Mahasiswi Ini Curhat Hamil Anak Kembar Usai Ditinggal Pacarnya, Kini Ingin Besarkan Sendiri Anaknya
Sang mahasiswi mengaku awalnya sangat benci dengan bayinya namun kemudian mencoba untuk belajar menerima keadaan.
Ia pun berencana untuk jujur kepada keluarganya tentang keadaannya.
"Makasih atas support kalian, aku jadi semangat buat ke depannya.
Aku mutusin bakal rawat anakku, aku gamau dia diadopsi orang lain.
Makasih buat yang ingin adopsi anakku, kalian perhatian banget sama aku.
Mungkin aku bakal jujur ke ortu setelah aku melahirkan nanti," tulisnya dalam video lain.
Pandangan Psikolog
Menanggapi kisah tersebut, psikolog keluarga dari Jasa Psikologi Indonesia (JASPI) Surakarta, R Yuli Budirahayu menilai, memberi informasi jujur kepada keluarga adalah pilihan terbaik.
"Meskipun jauh dari keluarga, harus ada komunikasi dengan orangtua, siapa tahu ada respons yang menenangkan sehingga psikologisnya menjadi tenang," ungkap Yuli saat dihubungi Tribunnews, Sabtu (25/7/2020).
Langkah berkomunikasi dengan lingkungan sekitar terlebih dulu juga bisa diambil.
"Kalau tidak siap menyampaikan ke keluarga mungkin lingkungan sosialnya bisa membantu menyampaikan ke keluarga," imbuhnya.
Yuli juga berharap pihak keluarga nantinya tidak memperburuk situasi jika sudah mendapatkan kabar tersebut.
"Kalau berkaca ideal ya sikap orangtua semestinya tidak memperburuk situasi keadaan psikologis masing-masing, terutama anaknya yang hamil tadi," ungkap Yuli.
Mencoba untuk lebih tenang dan menerima kenyataan disebut Yuli sebagai langkah yang tepat untuk diambil.
"Paling tidak orangtua harus membantu anak mempersiapkan menjadi ibu dari anak yang akan dilahirkan," ungkap Yuli.
"Ini kan bukan kondisi yang diinginkan, bekali anak damping anak sampai anak merasa keluarga memberi support psikologis yang baik sehingga anak merasa tenang hingga persalinan," imbuhnya.