Terdampak Pandemi Covid-19, Proses Pengolahan Pinang Kering Jadi Rezeki Warga Tanjab Timur

Mengisi waktu berdiam di rumah, masyarakat Tanjabtim manfaatkan buah pinang melimpah jadi pundi rezeki.

Penulis: Abdullah Usman | Editor: Teguh Suprayitno
Tribunjambi/Abdullah Usman
Harga pinang di Tanjab Timur anjlok, dampak vurus corona. Dinas Perkebunan Tanjab Timur mengimbau agar para tengkulak tidak memanfaatkan situasi. 

TRIBUNJAMBI.COM, MUARA SABAK - Mengisi waktu berdiam di rumah, masyarakat Tanjabtim manfaatkan buah pinang melimpah jadi pundi rezeki. 

Tidak dipungkiri harga jual buah pinang yang saat menjadi andalan masyarakat Tanjabtim. Selain pemilik kebun upah mengupas dan pengeringan pinang menjadi alternatif tambahan ekonomi mereka.

Pantauan tribunjambi.com, proses pengeringan buah pinang sebelum dijual kini semakin banyak model dan variannya. Selain di belah dua dan dicukil seperti umumnya, kini pengolahan pinang dapat dilakukan dengan cara dikupas (tarah).

Selain itu untuk memudahkan proses pengeringan buah pinang maksimal, banyak masyarakat mencoba teknik baru yakni dengan menggantung buah pinang dengan seutas tali dan jemur.

Harga Cabai di Angso Duo Cuma Rp 12 Ribu, Daftar Harga Sembako di Jambi 9 Juni 2020

Dua Rekan Rizki Jadi Buronan Polsek Telanaipura, Pelaku Jambret Masuk Got Usai Ditabrak Warga

Kementrian Pendidikan Pastikan Tahun Ajaran Baru Sekolah Minggu Ketiga Juli

Dengan banyaknya macam pengolahan buah pinang agar lebih praktis dan cepat tersebut, tentunya para pengusaha pinang membutuhkan tenaga tambahan. Untuk itu banyak warga Mendahara dan Sabak Timur bekerja menjadi pengupas pinang.

Seperti yang dilakoni Nurbaeti warga Mendahara, menurutnya dalam seminggu dirinya bersama beberapa rekan lainnya dapat menyelesaikan belasan karung buah pinang kering yang siap dikupas.

"Biasanya dalam seminggu itu dua kali pengiriman, jumlah sekali pengiriman bisa 10- 14 karung," ujarnya.

Tentunya, jika semakin cepat selesai pinang pinang tersebut dikerjakan, tentunya akan cepat pula pasokan pinang baru yang masuk, hal itu bedampak positif bagi perekonomian mereka.

Lanjutnya, dalam menyelesaikan pengupasan pinang tersebut, dirinya dan kawan kawan diupah Rp 1.400 - 1.600 per kilonya. 

"Ini terbilang turun mas, biasanya kalo dak musim Corona ni bisa Rp 2.000 per kilonya," tuturnya.

Terpisah Kasiah warga Muara Sabak juga menuturkan hal yang sama, dirinya merasa bersyukur di masa pandemi ini harga pinang masih dapat diandalkan. Tidak saja bagi mereka yang memiliki kebun luas mereka yang tidak memiliki kebun juga dapat merasakan.

"Kalo yang punyo kebun mungkin mereka kewalahan untuk ngolahnyo, itulah jasa kami ni diperlukan," ujarnya.

Batal Berangkat, 3 CJH Sarolangun Minta Uang Pelunasan Ibadah Haji Dikembalikan

3.500 Keluarga di Tanjab Barat Terima Bantuan JPS, Dampak Covid-19

Dirinya bersama lima rekannya, selain menerima jasa kupas pinang kering juga biasa menerima jasa gantung pinang basah untuk proses pengeringan. Bahkan terkadang pemilik kebun kerap menghubunginya untuk ikut proses memungut pinang usai di panen.

"Meski upahnyo dak seberapo tapi alhamdulillah cukup untuk kebutuhan sehari-hari," ujarnya.

Tidak dipungkiri, dengan pekerjaannya tersebut berbagai risiko kerap dialaminya. Mulai dari terluka akibat parang hingga hal-hal lain yang kerap dijumpai saat bekerja. (usn)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved