Meraup Omzet Puluhan Juta di Masa Pandemi dari LED Display
LED display atau papan yang terdiri atas lampu-lampu LED yang bisa disetting untuk menunjukan berbagai tampilan.
Penulis: Monang Widyoko | Editor: Teguh Suprayitno
Meraup Omzet Puluhan Juta di Masa Pandemi dari LED Display
TRIBUNJAMBI, JAMBI - Di era digitalisasi sekarang, banyak ditemukan tulisan berjalan dengan lampu berkedap-kedip yang memberikan informasi terkini.
Itu adalah LED display atau papan yang terdiri atas lampu-lampu LED yang bisa disetting untuk menunjukan berbagai tampilan, mulai dari teks berjalan hingga gambar-gambar aneka warna.
LED display saat ini dinilai menjadi salah satu media promosi yang dinamis dan efisien dibandingkan dengan media cetak. Pasalnya, informasi yang ingin ditampilkan bisa dengan mudah diganti tanpa harus membuat atau mencetak ulang seperti poster atau billboard.
Oleh karena itu banyak ditemukan para pelaku usaha dan instansi pemerintahan pun menggunakannya. Ini dilakukan dengan maksud mempercantik bentuk iklan atau informasi yang ditampilkan, agar semakin menarik pembaca.
• Nekat Kabur dari Rumah Sakit, Seorang Pasien Covid-19 Meninggal Dunia di Rumah
• Tak Berani Bubarkan Konser Dangdut di Tegal, Seorang Kapolsek Dicopot dan Diperiksa Propam
• Dekorasi Rumah, Vertical Garden Jadi Solusi untuk Ruang Sempit
Salah satu pelaku usaha yang mencoba peruntungan dari bisnis penjualan LED display ini adalah Dedi (47) yang memulai bisnisnya sejak tujuh tahun lalu.
"Bisnis ini saya mulai ketika saya masih di Bungo di 2013. Melihat dari teman-teman saya yang memiliki usaha advertising," ujar pemilik toko CV DB LED Multimedia, Sabtu (26/9/2020).
"Saya tergiur dengan harga sewa billboard itu puluhan hingga ratusan juta rupiah sewanya pertahun. Itu pun gambarnya tidak bisa gerak," ujarnya lagi.
Kemudian ia memasang videotron di Bungo yang berlokasi di Monumen Tugu Kapal. "Saya pasang di sana lalu saya sewa-sewakan," ungkap Dedi.
Dalam usahanya menyewakan itu, ia menemukan permasalahan yang di mana jika terjadi kerusakan pada videotron itu maka harus memanggil teknisi dari Pulau Jawa.
"Wah kalau seperti ini teruskan bisa-bisa rugi di pemeliharaan saja. Kemudian di 2014 saya putuskanlah ikut pelatihan di Jakarta tentang LED display (termasuk videotron di dalamnya)," bebernya.
"Dari pelatihan selama 15 hari itu saya belajar bagaimana mekanisme LED display. Jenis-jenisnya apa saja. Belajar merakit hingga menghadapi kendala-kendala yang sering ditemukan dalam LED display," kata Dedi.
Akhirnya ia bisa melakukan perawatan videotronnya lalu membuka usaha pembuatan LED display di Kota Jambi. Lokasinya berada di Jalan Agus Salim, Handil Jaya, Jelutung (Simpang empat asrama haji).
"2018 saya pindah ke Kota Jambi untuk buka usaha ini. Tidak disangka, ternyata respon masyarakat sangat luar biasa," jelasnya.
• Kasus Covid-19 di Jambi Bertambah 16 Orang, Dua Wartawan Positif Corona
• Ini yang Akan Jadi Program Fachrori Umar-Syafril Nursal Jika Terpilih di Pilgub Jambi
Adapun produk yang ia tawarkan antara lain running text, jadwal sholat, papan skor, videotron, digital signange, dan beberapa LED display lainnya.
"Produk yang saya tawarkan mulai dari Rp 1,2 juta. Itu untuk jenis running text. Bisa sampai puluhan juta rupiah untuk jenis videotron dan digital signage, tergantung ukuran," katanya.
Untuk omzet, ia mengatakan lumayan kontras dari sebelum pandemi Covid-19 hingga pandemi sekarang.
"Dulu pendapatan kotor saya sebelum pandemi bisa Rp 100 jutaan per bulan. Kini setelah pandemi melanda menjadi Rp 30 juta per bulannya," ungkap dedi.
Menurut analisnya ini karena orang memikirkan cara bertahan hidup di saat pandemi.
"Barang yang kami jual ini kan bukan barang yang mendesak. Jadi ya orang pasti memikirkan perut dululah. Terlebih banyak perusahaan melakukan PHK besar-besaran," ujarnya.
"Setidaknya di saat pandemi ini masih adalah yang datang untuk mencari running text yang kecil-kecil. Tidak banyak, tapi cukuplah untuk memenuhi kebutuhan saya dan asisten saya," tutupnya. (Tribun Jambi/Widyoko)