Kisah di Balik Penyusunan Teks Proklamasi, Kertas Asli Tulisan Tangan Soekarno Diabaikan

Naskah yang dibacakan Soekarno ini menjadi bukti Indonesia telah merdeka dari penjajahan. Pembacaan teks proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56

Editor: Suci Rahayu PK
Cloudfront.net
Dibanding proklamasi kemerdekaan negara lain, barangkali kemeriahan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 tidak ada apa-apanya. Ikrar kemerdekaan bangsa Indonesia itu dibacakan dalam kondisi prihatin dan sangat sederhana. 

TRIBUNJAMBI.COM - Teks proklamasi merupakan bagian penting dari kemerdekaan Indonesia.

Naskah yang dibacakan Soekarno ini menjadi bukti Indonesia telah merdeka dari penjajahan.

Pembacaan teks proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta menjadi peristiwa yang sakral dan bersejarah.

Tetapi, proses perumusan teks proklamasi juga menarik untuk dibahas.

Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah diketik oleh Sayuti Melik dan telah ditandatangani oleh Soekarno-Hatta.
Soekarno membacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah diketik oleh Sayuti Melik dan telah ditandatangani oleh Soekarno-Hatta. ((Wikipedia))

Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta terwujud.

Ada banyak peristiwa yang mengiringi kemerdekaan negeri tercinta.

Berawal dari jatuhnya bom atom di dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, membuat Jepang menyerah pada sekutu.

Bersumber dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito, menyatakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu.

Peristiwa penting tersebut diketahui oleh golongan muda Indonesia melalui siaran radio BBC Inggris.

Kenapa Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Tidak Dibacakan di Istana 75 Tahun Lalu?

Arti, Isi dan Makna Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Melihat ada kesempatan untuk merdeka, kaum muda kemudian mendesak golongan tua untuk segera menyatakan kemerdekaan.

Belum ada pernyataan resmi dari Jepang membuat golongan tua menolak.

Mereka memilih menunggu hingga 24 Agustus 1945, tanggal yang ditetapkan Jepang sebagai hari kemerdekaan Indonesia.

Tidak ingin kemerdekaan Indonesia diberikan oleh Jepang, pada 15 Agustus 1945, dwitunggal "diculik" oleh golongan muda.

Foto karya Frans Mendur yang mengabadikan detik-detik proklamasi Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Cikini, Jakarta, 17 Agustus 1945. Kiri, pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief Hendraningrat, anggota PETA (Pembela Tanah Air). Kanan, suasana upacara dan para pemuda yang menyaksikan pengibaran bendera
Foto karya Frans Mendur yang mengabadikan detik-detik proklamasi Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Cikini, Jakarta, 17 Agustus 1945. Kiri, pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief Hendraningrat, anggota PETA (Pembela Tanah Air). Kanan, suasana upacara dan para pemuda yang menyaksikan pengibaran bendera (ist)

Sukarni, Wikana, dan Chairul Saleh membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Mereka berharap keduanya berubah pikiran dan segera menyatakan kemerdekaan.

Hingga 16 Agustus 1945, dwitunggal tetap teguh pada pendiriannya.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved