Refly Harun soal Pilkada Solo 2020: Mending Gibran Lawan Kotak Kosong daripada Lawan 'Calon Boneka'
Meski begitu, Refly Harun mengaku lebih memilih Gibran melawan kotak kosong di Pilkada Solo 2020, dibandingkan ada penantang, tetapi sifatnya lemah.
TRIBUNJAMBI.COM - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun, memberikan pandangannya terkait Pilkada Solo 2020.
Pada Pilkada Solo 2020 memang tidak lepas dari pandangan pengamat, alasannya karena majunya putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka yang berpasangan dengan Teguh Prakosa.
Dilansir TribunWow.com dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi, Kamis (13/8/2020), Refly Harun mengakui bahwa peluang menang Gibran dan Teguh di Pilkada Solo 2020 sangat besar.
Selain karena pengaruh dari Jokowi, melainkan juga didukung oleh partai besar yang merupakan mayoritas di Kota Solo, yakni PDI Perjuangan (PDIP).
Termasuk sudah menggandeng beberapa partai lain seperti Gerindra, PAN, Golkar, hingga PSI untuk berkoalisi mendukung Gibran.
• Cerita Dibalik Foto Jokowi dan Sri Mulyani 22 Tahun Silam, Begini Kata Pengunggah Foto Viral Itu!
• Ibu Rumah Tangga Raup Rp 500 Juta Hasil Tipu Ratusan Lansia, Modus Salurkan Bantuan dari Turki
• Video Detik-detik Begal Payudara di Padang Cabuli Seorang Perempuan Sedang Dorong Kereta Bayi
• Sebulan Menikah, Pria Ini Temui Kenyataan Pahit Perilaku Istri di Ranjang, Langsung Menduda
Dengan kondisi tersebut, kecil kemungkinannya untuk menghadirkan penantang Gibran dari jalur partai.
Seperti yang diketahui, saat ini hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang masih berada di luar koalisi PDIP.
Namun, PKS sendiri tidak terkendala syarat presidential threshold yang mengharuskan mempunyai 9 kursi di DPRD Kota Solo untuk bisa mengajukan calon di Pilkada Solo 2020.
Harapannya masih ada dari bakal pasangan calon (bapaslon) Bagyo Wahyono dan FX Supardjo (Bajo) yang sedang berjuang dari jalur independen atau non partai.
Meski begitu, Refly Harun mengaku lebih memilih Gibran melawan kotak kosong di Pilkada Solo 2020, dibandingkan ada penantang, tetapi sifatnya lemah.
"Kotak kosong ini kan sebenarnya simbol perlawanan, pertama harus dipastikan kalau ada calon yang melawan Gibran, calon tersebut harus yang serius, jangan calon yang main-main," ujar Reflu Harun.
"Karena kalau calonnya main-main ya akan melukai Pilkada sendiri," jelasnya.
Refly Harun tidak ingin, munculnya calon penantang yang bisa dikatakan tidak kuat justru akan membantu pasangan Gibran itu sendiri.
Menurutnya, masyarakat Kota Solo tentunya tidak mungkin akan memilih calon lemah tersebut.
"Ya katakanlah dalam tanda kutip calon boneka yang diciptakan agar kemudian tidak melawan kotak kosong," kata Refly Harun.