Berita Eksklusif Tribun Jambi

EKSKLUSIF Stockpile Kepung Sawah Petani Kunangan, Lahan Makin Sempit, Masyarakat Tolak

"Dari 120 hektare itu, kita mendapat tantangan berat di wilayah kita ini. Kita dikelilingi kawasan industri," katanya, Selasa (14/7) lalu.

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Duanto AS
Tribun Jambi
Tribun Jambi Edisi Senin 21 Juli 2020 

TRIBUNJAMBI.COM, SENGETI - Selama puluhan tahun, sebagian masyarakat di Desa Kunangan, Kecamatan Tanggo Rajo, Kabupaten Muarojambi, hidup dari hasil pertanian. Namun, seiring waktu, industri di Kabupaten Muarojambi mulai mengepung sawah-sawah, tidak terkecuali di Desa Kunangan.

Kepala Desa Kunangan, M Fauzi menyampaikan, lahan sawah di desa itu awalnya seluas 120 hektare, baik secara keluarga mau pun secara pribadi.

"Dari 120 hektare itu, kita mendapat tantangan berat di wilayah kita ini. Kita dikelilingi kawasan industri," katanya, Selasa (14/7) lalu.

Masih Bersuami, Wanita Ini Berhubungan Intim dengan Anaknya, Begini Tanggapan Suami

Update Kasus Kematian Editor Metro TV, Polisi Kantongi Terduga Pelaku dan Sosok Pria Misterius

Sayangnya, jumlah itu kini tersisa sekitar 70 hektare saja. Sebelumnya, jika rata-rata sawah ini dimiliki 15 tumbuk per keluarga, setidaknya bisa menghidupi satu tahun keluarga di Desa Kunangan. Tapi sekarang mereka sudah jauh dari harapan itu, karena humus kesuburan tanah berkurang.

Ada 219 petani dari 1.267 penduduk Desa Kunangan. Satu di antara petani, Sahril menuturkan, dalam satu dekade terakhir luas sawah di desa itu terus berkurang. Sebagian sawah yang mulai tidak produktif dan desakan kebutuhan memaksa petani untuk melepas sawahnya, yang kebanyakan dibeli pengusaha asing. Apa lagi, Desa Kunangan pun tidak jauh dari Pelabuhan Talang Duku.

Kini, masyarakat Desa Kunangan mulai khawatir nasib sawah-sawah mereka, setelah melihat tanah yang diketahui milik konglomerat yang ada di wilayah desa mereka, mulai didatangi alat berat.

Mereka khawatir, jika lahan yang mulai ditimbun itu akan dijadikan tempat penumpukan batu bara. Sebab, jika itu terjadi, maka menurutnya, sawah mereka juga akan terdampak.

Dampak itu mulai terlihat dalam beberapa waktu terakhir, saat mengetahui saluran irigasi untuk sawah-sawah mereka mulai tertutup timbunan. Imbasnya, sawah-sawah tidak mendapat pengairan yang sesuai.

"Itu nanti pasti akan menggangu saluran irigasi, sementara sawah kita ini sangat bergantung sama irigasi. Macam sekarang ini, kemarin kita belum selesai tanam, air sudah kering. Tiba sekarang hujan beberapa hari padi sudah tenggelam," jelasnya.

Ungkapan Sahril juga diamini Zulkabir dan Makrum, petani lainnya yang mendapati sawahnya tergenang karena hujan pekan lalu.

Kecewa Hasil Buruk di MotoGP Spanyol 2020, Valentino Rossi Sindir Teknisi Yamaha

Tergenangnya sawah-sawah Desa Kunangan tersebut karena merupakan sawah tadah hujan, yang sangat bergantung pada pengairan yang sesuai. Mereka khawatir, jika stockpile itu jadi dibangun, mereka tidak bisa lagi bersawah. Apa lagi, jika unsur hara pada tanah subur desa mereka terpengaruh kandungan batu bara nantinya.

Lahan Semakin Sempit

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bina Tani Desa Kunangan, Uun Suheli menyebut, saat ini saluran air untuk dialirkan ke sawah sudah tersumbat.

"Ada perusahaan membangun kanal yang akan menutupi irigasi kita. Dam primer, sekunder, dan tarsier sudah ditutup, sehingga kita untuk mengeluarkan air di hulu itu tidak bisa dikeluarkan lagi, karena pintu dam sudah ditutup semua," jelasnya.

Namun, hingga kini dia tidak tahu perusahaan apa yang ada di balik kegiatan itu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved