Siswa di 3 Desa di Kecamatan Sadu Tanjabtim Tak Bisa Belajar Daring karena Masuk Kawasan Blank Spot
Beberapa wilayah di Kabupaten Tanjabtim masih belum siap menerapkan belajar secara daring atau online. Seperti yang dirasakan para siswa
Penulis: Abdullah Usman | Editor: Fifi Suryani
TRIBUNJAMBI.COM, MUARASABAK - Beberapa wilayah di Kabupaten Tanjabtim masih belum siap menerapkan belajar secara daring atau online. Seperti yang dirasakan para siswa di tiga desa di Kecamatan Sadu.
Sadu merupakan kecamatan terujung di Kabupaten Tanjabtim yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Para siswa yang berada di daerah yang masuk dalam kategori blank spot. Secara teknis mereka tidak dapat menjalankan program belajar online.
Ini dikatakan Camat Sadu, Frans Afrianto, Senin (21/9). Katanya, terkait metode pembelajaran dengan sistem daring di Kecamatan Sadu saat ini sudah berjalan lancar. Memang ada tiga desa yang belum bisa maksimal dalam pelaksanaannya program kementrian.
"Tiga desa tersebut masuk dalam zona blank spot. Yakni Desa Sungai Cemara, Labuhan Pering dan Desa Sungai Benuh," jelasnya.
"Insya Allah jaringan listrik tahun ini sudah dibangun di sana. Selain itu kami juga telah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mengatasi permasalahan jaringan komunikasi di sana," tambahnya.
Lebih lanjut dijelaskan Frans, mengenai jaringan WiFi Desa, sebenarnya sudah ada, akan tetapi kapasitasnya masih kecil dan hanya bisa meliputi kantor desa, dengan penggunaan kuota yang sedikit.
"Jadi dengan keterbatasan tadi belum bisa untuk disebarluaskan ke daerah-daerah sekitar kantor desa," pungkasnya.
Pembelajaran Manual
Terkait adanya beberapa sekolah di Kabupaten Tanjabtim yang masuk wilayah blank spot, Dinas Pendidikan Tanjabtim terpaksa melakukan pembelajaran jemput bola.
Kepala Dinas Pendidikan Tanjabtim, Junaidi Rahmad mengatakan, pihaknya tidak memungkiri terdapat beberapa sekolah yang masuk wilayah blank spot.
Sehingga dengan keadaan tersebut, untuk pembelajaran secara online berbasis aplikasi otomatis tidak dapat dilakukan di daerah tersebut. Dan menggantinya dengan pembelajaran manual.
"Pembelajaran di masa pandemi tetap dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ), dengan catatan yang terjangkau dengan fasilitas internet melalui daring. Sementara bagi yang tidak ada internet dengan Luring atau dengan mendatangi siswa, dan pemberian tugas dari guru," jelas Junaidi, Senin (21/9).
"Tiga sekolah yang masuk wilayah blank spot tadi yakni, SD 110 Sungai Kapas, SD 109 Labuhan Pering, SD Sungai Cemara," bebernya.
Sementara itu, pihak kecamatan setempat mengantisipasi dengan mengarahkan metode pembelajaran dari sekolah yang ada di tiga desa tersebut dengan menggunakan cara manual.
Dengan cara, tugas-tugas yang diberikan oleh guru yang ada sekolah di tiga desa itu akan diberikan dalam bentuk tulisan di buku, yang nantinya akan dikerjakan oleh siswa di rumah.
Tentunya dengan batas waktu yang ditentukan tugas tersebut kembali diserahkan ke guru yang bersangkutan.
"Karena sistem belajar sekarang ini masih belum aktif tatap muka, untuk sementara guru-guru yang wilayah sekolahnya masuk dalam zona blank spot masing masing masih memberikan tugas ke siswanya dengan cara manual," jelas Camat Sadu Frans.
"Kemarin ada juga kepala SMAN 6 Tanjabtim yang berlokasi di Sadu, datang ke kantor kita untuk melapor karena ingin melaksanakan sistem belajar dengan cara tatap muka guna menghadapi UN. Nantinya proses belajarnya di SMAN 6 ini akan dibagi beberapa ruangan dengan mengedepankan protokol kesehatan dan itu hanya untuk siswa kelas 12," pungkasnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/2-area-di-muarojambi-ini-disebut-area-blank-spot-seluler-alias-tak-ada-sinyal-ini-kata-diskominfo.jpg)