Femallenial

Tepis Stereotipe Wanita Berjilbab Hanya Bisa Ngaji, Badriyah Ajak Berkarya dan Mengejar Mimpi

HINGGA saat ini masih banyak orang menilai kalangan santri 'hanya bisa mengaji'. Stereotip itu masih ada di masyarakat. Nah, pelajar muda dari Jambi,

Penulis: Rara Khushshoh Azzahro | Editor: Fifi Suryani
Istimewa
Badriyah, satu di antara santri yang memegang prinsip "Santri bukan cuma bisa ngaji". 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - HINGGA saat ini masih banyak orang menilai kalangan santri 'hanya bisa mengaji'. Stereotip itu masih ada di masyarakat. Nah, pelajar muda dari Jambi, Badriyah menepis itu.

Ia lolos dan mendapat beasiswa Kementerian Keuangan ke kampus keren di Australia.

Badriyah merupakan satu di antara awardee LPDP yang lolos akhir tahun 2019.

Ia ingin mematahkan stigma masyarakat bahwa yang santri hanya sebatas menjadi guru ngaji, dan guru agama.

"Bagi saya berjilbab itu bukan alasan dan bukan faktor tidak bisa berkarya serta bermanfaat di ranah kreatif dan ilmu umum untuk masyarakat. Santri sudah punya basic pemahaman agama, jadi bukan berarti yang jadi santri tak bisa melakukan hal lain," tutur Badriyah baru-baru ini.

Ia memutuskan untuk mengambil jurusan Teaching English to Speakers of Other Languages (TESOL). Ini merupakan jurusan Bahasa Inggris kepada penuturan bahasa lain.

Badriyah memberi semangat untuk perempuan berjilbab. Ia mengatakan stereotip yang ada saat ini bisa hilang jika perempuan berjilbab itu sendiri yang buktikan.

Lanjutnya, bahwa berkarya, mengejar mimpi, lalu bermanfaat bagi siapapun merupakan edukasi bagi masyarakat yang masih mengadopsi stereotip demikian.

Kuncinya jangan berhenti, jika lelah istirahat, lalu lanjutkan lagi.

Persiapan Mental Kuliah di Australia

BADRIYAH, satu di antara santri yang memegang prinsip "Santri bukan cuma bisa ngaji". Selain itu juga ingin mematahkan keraguan perempuan berhijab, bahwa tidak bisa berkarya di luar zona mereka.

Perempuan berkulit sawo matang ini terus mengisi kehidupannya dengan belajar. Saat ini ia memfokuskan diri melirik Australia sebagai negara tujuan.

"Berdasarkan survey kecil-kecilan, Australia itu bagus dari segi education-nya. Masuk dalam ranking terbaik dunia. Aku bukan cross major, karena pas strata satu (S1) kemaren aku ambilnya Pendidikan Bahasa Inggris," lanjutnya, melalui telepon, Sabtu (10/10).

Badriyah mengakui hidup di negara yang memiliki kultur yang jauh berbeda merupakan tantangan. Terlebih masyarakat Australia hanya memiliki 16% populasi Muslim asli pribumi. Ada persiapan mental yang perlu dilakukan.

"Sory to say karena cara kehidupan yang berbeda, saya khawatir masih ada diskriminasi dan mungkin penindasan terhadap kita yang menjadi kaum minoritas di sana," lanjut Badriyah.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved