Virus Corona

Media Asing Soroti Penggali Makam Covid-19 di Jakarta, Kerja 15 Jam Sehari,1 Makam Selesai 10 Menit

Kisah penggali makam pasien Covid-19 jadi sorotan dan pemberitaan media asing

Editor: Heri Prihartono
(ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Petugas pemakaman menurunkan peti jenazah pasien COVID-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Kisah penggali makam pasien Covid-19 jadi sorotan dan pemberitaan media asing.

Kisah penggali makam pasien Covid-19 diangkat dua media asing ternama, yakni AFP (Perancis) dan South China Morning Post (China).

Jadi Obat Untuk Mengatasi Covid-19 di Jepang, Ternyata Avigan Sempat Terbukti Sebabkan Cacat Lahir

AFP memulai pemberitaannya dengan kesaksian dari penggali makam bernama Junaidi Hakim.

Saat jurnalis AFP memantau di lokasi pemakaman Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Junaidi sedang menyerukan rekan-rekannya agar kerja lebih cepat.

Ia mengungkapkan, mereka harus menyelesaikan satu makam kurang dari 10 menit, untuk menekan risiko tertular Covid-19.

Kronologi Mobil Kapolsek di Rembang Tabrak Nenek dan Cucunya, Korban Tewas Seketika

"Begitu ambulans datang, kami keluarkan jenazahnya, kami bawa ke lubang lahad, langsung turun, kemudian langsung ditutup."

"(Harus selesai) 10 menit," ungkap Junaidi (42).

Junaidi menambahkan, kekhawatiran lebih besar adalah ketika menurunkan peti dari ambulans. Sebab, peti harus dipegang dan mau tidak mau ada kontak antara peti dengan anggota tubuh.

"Setelah diturunkan, kekhawatiran itu sudah tidak ada," lanjut ayah empat anak tersebut.

AFP memberitakan ada sekitar 50 penggali makam di pemakaman Pondok Ranggon, salah satu dari dua pemakaman khusus untuk korban meninggal Covid-19 di Jakarta.

Di sana, para penggali makam bekerja 15 jam per hari selama 7 hari per minggu, dengan gaji bulanan Rp 4,2 juta.

"Mereka setidaknya menggali 20 makam baru per hari, ditandai dengan papan kayu warna putih yang bertuliskan nama, tanggal lahir, dan tanggal wafat," tulis AFP.

Ini Pengakuan Oknum Kapolsek yang Menabrak Rumah Warga di Rembang yang Tewaskan Balita & Neneknya

Junaidi melanjutkan, pekerjaannya terus berlangsung tanpa henti karena "ambulans tidak pernah berhenti datang membawa jenazah."

Sangat lelah

Sementara itu South China Morning Post (SCMP) yang pemberitaannya menyadur dari AFP, juga mengangkat sudut pandang yang sama.

Dikisahkan para penggali makam harus bekerja di bawah teriknya sinar matahari, dikelilingi keluarga korban yang tidak bisa berlama-lama menghadiri pemakaman.

"Sudah puluhan tahun (bekerja), dan saya merasa lelah kerja, baru tahun ini, kali ini, pas pandemi ini," terang Minar (54).
Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved