Harga TBS di Jambi Naik

Harga TBS di Jambi, Batanghari, Bungo Naik, Petani Tanjabtim Gigit Jari, Anjlok Sampai Rp1.150

Harga TBS skala Provinsi Jambi sejak beberapa waktu terakhir mengalami kenaikan tren positif.

Penulis: Abdullah Usman | Editor: Nani Rachmaini
Tribunjambi/Abdullah Usman
Tandan sawit segar di pelabuhan Muara Sabak usai bongkar muat untuk di jual ke pabrik. Harga TBS di Tanjabtim tidak mengalami perubahan justru mengalami penurunan harga. 

TRIBUNJAMBI.COM, MUARA SABAK - Ketika Kabupaten dan daerah tetangga mengalami kenaikan harga tandan buah segar (TBS), harga sawit di Kabupaten Tanjabtim justru stagnan. 

Harga TBS skala Provinsi Jambi sejak beberapa waktu terakhir mengalami kenaikan tren positif.

Keadaan tersebut menjadi angin segar bagi kalangan petani sawit.

Sayangnya kabar baik tersebut tidak sepenuhnya dirasakan oleh petani sawit yang berada di Kabupaten Tanjabtim.

Pasalnya meski ada kabar kenaikan harga TBS di Tanjabtim harga masih seperti hari biasa bahkan cenderung turun.

Seperti dikatakan Ikhsan petani sawit yang berada di Desa lambur menuturkan, dengan adanya kenaikan TBS di Provinsi Jambi para petani sejatinya sudah mengetahui melalui informasi berita yang beredar. 

Kualitas Bibit Buruk, Ditengarai Penyebab Terpuruknya Harga TBS di Tanjabtim

Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 7 Segera Dibuka, Siapkan Syarat Pendaftaranmu!

Cara Klaim Token Listrik Gratis September, Login di https://layanan.pln.co.id/ atau WA 08122123123

Hanya saja, petani menyayangkan kenaikan tersebut tidak sampai di daerah mereka hanya sebatas informasi saja yang mereka terima. 

"Yang ada malah mudur terus sekarang mas, kemarin paling tinggi harganya sampai Rp 1300 itu paling tinggi. Sekarang anjlok lagi hanya Rp 1150 per kilo di petani," ujarnya, Selasa (1/9).

Sedangkan Kabupaten atau daerah lainnya, lanjutnya bisa mencapai harga Rp 1700-1800 per kilo di pabrik.

Untuk harga di Ram sendiri hanya 1475 saja. 

"Di Muara Bulian saja misalnya, bisa mencapai Rp 1725," tambahnya.

Ketika disinggung faktor dan penyebabnya, para petani tidak tahu pasti hanya saja alasan klasik yang selalu disampaikan bahwa buah sawit hasil dari Tanjabtim tidak memiliki kualitas yang bagus (jelek). Itu yang mengakibatkan harga anjlok di pasaran.

"Ada juga katanya karena faktor usia sawit yang belum maksimal dipanen sudah dipanen. Tapi di Tanjabtim juga banyak usia sawit yang sudah puluhan tahun dengan tinggi 7-8 M hasil jual buahnya juga sama tidak jauh beda," jelasnya

"Kalo sekarang sawit kecil (muda) pun sama dengan sawit tua harganya, tapi tidak dipungkiri jenis sawit Tanjab timur kurang bagus dari hasil minyaknya terbilang sedikit," tambahnya.

Para petani berharap, permasalahan ini agar segera mendapatkan solusi dari pihak pemerintah.

Sehingga kedepan jika terjadi kenaikan harga tbs para petani Tanjabtim tidak hanya sekedar mendapat info dan jadi penonton saja. (usn)

Di Bungo Kenaikan Harga Bikin Petani Bergairah

MUARA BUNGO - Kenaikan harga komoditas pertanian jenis kelapa sawit sebesar Rp 500 per kilogram dalam beberapa hari terakhir membuat petani bergairah.

Bagaimana tidak, himpitan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi penghasilan masyarakat khususnya petani sawit.

Setelah sempat tak kunjung naik yang sempat membuat petani hampir putus asa dan beralih profesi. Kini harga dalam beberapa hari terakhir mulai merangkak naik.

Meski tidak melonjak tinggi, namun kenaikan itu sangat disyukuri masyarakat. Sebab harga jual demikian dapat memenuhi kebutuhan sehari hari.

 Update Kasus Covid-19 Provinsi Jambi 7 Pasien Dinyatakan Sembuh Hari Ini

 Bawaslu Temukan 12 Catatan Proses Coklit, KPU Jambi Sebut Sudah Lakukan Perbaikan

Menurunnya harga jual kelapa sawit beberapa waktu lalu membuat para petani menjerit. Pasalnya, harga jual yang selama ini diterima petani tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kepada Tribunjambi.com, Mardi warga SP 6, Dusun Sekar Mengkuang, Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang berterimakasih atas naiknya harga sawit tersebut.

Sebab sebelumnya dapur sangat sulit untuk berasap, namun kini mulai berasap. Kebaikan harga itu dikatakan Mardi dari sebelumnya Rp 1300 menjadi Rp 1800.

Menurutnya, kenaikan harga yang tidak begitu drastis iti sudah cukup lega dibanding harga sebrlumnya.

"Alhamdulillah sudah lumayan lega, kemarin sawit kami hanya dibeli 1300 per kilo sekarang sudah naik menjadi 1800," ungkapnya, Senin (31/8/2020).

Ia berharap harga itu bisa stabil atau terus bertambah naik, jangan sampai kembali turun. Karena masyarakat rata-rata hanya memiliki kebun sawit tanpa ada pendapatan sampingan lainnya.

"Jangan sampai turun lagilah, dak bisa bernafas rasanya kalau harga sudah dibawah 1500," tambahnya.

Sebab harga yang masih dapat dimaklumi petani saat dikisaran Rp 1500 per kilogram.(Tribunjambi.com/ Darwin Sijabat)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved