Mantan Bos Agum Gumelar di Intelijen, Ali Moertopo Cetak Para Jenderal Andalan Indonesia

Menariknya, ada banyak orang yang dulu anak didiknya, kini menjadi tokoh penting di Indonesia. Termasuk Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar.

Penulis: Muuhammad Ferry Fadly | Editor: Duanto AS
Penerbit Buku Kompas
Ali Moertopo, ahli intelijen masa Orde Baru. 

TRIBUNJAMBI.COM - Nama Ali Moertopo dikenal sebagai orang Orde Baru yang ahli intelijen.

Sosok Ali Moertopo berperan besar dalam melakukan modernisasi intelejin Indonesia.

Menariknya, ada banyak orang yang dulu anak didiknya, kini menjadi tokoh penting di Indonesia. Termasuk Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar.

Agum Gumelar pernah menjadi staf Kopkamtib pada 1969-1970-an.

Kariernya menanjak saat terlibat dalam pergerakan intelijen dan Kopassus.

Menelusuri jejak Ali Moertopo sangat menarik.

Siapa sebenarnya Ali Moertopo?

Siapa Sebenarnya Agum Gumelar, Mantan Danjen Kopassus dan Misi Rahasia di Taiwan

Anggota Kopassus Nikahi Pramugari Garuda Indonesia, Kaku Namun Romantis, Kisah Benny Moerdani

Letjen TNI (Purn) Ali Moertopo, Ali terlibat dalam operasi-operasi intelejin dengan nama Operasi Khusus (Opsus).

Opsus ini ditujukan untuk memberangus lawan-lawan politik pemerintahan Soeharto.

Letnan Jenderal TNI (Purn) Ali Moertopo atau sering pula dieja Ali Murtopo lahir di Blora, Jawa Tengah, 23 September 1924.

Ia meninggal di Jakarta, 15 Mei 1984.

Ali Moertopo merupakan tokoh intelijen, pemikir dan politikus yang berperan penting terutama pada masa Orde Baru.

Ia pernah menjabat berbagai posisi penting dan bisa dibilang tangan kanan Soeharto.

- Asisten Pribadi Soeharto
- Kepala Operasi Khusus
- Menteri Penerangan Indonesia (1978 – 1983)
- Deputi Kepala (1969 – 1974) Badan Koordinasi Intelijen Negara
- Wakil Kepala (1974 – 1978) Badan Koordinasi Intelijen Negara

Ali bergabung dengan BKR setelah Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 1945.

Pengakuan Demian Aditya Saat Tidur Dengan Istri Sara Wijayanto, Sering Ditendang dan Dipukul

Pada dasawarsa 1950-an, Ali Murtopo ditugaskan di Kodam Diponegoro.

Mulanya, ia adalah bagian dari pasukan Banteng Raider.
Pasukan yang berada di bawah komando Ahmad Yani ini, merupakan sebuah pasukan khusus yang berupaya untuk menumpas pemberontakan Darul Islam.

Pada 1956, bersama dengan Yoga Soegomo, Ali mendukung Letnan Kolonel Soeharto dalam upayanya untuk menjadi Pangdam Diponegoro.

Manuver ini berhasil dan Soeharto sukses mendapatkan jabatan Pangdam Diponegoro dengan pangkat kolonel.

Sebagai imbalan atas dukungannya, Ali ditunjuk oleh Soeharto sebagai Asisten Teritorial.

Amien Rais Dirikan Partai Ummat, Siapa yang akan Jadi Ketua Umum dan Pengurusnya?

Pada saat itu, Republik Indonesia sedang menghadapi gerakan koreksi daerah melalui PRRI dan banyak pasukan-pasukan ABRI yang dikirim ke Sumatera untuk menanggulangi gerakan ini.

Ali dikirim ke Sumatera pada tahun 1959 dan ia menjabat sebagai Kepala Staf Resimen II dengan Yoga Sugama sebagai Komandan Resimennya.

Pada tahun yang sama, Soeharto dicopot dari jabatan Pangdam oleh KSAD AH Nasution karena terlibat kasus penyelundupan dan ditugaskan belajar di SSKAD pada 1960.

Setelah PRRI dikalahkan, Ali kembali ke Jawa Tengah untuk melanjutkan tugasnya dengan Kodam Diponegoro yang sekarang dipimpin oleh Pranoto Reksosamudro.

Setelah Soeharto menyelesaikan pendidikan di SSKAD, ia ditarik ke Jakarta dan menjabat sebagai Deputi I KSAD (Operasi).

Pada saat inilah, Ali bergabung lagi dengan atasannya yang lama itu.

Pada waktu yang sama Soeharto juga dipercaya oleh Nasution untuk membentuk CADUAD (Cadangan Umum Angkatan Darat).

Setelah satuan tempur tersebut dibentuk, Soeharto ditunjuk sebagai Panglima CADUAD dengan pangkat Brigadir Jenderal.
Sekali lagi, Ali menjadi bawahan Soeharto dengan jabatan sebagai Asisten Kepala Staf CADUAD .

Aksi-aksi intelijen

Perlu diketahui Ali Moertopo bisa disebut 'bapaknya' intelijen Indonesia.

Ali berperan besar melakukan modernisasi intelejen Indonesia.

LENGKAP, Ini Daftar Gaji PPPK Setelah Presiden Jokowi Terbitkan Perpres, Setara dengan PNS

Ia terlibat dalam operasi-operasi intelejen dengan nama Operasi Khusus (Opsus) yang terutama ditujukan untuk memberangus lawan-lawan politik pemerintahan Soeharto.

Pada 1968, Ali menggagas peleburan partai-partai politik, yang saat itu sangat banyak jumlahnya.

Partai-paratai itu dilebur menjadi beberapa partai saja agar lebih mudah dikendalikan.

Hal ini kemudian terwujud pada 1973, sewaktu semua partai melebur menjadi tiga partai: Golkar, PPP (penggabungan partai-partai berbasis Islam) dan PDI (penggabungan partai-partai berbasis nasionalis).

Merintis CSIS

Pada 1971, bersama Soedjono Hoemardhani, asisten pribadi Soeharto, ia merintis pendirian CSIS (Centre for Strategic and International Studies).

Ini merupakan lembaga penelitian kebijakan pemerintahan.
Pada 1972, ia menerbitkan tulisan Dasar-dasar Pemikiran tentang Akselerasi Modernisasi Pembangunan 25 Tahun yang selanjutnya diterima MPR sebagai strategi pembangunan jangka panjang (PJP).

Biodata Ali Moertopo

  • Nama lengkap: Ali Moertopo
  • Lahir: 23 September 1924
  • Meninggal dunia: 15 Mei 1984
  • Masa dinas: 1945–1978
  • Pangkat terakhir : Letjen TNI
  • Satuan: Infanteri

Misi Rahasia Agum Gumelar di Taiwan yang Tak Pernah Terungkap, Eks Danjen Kopassus Ahli Intelijen

Manfaat Minum Air Rendaman Mentimun - Sehatkan Ginjal, Atasi Bau Mulut, Perkuat Imunitas

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved