Kisah Kopassus Tanpa Menggunakan Seragam dan Baret Merah Bergaya Mahasiswa
Ketika militer Indonesia (ABRI) berencana akan melakukan operasi militer ke Timor Timur (sekarang Timor Leste) demi mendukung rakyat yang mau berinteg
TRIBUNJAMBI.COM - Diketahui, Selain bertempur para prajurit Kopassus juga dibekali kemampuan infiltrasi ke wilayah lawan tanpa terdeteksi.
Kopassus dikirim untuk memasuki wilayah Timor Timur atau sekarang bernama Timor Leste.
• Detik-detik Paula Verhoeven Mendapat Kejutan, Baim Wong : Lagi PSBB Jadi Dirumah Saja
• Kurangi Risiko Kehilangan dengan M-Bike, Sinsen Kenalkan Kecanggihan CBR250RR SP Quick Shifter
• Berikut Deretan Artis Indonesia yang Terpapar Virus Covid-19
Pasukan Kopassus waktu itu masuk ke wilayah Timor Timur tanpa menggunakan seragam dan baret merah kebanggaan.
Ketika militer Indonesia (ABRI) berencana akan melakukan operasi militer ke Timor Timur (sekarang Timor Leste) demi mendukung rakyat yang mau berintegrasi dengan RI, langkah awal yang ditempuh adalah melancarkan operasi intelijen terlebih dahulu.
Demi melancarkan operasi intelijen itu, Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) mendirikan semacam markas (safe house) di Motaain, Belu, NTT yang berfungsi untuk membentuk jaringan dengan kelompok-kelompok pro integrasi yang ada di Tim-Tim.
Petinggi Bakin yang mengendalikan operasi intelijen di Motaain adalah Ketua G-1/Intelijen Hankam, Mayjen Benny Moerdani.
Sebagai tokoh intelijen yang dikenal agresif, meskipun belum ada kepastian kapan operasi militer terbuka oleh ABRI dilaksanakan, Mayjen Benny diam-diam telah menyusupkan personel intelijennya.

Para personel Kopassus yang tergabung dalam tim kecil intelejen tersebut dinamakan tim Nanggala.
Sebagai tim kecil intelijen Kopassus, personel Nanggala berada di bawah organisasi (military order) Pasukan Sandiyudha (Kopassandha).
Sejak itulah, seluruh operasi Sandiyudha (intelijen tempur) dalam bentuk tim-tim kecil diberi nama sandi Nanggala.
Tim Nanggala tersebut menggunakan senjata non organik TNI yaitu AK 47.
Dalam berbagai pertempuran sepanjang tugas operasi di Timor Portugis selain AK 47 anggota Nanggola 2 juga menggunakan RL atau Rocket Launcher.
Para awak pesawat militer dan awak pesawat sipil yang mendukung operasi ini juga berstatus sebagai sukarelawan.
Penerbang militer yang menerbangkan pesawat sipil dengan registrasi PK seperti Pelita Air Service atau Dirgantara Air Service, biasanya mengenakan baju putih dan celana biru tua seperti lazimnya awak pesawat komersial.
Tetapi di samping kursi penerbang dan mekanik terdapat senapan serbu G-3 atau AK-47.