
Intensitas Hujan Tinggi, Pemkab Tebo Berencana Alihkan Dana Karhutla untuk Bencana
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA TEBO - Pemerintah Kabupaten Tebo rencanakan pengalihan dana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) untuk bencana.
Bupati Tebo, Sukandar berencana alihkan dana Karhutla ke bencana banjir.
Hal itu dilakukan saat ini cuaca di Kabupaten Tebo lebih sering hujan dengan intensitas tinggi.
Meskipun Pemerintah Kabupaten Tebo perpanjang status siaga Karhutla, namun nyatanya beberapa minggu ini sering turun hujan dengan intensitas tinggi.
Bahkan sampai menimbulkan bencana banjir di Desa Tanah Garo, Kecamatan Tabir.
Oleh karena itu Bupati Tebo, Sukandar mengungkapkan pihaknya akan mengalihkan anggaran Karhutla ke bencana.
Pasalnya dana Karhutla tidak terpakai karena tidak adanya titik api.
"Dana yang dianggarkan untuk Karhutla sekitar Rp 900 juta."
"Dana ini nantinya akan di alihkan ke bencana," katanya.
Namun hingga saat ini Sukandar mengakui saat ini tidak mengetahui berapa sisa dana Karhutla tersebut.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, debit air Sungai Batanghari meningkat.
Pasalnya mendapatkan kiriman dari Kabupaten Bungo yang cenderung intensitas hujan yang cukup tinggi.
Sehingga hal itu mengakibatkan aliran Sungai Bayang Bungo dan Batang Tebo meningkat.
(Tribunjambi.com/ Darwin Sijabat)
Musim Penghujan, Petani Karet di Tebo Pilih Berkebun dan ke Sawah
Musim penghujan membuat petani karet kesulitan untuk melakukan aktivitas memotong pohon karet.
Hal ini membuat para petani karet beralih profesi untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Seperti yang dikatakan Sulaiman petani karet Desa Jati Belarik Kabupaten Tebo mengatakan, saat musim penghujan ia jarang melakukan aktivitas memotong.
“Saat hujan terus-menerus saya jarang motong karena percuma saja, jadi saya kerja berkebun dan ke sawah untuk mendapat penghasilan,” ujarnya kepada Tribunjambi.com, melalui sambungan telepon, Selasa (13/10/2020).
Hal yang sama juga dikatakan Samsudin (52) petani karet Desa Muarajambi, Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muarojambi.
Menurutnya, musim hujan sangat berpengaruh dengan karet karena akan menghambat panen dan berkurangnya hasil panen.
“Kalau musim hujan, biasanya petani karet di sini cari kerja lain seperti ke sawah, narik becak untuk menutupi kebutuhan hidup,” ujarnya
Azmi, tokeh karet Kecamatan batin XXIV, Kabupaten Batanghari juga membenarkan bahwa banyak petani karet yang beralih profesi saat musim hujan.
“Kalau musim hujan itu petani karet susah, air masuk pada tampungan getah karetnya."
"Hasil panen getah karet juga akan sedikit."
"Makanya saat musim hujan petani karet beralih pekerjaan berkebun, ke sawah, menjadi buruh dan sebagainya,” pungkasnya. (cir)