Tragedi G30S PKI
Soeharto Nyaris Tembak Seorang Jenderal, Terjadi Setelah Penculikan Jenderal Tragedi G30S PKI
Begini kisah Soeharto sempat begitu marah hingga nyaris menembak kepala seorang jenderal.
TRIBUNJAMBI.COM - Begini kisah Soeharto sempat begitu marah hingga nyaris menembak kepala seorang jenderal.
Soeharto menggenggam senjata lalu diarahkan ke seorang jenderal, peristiwa itu terjadi setelah terjadi peristiwa penculikan 7 Jenderal/G30 S PKI.
Saat itu ia masih menjabat aktif menjadi prajurit TNI, saat Soeharto belum menjadi Presiden Republik Indonesia.
• Misteri Keberadaan Soeharto Malam Tragedi G30SPKI, Kabar Bersemedi Terungkap, Ini Fakta Sebenarnya
Tepatnya, saat Soeharto masih menjadi Pangkostrad.
Sang jenderal TNI nyaris ditembak pakai revolver oleh Soeharto
karena dianggap 'melangkahinya'
Dilansir dari manuskrip otobiografi berjudul 'Cerita Seorang Tentara:
Cuplikan Riwayat Kehidupan Herman Sarens Sudiro', perwira TNI yang
pernah nyaris ditembak Pak Harto itu adalah Brigadir Jenderal TNI (Purn) Herman Sarens Soediro.
Soeharto saat itu sudah sangat marah dan menodongkan senjata api
revolver ke kepala Jenderal TNI (Purn) Herman Sarens Soediro yang kala itu jadi bawahannya.
Ceritanya berawal pada 2 Oktober 1965 pukul 09.00 pagi, ketika Herman sedang mandi di rumahnya di Jalan Daksa Kebayoran Baru.
Tiba-tiba sang istri menggedor pintu dari luar karena ada
telepon penting dari markas Kostrad.
Panglima Kostrad, Mayor Jenderal Soeharto memerintahkan Herman agar segera menghadap dirinya.
Herman langsung berangkat ke markas Kostrad dan menuju ke ruang kerja Soeharto.
Setelah memberi salam hormat, Soeharto mempersilakan Herman duduk.
Tanpa berbicara apa-apa, Soeharto hanya membuka laci mejanya
dan mengambil sesuatu.
Sepucuk pistol revolver diarahkan tepat ke kepala Herman. “Ta' slentik kowe! (aku sentil kau!)” kata Soeharto yang rupanya
tengah murka kepada Herman. “Ada apa, Pak?” tanya Herman.
“Kamu…., dari jip sampai tank mesti lewat kamu.
Saya ini kamu anggap apa?” ujar Soeharto.
Herman yang masih memendam ngeri dalam hati bertanya lagi,
“Mengenai apa, Pak?” tanya Herman
“Kamu memberi 10 truk kepada kavaleri yang kamu ambil dari gudang Cakrabirawa!” jawab Soeharto.
Rupanya Soeharto tersinggung dengan inisiatif Herman yang
dianggap mendahului Panglima Kostrad.
Sehari sebelumnya, Herman memang mengatur gerakan untuk
menumpas Gerakan 30 September.
Prakarsa itu dilakukan Herman lantaran Panglima Kodam V Jaya,
Mayor Jenderal Umar Wirahadikusumah mengkonsinyasi
pasukan garnisun Jakarta.
Dengan kedudukannya sebagai Kepala Biro Antar Angkatan dan
Kesiapsiagaan Staf Umum AD, Herman memutuskan
untuk menyiapkan kekuatan pemukul.
Herman bergerak cepat dengan mengambil alih 10 unit truk yang
berada di pool Resimen Cakrabirawa di Cawang.
Truk-truk tersebut diserahkan kepada Brigade Kavaleri pimpinan
Letnan Kolonel Wing Wiryawan.
Selanjutnya Herman bergerak ke Jalan Madiun, mengobrak-abrik
markas Badan Pusat Intelijen (BPI) pimpinan Soebandrio dan menangkap
orang-orang yang terlibat atau diduga PKI.
Karena dinilai terlalu cepat dan melibatkan pasukan skala cukup besar,
• Siapa Sebenarnya Muhammad Yunus Yosfiah? Jenderal TNI Pertama yang Melarang Tayangan Film G30S/PKI
tindakan Herman ini menimbulkan kesalahpahaman dengan Soeharto.
“Kalau (pistol) itu meledak, mati gue,” kata Herman bertahun-tahun
kemudian kepada sejarawan Rushdy Hoesein saat mengenang
kemarahan Soeharto tersebut.
Menurut Rushdy, Soeharto memang pantang dilangkahi.
Herman kemudian mengajukan permintaan maaf.
Meski dikenal tegas kepada para penentangnya, Soeharto masih
memaafkan Herman Sarens.
Kejadian itu berakhir dengan saling pengertian satu sama lain.
(Tribunjatim.com/Januar AS)
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Detik-detik Soeharto Nyaris Tembak Seorang Jenderal, Terjadi setelah Penculikan 7 Jenderal, G30S/PKI, https://manado.tribunnews.com/2020/09/26/detik-detik-soehartonyaris-tembak-seorang-jenderal-terjadi-setelah-penculikan-7-jenderal-g30spki?page=all.