Peringatan HUT RI, Inilah Pidato Bersejarah Presiden Soekarno, Berapi-api Bangkitkan Semangat
Selain itu, menurut Nurdin, suasana menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan RI di Cirebon haru dan banyak tekanan.
TRIBUNJAMBI.COM - Indonesia telah menjadi negara yang merdeka sejak 17 Agustus 1945.
• Uang Hasil Jualan Keliling Dibawa Penipu, Mbah Khotim Kehilangan Uang 400 Ribu, Pulang Jalan Kaki
• Kekayaan Calon Gubernur dan Kekayaan Calon Wakil Gubernur di Pilgub Jambi 2020
• UGM Paling Diminati di SBMPTN 2020, Capai 62.507 Orang, Ini 10 Kampus Negeri Teratas Paling Diminati
Saat itu Bung Karno bersama Hatta di hadapan rakyat Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Teks proklamasi itu dibacakan tepat pada pukul 10.00 WIB, di Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta Pusat, oleh Soekarno yang didampingi Mohammad Hatta.
Ada pun sebelum pembacaan teks proklamasi, Bung Karno terlebih dahulu membacakan naskah pidato pengantar.
Pidato itu menggambarkan bagaimana keputusan proklamasi kemerdekaan ini diambil.
Berikut ini naskah Pidato 17 Agustus Bung Karno versi lengkap sesaat sebelum proklamasi kemerdekaan:
Saudara-saudara sekalian !
Saya telah minta saudara-saudara hadir di sini untuk menyaksikan satu peristiwa maha penting dalam sejarah kita.
Berpuluh-puluh tahun kita Bangsa Indonesia telah berjuang, untuk kemerdekaan tanah air kita.
Bahkan telah beratus-ratus tahun !
Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya dan ada turunnya.
Tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita.
Juga di dalam zaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti-henti.
Di dalam zaman Jepang ini, tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka.
Tetapi pada hakikatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri.
Tetap kita percaya kepada kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri.
Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya.
Maka kami tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia, dari seluruh Indonesia.
Permusyawaratan itu seiya sekata berpendapat bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara, dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad itu.
Dengarlah proklamasi kami:
• Deretan Sejarah di Bulan Muharram Gugurnya Cucu Rasulullah di Karbala Hingga Terbelahnya Laut Merah
• Alternatif Tak Lolos SBMPTN 2020, UNS, ITS, UNY dan Unhas Masih Membuka Jalur Mandiri
• Tak Ada Ampun, Ini Alasan Ahok Tetap Lanjut Proses Hukum 2 Netizen Penghinanya
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yan sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945.
Atas Nama Bangsa Indonesia,
SOEKARNO–HATTA.
Demikianlah saudara-saudara!
Kita sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita!
Mulai saat ini kita menyusun Negara kita!
Negara Merdeka, Negara Republik Indonesia.
Merdeka kekal dan abadi.
Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.
Sebelumnya Wartakotalive memberitakan, proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ternyata dibacakan pertama kali di Cirebon, Jawa Barat.
Tepatnya, di Alun-alun Kejaksan, Jalan Kartini, Kota Cirebon, pada 15 Agustus 1945.
Teks proklamasi itu dibacakan dr Soedarsono, dokter di rumah sakit Oranje yang kini menjadi RSD Gunung Jati, Kota Cirebon.
Budayawan Cirebon Nurdin M Noor mengatakan, Soedarsono memproklamirkan kemerdekaan RI atas perintah Sutan Sjahrir.
"Cirebon dipilih karena saat itu dianggap masih aman dari penjajah Jepang," ujar Nurdin M Noer saat ditemui di rumahnya, kawasan Perumnas, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Kamis (15/8/2019).
Ia mengatakan, setelah menyerah dari sekutu, para tentara Jepang banyak berkumpul di kota-kota besar.
Bahkan, menurut dia, pembacaan teks proklamasi itu pun terjadi secara spontan.
Saat itu, Sjahrir mengirimkan telegram langsung kepada Soedarsono setelah memastikan Jepang menyerah kepada sekutu.
"Inti dari Telegram itu memerintahkan agar dokter Soedarsono membacakan teks proklamasi yang sudah disiapkan," kata Nurdin M Noor.
• Pilihan Smartphone Rp 1 Jutaan - Oppo, Samsung, Vivo, Xiaomi, Realme
• 8 Fakta-fakta Istri Cantik Jerinx SID, Nora Alexandra Minta Netizen Begini Saat Suami Ditahan
• Jelang Proklamasi 17 Agustus 1945, Soekarno Kecewa dan Marah Namun Pasrah Diculik ke Rengasdengklok
• Transkrip Lengkap Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi di Sidang Tahunan MPR, Jumat 14 Agustus 2020
Ia mengatakan, Sutan Sjahrir merupakan tokoh gerakan bawah tanah, dan dokter Soedarsono merupakan orang dekatnya.
Setelah mendapat telegram dari Sutan Sjahrir, para pejuang di Cirebon berkumpul dan menggelar rapat kecil, hingga disepakati Sordarsono yang membacakannya.
Kala itu, Sjahrir meminta dokter Soedarsono membacakan teks proklamasi Cirebon karena dianggap mampu.
Selain itu, dokter Soedarsono juga merupakan salah satu tokoh Cirebon yang berpendidikan.
"Setelah membacakan teks proklamasi, para pejuang langsung menyiarkan kabar itu ke beberapa daerah di Cirebon, misalnya di Kecamatan Waled, Palimanan, dan Plumbon," ungkap Nurdin M Noor.
Namun, hingga kini tidak ada yang tahu isi teks proklamasi yang dibacakan dokter Soedarsono.
Bahkan, keberadaan naskah proklamasi kemerdekaan yang dibuat Sjahrir tersebut sudah tidak diketahui.
Nurdin M Noor menyebut pembacaan proklamasi di Cirebon merupakan cikal bakal kemerdekaan RI yang dibacakan Soekarno-Hatta di Jakarta pada 17 Agustus 1945.
"Sebab, setelah pembacaan proklamasi di Cirebon, Soekarno dan M Hatta diculik, kemudian dibawa ke Rengasdengklok," bebernya.
Selanjutnya, Soekarno-Hatta membacakan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur pada 17 Agustus 1945.
Selain itu, menurut Nurdin, suasana menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan RI di Cirebon haru dan banyak tekanan.
Karena, para pejuang merasa khawatir ada serangan mendadak dari penjajah Jepang.
Nurdin juga menjelaskan, berdasarkan catatan sejarah lain, alasan lain Sjahrir menunjuk Soedarsono membacakan Proklamasi Kemerdekaan RI di Cirebon karena tidak ingin menunggu lama.
"Kalau terlalu lama, khawatir tidak dianggap oleh dunia," terang Nurdin M Noer.
Sebelumnya Wartakotalive memberitakan, hari ini tepat 74 tahun yang lalu, terjadi peristiwa bersejarah di Cirebon, Jawa Barat.
Para pejuang yang dipimpin dr Soedarsono membacakan proklamasi kemerdekaan RI di Alun-alun Kejaksan, Jalan Kartini, Kota Cirebon, pada 15 Agustus 1945.
Ya, kemerdekaan RI ternyata diproklamsikan pertama kali di Kota Udang.
Atau, dua hari sebelum naskah proklamasi kemerdekaan RI dibacakan Soekarno-Hatta di Jalan Pegangsaan Timur pada 17 Agustus 1945.
Budayawan Cirebon Nurdin M Noor mengatakan, dr Soedarsono merupakan pejuang kemerdekaan RI asal Cirebon.
"Beliau ini ranah politiknya di bawah Sutan Sjahrir," kata Nurdin M Noor, ditemui di kediamannya di kawasan Perumnas, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Kamis (15/8/2019).
"Dan ayah dari Prof Dr Juwono Soedarsono, Menteri Pertahanan era Soeharto," sambungnya.
Kala itu, Soedarsono merupakan dokter di Rumah Sakit Oranje yang kini telah berubah nama menjadi RSD Gunung Jati, Kota Cirebon.
Nurdin mengakui hal itu merupakan peristiwa sejarah yang luar biasa dan tidak disangka-sangka.
Ia mengatakan, tidak semua orang tahu mengenai peristiwa bersejarah tersebut.
Mengingat, minimnya catatan sejarah mengenai proklamasi kemerdekaan RI yang dipimpin dr Soedarsono itu.
Hanya Alun-alun Kejaksan, Kota Cirebon, yang menjadi saksi bisu para pejuang membacakan teks proklamasi tersebut.
"Saat itu juga hanya disaksikan kira-kira 50-an orang," ujar Nurdin M Noor.
Saat ini, Alun-alun Kejaksan sendiri ditutup sementara karena tengah direvitalisasi.
Seluruh sisinya juga tampak ditutupi seng setinggi kira-kira dua meter, dan terlihat sejumlah alat berat terlihat yang dioperasikan.
Proyek revitalisasi alun-alun tersebut menggunakan dana hibah Pemprov Jabar dan ditargetkan selesai akhir tahun ini.
Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda dari perkumpulan Menteng 31 terhadap Soekarno-Hatta.
Peristiwa ini terjadi pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB. Soekarno-Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Hingga akhirnya terjadi kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr Achmad Subardjo dengan golongan muda, tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.
Terutama, setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno-Hatta tetap tidak berubah pendirian.
Di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan.
Tetapi, apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan, karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada Jumat 17 Agustus 1945 di lapangan IKADA (sekarang lapangan Monas).
Atau, di rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56.
Akhirnya rumah Bung Karno dipilih, karena di lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga.
Untuk menghindari kericuha saat terjadi pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No 56.
Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong.
Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta.
Namun, sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr Achmad Soebardjo.
Kemudian, Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati, dan Guntur.
Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56.
Pada tanggal 16 tengah malam, rombongan tersebut sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945, pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik.
Naskah proklamasi diketik menggunakan mesin ketik yang 'dipinjam' (tepatnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman Mayor (Laut) Dr Hermann Kandeler. (*)
Artikel ini telah terbit di wartakotalive.com dengan judul Begini Isi Lengkap Naskah Pidato Bung Karno Saat Proklamirkan Kemerdekaan Indonesia