Kumpulan 8 Puisi Karya Terbaik Sapardi Djoko Darmono yang Akan Selalu Dikenang
KABAR DUKA! sastrawan nasional Sapardi Djoko Damono meninggal dunia, Minggu 19 Juli 2020.
TRIBUNJAMBI.COM - KABAR DUKA! sastrawan nasional Sapardi Djoko Damono meninggal dunia, Minggu 19 Juli 2020.
Sapardi Djoko Damono menghembuskan nafas terkahirnya di usia 80 tahun.
Kepergian almarhum menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga, kerabat hingga para penggemarnya.
• Diselingkuhi Sang Istri, Pria Ini Balas Dendam Nikahi Ibu Mertua, Begini Kisah Cinta Segitiganya
• VIDEO : Para Ahli Ungkap Misteri di Balik Ekspresi Ketakutan Mumi Berusia 3.000 Tahun
Media sosial diramaikan dengan ucapan duka untuk sang sastrawan.
Bahkan namanya masuk trending di Twitter.
• VIRAL, Kakek Perjaka 70 Tahun Nikahi Gadis Cantik 20 Tahun, Mas Kawin Rp 9,3 M Jadi Sorotan
• Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia, Sosoknya Dikenal Senang Berbagi dengan Anak Muda
Karya-karya indahnya membanjiri linimasa untuk mengenang sosoknya.
Sepanjang kariernya, Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai pujangga yang pandai menuliskan hal-hal sederhana namun penuh makna kehidupan.
Sastrawan yang lahir di Solo pada 20 Maret 1940 itu bisa dibilang sebagai panutan di bidang literasi.
Ia berhasil meraih banyak penghargaan, bahkan sampai mancanegara.
Karyanya dinikmati di segala kalangan.
Ada buku puisi, esai hingga fiksi.
• Daftar Drama Korea Paling Banyak Ditonton 2020, Posisi Pertama Sempat Ramai Diperbincangkan
• Diberi Bantuan, Penderita Kanker Malah Beli Motor dan Sapi Pakai Uang Donasi dari Donatur
Semua karya Sapardi Djoko Damono akan tetap abadi dan memiliki tempat tersendiri di hati para penggemar.
Berikut deretan karya terbaik yang ditulis Sapardi Djoko Damono semasa hidup yang dirangkum Tribunnewsmaker.com dari berbagai sumber :
1. Yang Fana Adalah Waktu
Yang fana adalah waktu.
Kita abadi
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu
Kita abadi
2. Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
3. Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau tak akan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau tak akan letih-letihnya kucari
4. Hatiku Selembar Daun
Hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput
Nanti dulu
biarkan aku sejenak terbaring di sini
ada yang masih ingin kupandang
yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
sebelum kausapu tamanmu setiap pagi
5. Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
6. Kuhentikan Hujan
Kuhentikan hujan
Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahan
Ada yang berdenyut dalam diriku
Menembus tanah basah
Dan cahaya matahari
Tak bisa kutolak
Matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga.
7. Ruang Tunggu
Ada yang terasa sakit
di pusat perutnya
Ia pun pergi ke dokter
belum ada seorang pun di ruang tunggu
Beberapa bangku panjang yang kosong
tak juga mengundangnya duduk
Ia pun mondar-mandir saja
menunggu dokter memanggilnya
Namun mendadak seperti didengarnya
suara yang sangat lirih
dari kamar periksa
Ada yang sedang menyanyikan
beberapa ayat kitab suci
yang sudah sangat dikenalnya
Tapi ia seperti takut mengikutinya
seperti sudah lupa yang mana
mungkin karena ia masih ingin
sembuh dari sakitnya
8. Hanya
Hanya suara burung yang kau dengar
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana
Hanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu
Hanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu
(Tribunnewsmaker.com/ Listusista)
Artikel ini juga pernah tayang di Tribunnews Kumpulan Puisi Karya Terbaik Sapardi Djoko Damono: Penuh Makna, Abadi dan Akan Selalu Dikenang