Salut, Hanya Menggunakan Kaos Oblong, Jeans dan AK-47, Intel Kopassus Masuk Ke Daerah Musuh

Intelejen tersebut berfungsi memata-matai musuh, dan intelejen Kopassus ini telah teruji di berbagai medan pertempuran.

Editor: Muuhammad Ferry Fadly
AMMOchambers
Anggota Kopassus berada di rawa-rawa. 

TRIBUNJAMBI.COM Selain tangguh dalam bertempur, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD ternyata juga mempunyai intelejen yang handal.

Satu diantaranya yakni operasi penyusupan saat operasi yang dilakukan militer Indonesia di Timor-Timur. 

Satu diantara intelejen Kopassus yang berhasil di medan perang yakni Nanggala.

Gempa Bumi Berkekuatan 5,7 SR Guncang Bengkulu Sabutu (22/8) Pagi Masih Imbas Gempa Rabu (19/8) Lalu

Drumer Band J-Rocks Anton Rudi Kelces Ditetapkan Sebagai Tersangka Atas Kepemilikan 1 kilogram Ganja

Pekerjaan-Pekerjaan Ini Diperkirakan Akan Hilang Setelah Pandemi Virus Corona, Apa saja?

Nanggala sendiri merupakan nama dari sebuah pusaka.

Dalam legenda Kitab Mahabarata dikenal adanya pusaka ampuh bernama Nanggala.

 

Pusaka ini merupakan tombak bergagang pendek yang sangat ampuh milik Prabu Baladewa dari Kerajaan Mandura.

Jika digunakan, misalnya Nanggala ditancapkan ke bumi, maka akan segera terjadi gempa dahsyat yang luar biasa.

Terinspirasi oleh kehebatan senjata ini, Komandan Jenderal Kopassus Brigjen TNI Yogie Soewardi Memed atau lebih dikenal sebagai Yogie SM (1975) kemudian menggunakannya nama "Nanggala" untuk menamai tim kecil intelijen Kopassus.

Sebagai tim kecil intelijen Kopassus, personel Nanggala berada di bawah organisasi (military order) Pasukan Sandiyudha (Kopassandha).

Sejak itulah, seluruh operasi Sandiyudha (intelijen tempur) dalam bentuk tim-tim kecil diberi nama sandi Nanggala.

Proses pembentukan tim pun berjalan alami.

Tidak memakai acara pelantikan atau seremoni tertentu.

tribunnews
Nanggala (Bangkapos)

Dalam setiap operasinya tim-tim kecil Nanggala kerap menamai timnya justru dengan nama-nama yang tidak sangar.

Kadang menggunakan kata sandi nama seorang wanita seperti Susi, Tuti.

Maka tidak mengherankan jika Tim Susi yang saat itu tengah mengendap-endap di Timor Timur langsung saja diputuskan menjadi Nanggala 2.

Ceritanya bermula pada Mei 1975 ketika Brigjen Yogie SM berniat mengirim tim intelijen tempur ke Timtim.

Ketika perintah diturunkan, Tim Karsayudha grup 4 atau Tim Susi di bawah pimpinan Kapten Inf Yunus Yosfiah yang semula akan ditunjuk telah berangkat ke Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT) dua bulan sebelumnya.

Satu Karsayudha lainnya juga telah diberangkatkan ke Irian Jaya.

Agar tidak bertele-tele, Tim Susi diputuskan sebagai Nanggala 2 dan Karsayudha yang beroperasi di Irian Jaya diberi kode Nanggala 1.

Jauh sebelumnya, dalam Perjuangan Pembebasan Irian Barat Agustus 1962.

RPKAD telah menyusupkan para pasukan komandonya untuk menyusup di sebelah barat Hollandia (Jayapura).

Mereka dikirim menggunakan kapal selam kelas Whiskey buatan Soviet milik ALRI.

Guna mendukung kebutuhan Kolonel Inf Dading Kalbuadi sebagai Komandan Operasi Flamboyan dalam melancarkan operasi intelijen tempur di Timtim, Brigjen TNI Yogie, lagi-lagi membentuk tim intelijen tempur bernama Nanggala.

Terbentuklah Nanggala 3 (Tim Tuti) dan Nanggala 4 (Tim Umi).

Masing-masing dipimpin Mayor Inf Tarub dan Mayor Inf Sofian Effendi.

Anggotanya dihimpun dari Grup 4 di Cijantung.

 

Jadi, baik Nanggala 1, 2 maupun 3 telah beroperasi di Timtim sejak sebelum dimulainya Operasi Seroja yang merupakan operasi militer terbuka.

Grup 1 dibawah pimpinan Letkol Inf Soegito, yang melaksanakan serbuan linud di Dili 7 Desember 1975.

Sedangkan Grup 1 dipimpin Mayor Inf Kuntara, Wakil Komandan Grup 1 yang melakukan kegiatan intelijen dari perbatasan Timtim sejak September 1975, adalah Nanggala 5.

Nanggala 6 Grup 2 dari Magelang, bertugas melakukan pembersihan di sekitar Dili.

Nanggala 7 dioperasikan di kalimantan Barat, semntara Nanggala 8 diterjunkan di Suai tanggal 4 Februari 1976.

Jika Nanggala 10 sampai 13 dioperasikan di Timtim, Nanggala 9, 14 dan 20 dioperasikan di Irian Jaya.

Aksi Blue Jeans Soldier

Timor Timur atau sekarang bernama Timor Leste pernah menjadi bagian dari NKRI.

Namun rakyat Timor Timur akhirnya melakukan referendum dan memilih lepas dari pangkuan ibu pertiwi.

Banyak kisah patriotik Tentara Nasional Indonesia saat Timor Timur masih menjadi bagian dari Indonesia.

Cerita bagaimana tentara Indonesia berusaha menangkal pergerakan gangguan keamanan di wilayah tersebut.

Selain pertempuran juga upaya spionase dengan cara memasukkan intelejen ke wilayah tersebut.

Kekuatan militer di suatu negara jika akan melancarkan operasi tempur ke salah satu target umumnya terlebih dahulu mengirim pasukan intelijen.

Tujuan pasukan intelijen yang masuk ke daerah musuh secara diam-diam itu adalah untuk mengumpulkan informasi mengenai kekuatan tempur lawan.

tribunnews
The Blue Jeans Soldiers di Timor Timur. (Istimewa) ()

Target lainnya yang diintai adalah wilayah yang akan menjadi operasi pendaratan pasukan baik dari laut maupun udara, dan berusaha membangun kontak dengan kelompok-kelompok perlawanan setempat.

Dikutip Tribunjambi.com dari Inti Sari, ketika militer Indonesia (ABRI) berencana akan melakukan operasi militer ke Timor Timur (sekarang Timor Leste) demi mendukung rakyat yang mau berintegrasi dengan RI, langkah awal yang ditempuh adalah melancarkan operasi intelijen terlebih dahulu.

Demi melancarkan operasi intelijen itu, Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) mendirikan semacam markas (safe house) di Motaain, Belu, NTT yang berfungsi untuk membentuk jaringan dengan kelompok-kelompok pro integrasi yang ada di Tim-Tim.

Petinggi Bakin yang mengendalikan operasi intelijen di Motaain adalah Ketua G-1/Intelijen Hankam, Mayjen Benny Moerdani.

Sebagai tokoh intelijen yang dikenal agresif, meskipun belum ada kepastian kapan operasi militer terbuka oleh ABRI dilaksanakan, Mayjen Benny diam-diam telah menyusupkan personel intelijennya.

 

Para personel intelijen yang akan bertugas secara sangat rahasia itu dipimpin oleh Kolonel Inf Dading Kalbuadi yang juga komandan pasukan elite, Grup-2 Para Komando (Parako) atau Komando Pasukan Sandi Yuda (Kopassanda ).

Pasukan elit itu sekarang dikenal sebagai Kopassus dan Kopassanda sendiri saat itu bermarkas di Magelang, Jawa Tengah.

Tugas utama Kolonel Dading bersama anak buahnya adalah memasuki wilayah Tim-Tim sebagai sukarelawan dan tanpa menunjukkan identitas sebagai pasukan elit.

Jika dalam tugas-tugasnya sebagai personel intelijen sampai menimbulkan bentrokan senjata dan gugur, maka negara tidak akan mengakuinya mengingat status mereka adalah sukarelawan.

Sekitar 250 personel Parako yang bertugas sebagai intelijen kemudian dikirim perbatasan NTT-Tim-Tim dan dalam penugasannya mereka selalu menyamar.

Ketika dikirim ke Atambua, NTT lalu ke Motaain, personel Parako menyamar sebagai mahasiswa yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Sedangkan senjata yang dibawa dimasukkan ke dalam karung yang telah dibubuhi tulisan berbunyi ‘alat-alat pertanian’.

Tugas utama para personel Parako adalah menyusup ke Tim-Tim dalam bentuk kelompok kecil untuk membentuk basis-basis gerilya dan melakukan penyerangan.

Sebagai sukarelawan dan tidak bersetatus anggota militer dalam melaksanakan operasi intelijennya secara terbatas (limited combat intelligence) para personel Parako kebanykan memakai celana jean dan kaos oblong serta jarang menenteng senjata.

Di kemudian hari ketika operasi militer ABRI secara terbuka untuk mendukung proses integrasi ke RI digelar, para personel Parako ternyata masih suka mengenakan celana jean dan kaos oblong.

Dengan gaya bertempur yang terkesan sangar tapi santai itu, Kopassanda, mengutip Hendro Subroto dalam Saksi Mata Perjuangan Integrasi Timor Timur (1996), pun mendapat julukan sebagai “The Blue Jeans Soldiers”.

Hebat, Tiba-Tiba Pria Pemabok Ini Minta Diajari Solat Dan Mengaji

VIRAL Pegawai Meninggal Saat Kerja, Mayat Cuma Ditutup Payung & Kardus, Miris Supermarket Tetap Buka

Hari Ini Harga Emas Antam Turun Rp 4000 Dari Harga Kemarin

Soal The Blue Jeans Soldier juga bisa dikulik dari buku Hendro Subroto lainnya yang berjudul Operasi Udara di Timor Timur terbitan Pustaka Sinar Harapan (2005). 

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved