Alasan AS Tutup Paksa Konsulat Beijing di San Francisco Karena Duga Ilmuwan China Sembunyi Disana
Jaksa federal kabarnya tengah memburu ilmuwan Cina yang dituduh melakukan penipuan visa.Mengutip dari CNN, menurut mereka buronan FBI itu bersembunyi
TRIBUNJAMBI.COM - Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China makin meningkat.
Belum lama ini, konsulat Beijing di San Francisco di tutup paksa oleh FBI.
Jaksa federal kabarnya tengah memburu ilmuwan Cina yang dituduh melakukan penipuan visa.
Mengutip dari CNN, menurut mereka buronan FBI itu bersembunyi di Konsulat Tiongkok di San Francisco.
Jaksa menuduh Tang Juan, berbohong tentang hubungannya dengan militer Cina untuk mendapatkan izin masuk ke AS.
Sejak itu, Tang Juan disebut menghindari penangkapan dan berlindung di misi diplomatik yang terletak di Pantai Barat AS.
• Pria Ini Kaget Dengar Rintihan di Kamar, Penasaran, Istrinya dan Tukang pijat Ternyata Bergumul
• Gaji ke-13 Cair Agustus 2020, Ini Jumlah yang Diterima Golongan I Hingga IV
Tang Juan Didakwa Tuduhan Penipuan Visa
Lebih lanjut, menurut pengajuan pengadilan, Tang Juan didakwa dengan satu tuduhan yakni penipuan visa pada 26 Juni 2020 kemarin.
Jaksa mengatakan dia menyembunyikan hubungannya dengan militer negara itu dalam permohonan visanya.
Tetapi, para penyelidik ‘menemukan foto-fotonya dalam seragam Kader Sipil dari Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA)’.
Penyelidik juga menemukan fakta bahwa Tang Juan dipekerjakan sebagai peneliti di Universitas Kedokteran Militer Keempat (FMMU).
Tang Juan Membantah Bertugas di Militer
Sementara itu, selama wawancara dengan agen FBI pada 20 Juni, Tang Juan kabarnya membantah bertugas di militer Cina.
“Dia mengklaim tak tahu arti lencana pada seragamnya, dan mengenakan seragam militer diperlukan untuk hadir di FMMO karena itu adalah sekolah militer,” ungkap pengacara dalam pengajuan pengadilan 20 Juli.
Namun, selama pemburuan tempat tingal dan media elektronik Tang Juan, agen FBI mengklaim menemukan bukti lebih lanjut mengenai afiliasi PLA Tang Juan.
Setelah wawancara dengan biro, Tang Juan diduga malarian diri ke Konsulat San Francisco.
“FBI menduga dia menetap,” ungkap pihak berwenang.
• Peralatan Kalah Jauh, Tapi Militer Israel Tak Berkutik Kala Berhadapan dengan Kekuatan TNI
• Lalapan Kol & Mentimun Punya Efek Pada Covid-19, Penelitian Menyatakan Bisa Turunkan Risiko Kematian
Jaksa Klaim Buronan Bagian dari Program Cina
Media CNN telah menghubungi Departemen Luar Negeri AS, Departemen Kehakiman dari FBI untuk dimintai komentar lebih lanjut.
Secara terpisah, CNN juga menjangkau Kementerian Luar Negeri Cina.
Tuntutan pidana menyebutkan soal beberapa ilmuwan Cina lainnya di AS.
Jaksa mengklaim meraka adalah bagian dari program yang dilakukan PLA, khususnya FMMU atau lembaga terkait.
“Setidaknya ada satu bukti dalam kasus ini, seorang ilmuwan militer menyalin atau mencuri informasi dari institusi Amerika atas arahan atasan militer di Cina,” ungkap Jaksa menuntut.
“Selain itu, terdapat bukti dari pemerintah RRC yang menginstruksikan orang-orang ini untuk menghancurkan bukti dan mengoordinasi kepergian mereka dari AS," tambahnya.
"Terutama setelah tuduhan yang jatuhkan kepada Wang Xin di distrik ini pada 7 Juni 2020,” ungkap Jaksa tersebut.
• Ibu Yodi Prabowo di Pemakaman Sempat Protes ke Suci Fitri yang Menyimpan Rahasia Ini Darinya
Penangkapan Wang Xin
Bulan lalu, Wang Xin ditangkap di Bandara International Los Angeles.
Dia diduga berusaha meninggalkan AS menuju ke Tianjin, Cina.
Wang Xin kemudian didakwa dengan penipuan visa.
Mengomentarai penangkapan Wang, Juru Bicara Kementeerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying angkat bicara.
Hua Chunying menyebut tindakan tersebut sebagai penganiayaan politik.
“Sejauh yang saya tahu, Wang Xin melakukan penelitian di bidang penyakit kardiovaskular,” ungkapnya.
“Saya tidak melihat bagaimana hal itu dapat mengancam kepentingan atau keamanan nasional AS,” terangnya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul FBI Buru Ilmuwan China Terkait Hubungan Militer, Diduga Sembunyi di Konsulat Beijing San Francisco,
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Garudea Prabawati