Pengakuan Ketua RT yang Diduga Aniaya Nenek Arni 'Dimaki-maki dan Dituduh Maling'
Seorang nenek di Kabupaten Bogor, Arni (70) diduga menjadi korban penganiayaan oleh Ketua RT berinisial AS. Pelaku lantas menceritakan kronologi aksi
TRIBUNJAMBI.COM - Seorang nenek di Kabupaten Bogor, Arni (70) diduga menjadi korban penganiayaan oleh Ketua RT berinisial AS.
Pelaku lantas menceritakan kronologi aksi penganiayaan tersebut.
Sedangkan keduanya kini sudah berdamai.

Tak Sengaja Aniaya
menjelaskan kejadian bermula ketika Nenek Arni marah-marah saat bantuan sosial (bansos) berupa beras dari Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat dibagikan.
AS mengaku tak sengaja menganiaya karena ia dalam keadaan lelah usai mengurus bansos.
Bankah, saat itu Nenek Arni menuduh dirinya sebagai maling.
Perkataan Nenek Arni itu diucapkan di depan warga Kampung Harapan, Desa Sukamaju, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
• Mulai Awal Sekolah Desember atau Awal Tahun, Jika Juli 0 Penambahan Covid-19
• Kepada Hotman Paris, Reino Barack Beberkan Putusnya dengan Luna Maya Jelang Ulang Tahun
Di sana saya dimaki-maki, dituduh maling di depan banyak orang. Makanya saya refleks bela diri dan kebetulan kena muka dia (Nenek Arni)," aku AS dilansir dari Kompas.
AS menilai terjadi salah paham tentang penyaluran bansos dari Bupati Bogor berupa beras 30 kilogram per tiga bulan.
Menurut AS, berdasarkan data, penerima bansos tertulis atas nama Nirlana yang tak lain adalah menantu Nenek Arni.
Meski demikian, Nirlana sudah bercerai dengan istrinya.
Hingga kemudian disepakati penerima bansos dilimpahkan kepada Nenek Arni sebanyak satu karung atau 15 kilogram beras.
Namun, lanjut AS, Nenek Arni tetap memaksa bahwa dirinya harus menerima dua karung beras.
Nenek Arni kemudian menanyakan perihal bansos itu.
Saat itu, dijelaskan penerima atas nama menantunya sudah pindah ke Desa Leuweungkolot.
"Tapi dia ngotot dan saya sebetulnya juga bukan RT-nya Nenek Arni. Makanya saya juga bingung, kenapa marah-marah soal uang ke saya," imbuh AS.
Kepada Nenek Arni, AS juga memastikan bahwa bansos yang bersumber dari Pemkab Bogor berupa beras itu tidak pernah ada pemotongan jatah.
Pasalnya, keluarga mantan menantu Nenek Arni sudah ikhlas untuk memberikan 15 kilogram beras kepada sang Nenek.

Sementara, sisa 15 kilogram lagi diberikan kepada tetangga yang lain.
"Kata Nirlana, ini kasih saja ke mantan mertua dan ke tetangganya. Jadi sedikit pun saya enggak ngambil dan saya salurkan semua, karena sudah ada kesepakatan dan beras turun 2 karung kecil, jadi total 30 kilogram," kata AS.
AS juga menyayangkan sikap pemerintah daerah yang terkesan abai dalam menyelesaikan pendataan bansos.
Menurut dia, buruknya pendataan penerima bansos membuat ketua RT sebagai penyalur bansos menjadi pusing.
Bahkan ketua RT sering menjadi sasaran protes warga.
Terlebih ada warga yang cemburu karena belum mendapat bansos, hingga menganggap pengurus wilayah tidak adil.
"Jadi kadang-kadang saya sedih, kerja sudah capek, tapi disalahkan. Makanya saya kepancing emosi, karena sudah terjadi beberapa kali. Padahal niat kita agar bansos merata, tapi malah jadi sasaran caci maki," ujar AS.
Ketua RT mengaku khilaf
Musyawarah berlangsung hingga dini hari dengan beberapa pihak termasuk kepolisian.
Alhasil, pelaku mengakui kesalahannya saat dilakukan pemanggilan dan mediasi itu.
Dari pengakuannya, ketua RT Asep mengaku khilaf saat menampar nenek Arni.
"Intinya pelaku (ketua RT) langsung meminta maaf dan mengakui kesalahannya dengan alasan khilaf dan memang benar ditampar. Kemarin-kemarin sih ada memar bekas tamparan tapi kalau sekarang mungkin udah hilang karena udah beberapa hari," imbuh Naih.
Naih menuturkan, seharusnya sebagai ketua RT, bisa lebih bijak menyikapi pertanyaan masyarakat mengenai bantuan sosial.
Apalagi saat menghadapi masyarakat yang sudah lansia dan tidak mengerti tentang bansos.
"Kalau saya sebagai anaknya bisa menerima aja ya akhirnya dengan bijak saya juga tidak menuntut banyak. Intinya kalau masyarakat menanyakan ya seharusnya pemimpin (ketua Rt) jangan main tangan," tegas Naih.
Anak pertama ini juga menyayangkan sikap ketua RT tersebut karena tidak bijak dalam menyelesaikan persoalan bansos yang memang rentan jadi sasaran protes.
"Pertama dia kurang kontrol (pak RT) dan karena orang tua otomatis ibu saya nuntut karena haknya tidak diberikan ya nuntut lah. Untungnya dia langsung meminta maaf karena merasa salah kalau udah begitu ya gimana lagi."
"Ya kalau saya keluarga hanya ingin memberi efek jera bahwa sama seseorang itu jangan menganggap sepela lah kalau memang belum dapat ya jangan begitu. Pesan dari saya sih kalau memang haknya ya jujur aja cuman ya seorang RT kalau urusan masyarakat ya kita harus lapang dada kalau ada protes karena saya juga mengalami," bebernya.
Ketua RT tak terima diteriaki maling
Kapolsek Cibungbulang Polres Bogor Kompol Ade Yusuf menjelaskan bahwa kabar mengenai penganiyaan nenek Arni (70) bermula karena meneriaki penyalur bansos atau ketua RT dengan sebutan maling.
"Arni dengan nada emosi menyebut dan menuduh Asep dengan sebutan maling karena disebut maling di depan orang banyak kemudian Asep mendorong pipi Arni sampai terjatuh," ungkap Ade.
Perselisihan paham antara nenek Arni dengan ketua RT Asep berawal dari menanyakan tentang Bansos Bupati Bogor berupa beras, karena penerima Bansos tersebut atas nama Nirlana yang tak lain menantu Arni yang sudah bercerai dengan anaknya.
Kemudian disepakati bahwa penerima bansos tersebut dilimpahkan kepada Arni dan sudah terealisasi.
Setelah terealisasi pelimpahan penerima bansos tersebut, nenek Arni menerima satu karung beras.
Namun karena merasa harusnya menerima dua karung beras, kemudian nenek tersebut menanyakan perihal bansos kepada Asep dengan nada emosi, kemudian oleh dijelaskan bahwa penerima atas nama menantunya sudah pindah ke Desa Leuweungkolot.
Akhirnya, bantuan itu dilimpahkan ke nenek Arni yang diberikan sebanyak satu karung atau 15 kilogram beras saja.
"Udah dapat satu, dikasihkan bukan dipotong satu karung bukan. Karena satu karung jatah anaknya sudah pindah," kata Ade.
Kedua belah pihak saling bermaafan
Karena kasihan, ketua RT kemudian menjanjikan nenek Ani bantuan uang tunai bila ada.
Bantuan tak kunjung diterima. Nenek Ani lantas menagih pada ketua RT.
"Datanglah si nenek itu nagih ke RT, katanya mau ngasih, RT bilang gak ada nek. Berarti maling kamu, si RT dituduh maling," jelas dia.
Lantaran tak terima dituduh maling di depan orang banyak, ketua RT akhirnya mendorong pipi nenek Arni.
Tak terima, nenek Arni mengadu ke anaknya.
"Kemudian dibawa berobat terlebih dahulu ke RSUD Leuwiliang sekaligus meminta visum (VER)," jelas dia.
Namun, lantaran belum ada laporan yang masuk ke pihak Kepolisian VER pun urung dilakukan.
Nenek Arni yang juga didampingi anggota KNPI Kecamatan Cibungbulang melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Cibungbulang.
Dengan adanya laporan tersebut, kedua belah pihak dipertemukan di kantor Polsek Cibungbulang untuk melakukan musyawarah.
Kedua belah pihak, sambung Ade, akhirnya sepakat untuk berdamai.
"Kedua belah pihak saling memaafkan dan ketua RT ini memberikan biaya untuk pengobatan sebesar Rp 1 juta. Pulangnya kita dari kepolisian kasih beras 5 kg," ujarnya.
(TRIBUNJAKARTA/KOMPAS)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Aniaya Nenek Karena Bansos, Ketua RT Soroti Buruknya Pendataan: Kerja Sudah Capek Tapi Disalahkan