HUT Ke 75 RI di Jambi
Merdeka ala Anak Rimba di Bukit Duabelas, dari Upacara hingga Aneka Lomba
Sejak beberapa hari lalu, mereka sudah menyiapkan segala hal untuk upacara peringatan HUT RI ke 75.
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Senin pagi, 17 Agustus 2020, Nepi, Melayan, Besati, dan kawan-kawannya sudah berkumpul di tanah lapang.
Mereka mengadakan upacara, memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 75.
Saat bendera merah putih berkibar, mereka hormat bersama.
• Siapa Sebenarnya Oscar Lawalata? Putuskan Jadi Perempuan dan Siap Diusir dari Keluarga Besarnya
• Nasib Juru Ketik Teks Proklamasi Sayuti Melik, Dapat Tunjangan Rp 31,25 Hingga Bolak Balik kePenjara
• Rekam Jejak Karir Jaksa Fedrik Adhar, Sebelum Meninggal Pernah Tangani Kasus Ahok dan Novel Baswedan
Anak-anak Rimba di Bukit Duabelas dan sekitarnya begitu antusias.
Sejak beberapa hari lalu, mereka sudah menyiapkan segala hal untuk upacara peringatan HUT RI ke 75.
Dipandu guru rimba sekaligus fasilitator pendidikan dari Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Yohana Marpaung dan Juharul Maknun, anak-anak Rimba dari berbagai kelompok itu sudah berkumpul sejak pagi.
Mereka berasal dari Kelompok Saidun Tengkuyungon di perumahan Punti Kayu 2 Desa Bukit Suban, Kelompok Selambai dari Sako Selensing Taman Nasional Bukit Duabelas, Kelompok Ngrip dari perumahan Punti Kayu 1 Desa Bukit Suban, dan Kelompok Meriau yang bermukim di dalam perkebunan kelapa sawit milik warga Desa Bukit Suban.
Sebagai warga negara Indonesia, mereka menyambut peringatan hari kemerdekaan Indonesia.
"Hormat, gerak!" demikian teriakan terdengar ketika merah putih itu berkibar.
Anak-anak Rimba dari sudut Tanah Jambi ini memaknai kemerdekaan dengan caranya.
Mereka berkumpul dan mengikuti beragam kegiatan yang sudah direncanakan.
Para anak Rimba yang ikut peringatan kemerdekaan ini tergabung dari beragam komunitas dan latar belakang.
Ada yang sudah mengikuti sekolah formal, sementara sebagian lainnya merupakan peserta didik alternatif yang diselenggarakan KKI Warsi.
Mereka sudah belajar baca, tulis, dan hitung. Fasilitator KKI Warsi yang ikut dalam upacara itu juga yang mengajarkan mereka, dari kelompok Orang Rimba yang satu ke yang lainnya.
Di antara sejuknya udara di lingkungan yang dipagari pohon-pohon, mereka berbaris. Tangan kanan hormat.
Lagu Indonesia Raya lantang terdengar dari mulut-mulut kecil bocah-bocah itu. Merah putih berkibar di tiang yang terbuat dari bambu.
Orang Rimba yang juga dikenal dengan Suku Anak Dalam ini mengikuti upacara dengan khidmat.
Sesekali, teriakan merdeka terdengar. Ada bendera-bendera kecil dari kertas minyak merah dan putih yang dibuat oleh tangan anak-anak rimba.
Mereka bawa ke mana-mana, bahkan setelah upacara.
Ternyata, perayaan HUT RI tidak sampai di sana. Setelah upacara, banyak perlombaan yang sudah disiapkan. Asoi nian mereka mengikutinya.
Ada lomba ketepatan menembak sasaran dengan menggunakan katapel.
Aturan mainnya, masing-masing anak menembak target yang sudah ditentukan dalam jarak bidikan sekitar 20 meter.
Nah, anak-anak akan adu ketangkasan menembak sasaran berupa kaleng yang diletakkan di atas meja.
Bagi yang mampu membuat kaleng jatuh jatuh akan ditetapkan pemenang.
Rupanya, ketangkasan membidik sasaran dengan ketapel atau yang dalam bahasa Orang Rimba disebut 'meci', merupakan keahlian anak-anak rimba.
Memeci sudah merupakan keseharian mereka dalam berburu hewan yang hasilnya digunakan untuk konsumsi.
Dari 15 anak yang ikut lomba ini, Nepi menjadi juara 1, Melayan juara 2, dan Besati juara 3.
Selain itu, ada juga lomba memasukkan pena ke dalam botol yang dilakukan secara beregu.
Lomba yang diikui tim ini dimenangkan tim Pengarang Gading, Bepuncak, Nyeser, Nepi dan Besimbur.
Rupanya, kata Yohana, lomba ini ada tujuannya. Pena merupakan alat tulis yang masih sangat perlu diakrabkan dengan anak-anak Rimba.
"Lomba ini diselenggarakan untuk meningkatkan ketertarikan mereka dengan alat tulis sehingga semangat mereka untuk sekolah semakin baik," ujarnya.
Aneka lomba hiburan lain, seperti membawa balon dengan kepala, lomba makan kerupuk, dan lainnya juga ramai diikuti anak-anak Rimba.
Nepi dan kawan-kawannya senang nian. Gelak tawa mewarnai keseruan mereka sepanjang perayaan HUT RI ini.
Yohana bilang, peringatan kemerdekaan Indonesia merupakan bagian dari pendidikan yang diajarkan kepada Orang Rimba.
Saat ini belum banyak Orang Rimba yang memahami makna kemerdekaan.
“Peringatan hari kemerdekaan ini adalah cara mengajarkan kepada mereka konsep hidup bernegara,” kata Yohana.
Untuk itu, sejak kemarin anak-anak rimba sudah dikumpulkan dan kemudian membuat bendera-bendera kecil dari kertas minyak warna merah dan putih.
Mereka belajar arti nasionalisme, mencintai negara dari rimba.
Menurut Yohana, Pemahaman Orang Rimba masih sangat minim tentang hidup bernegara.
Hal ini juga tidak lepas dari pengakuan terhadap hak-hak Orang Rimba yang masih belum terlalu menjadi perhatian negara.
Dicontohkannya, Meriau, satu di antara anak rimba yang saat ini hidup menumpang dalam perkebunan sawit.
Kelompok ini hidup berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya, dalam hamparan perkebunan sawit yang dulunya punya nilai hostori dengan mereka.
Terlepas dari itu, masyarakat di rimba juga warga negara Indonesia.
Mereka mencintai tanah air ini, dalam bingkai Bhineka Tungga Ika.