Ledakan Beirut
Begini Pengakuan Saksi Mata Ledakan Beirut Lebanon yang Sebabkan 4000 Orang Luka-luka
Peristiwa ledakan Beirut, Lebanon jadi yang terburuk di tahun 2020, dengan korban tewas capai 78 orang.
Seorang pensiunan guru berusia 70-an tahun yang sudah bertahun-tahun tinggal di dekat pelabuhan, Makrouhie Yerganian, mengatakan, ledakan tersebut seperti bom atom, sebagaimana dilansir AFP.
Dia menuturkan, insiden seperti itu belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Bahkan, ketika Lebanon diguncang perang saudara pada 1975-1990.
Yerganian menerangkan, semua bangunan di sekitar tempat tinggalnya langsung kolaps, dan sang paman yang berusia 91 tahun tewas karena luka-lukanya.
• Ikan Sungai dan Laut Sepi Peminat, Harga Turun di Pasar Angso Duo Jambi
Korban ledakan
Hingga berita ini ditulis, sebanyak 78 orang dilaporkan tewas dan sekitar 4.000 orang terluka, sebagaimana dilansir Reuters.
Jumlah korban dan tewas maupun luka-luka diperkirakan akan terus meningkat mengingat proses evakuasi masih berlangsung.
Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hasan mengatakan, masih banyak orang yang dilaporkan hilang.
“Orang-orang bertanya kepada departemen darurat tentang orang-orang yang mereka cintai dan sulit untuk mencari di malam hari karena tidak ada listrik," kata Hasan.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah mengatakan, ada satu orang warga negara Indonesia yang luka, tetapi kondisinya sudah stabil.
"Ada satu WNI yang mengalami luka-luka (inisial NNE). Staf KBRI sudah berkomunikasi melalui video call dengan yang bersangkutan. Kondisinya stabil, bisa bicara dan berjalan," kata Faizasyah.
Dia menambahkan, yang bersangkutan sudah diobati oleh dokter rumah sakit dan sudah kembali ke apartmennya di Beirut.
Penyebab ledakan
Perdana Menteri Hassan Diab menyatakan, penyebab ledakan tersebut disinyalir disebabkan karena 2.750 ton amonium nitrat yang merupakan pupuk pertanian.
Diab menambahkan bahwa pupuk itu disimpan selama bertahun-tahun dalam gudang di tepi laut.