Suku Ainu di Hokkaido, Ternyata adalah Penduduk Asli Jepang yang Terlupakan, Ini Potretnya

Masyarakat adat Jepang, Ainu, adalah pemukim awal Hokkaido, pulau utara Jepang. Namun, sebagian besar pelancong tidak pernah mendengar tentang mereka.

Editor: Deni Satria Budi
Michele and Tom Grimm / Alamy St
Dua wanita tua Ainu memamerkan pakaian tradisional, perhiasan, dan tato masa kecil mereka di wajah mereka 

TRIBUNJAMBI.COM - Masyarakat adat Jepang, Ainu, adalah pemukim awal Hokkaido, pulau utara Jepang. Namun, sebagian besar pelancong tidak pernah mendengar tentang mereka.

Suku Ainu memiliki sejarah yang sulit. Asal-usul mereka suram, tapi beberapa sarjana percaya bahwa mereka adalah keturunan dari penduduk asli yang pernah menyebar ke seluruh Asia Utara. 

Ainu menyebut Hokkaido 'Ainu Moshiri" (Tanah Ainu) dan aktivitas mereka adalah berburu dan memancing. Mereka tinggal di sepanjang pantai selatan Hokkaido.

Namun, sejak restorasi meiji sekitar 150 tahun lalu, orang-orang daratan Jepang mulai bermigrasi ke Hokkaido.

Suku Ainu di Hokkaido, Kisah Penduduk Asli Jepang yang Terlupakan
Suku Ainu di Hokkaido, Kisah Penduduk Asli Jepang yang Terlupakan (Ellie Cobb)

Praktik diskriminatif pun dilakukan di Hokkaido dengan Undang-undang Perlindungan Aborigin Hokkaido 1899-memindahkan Ainu dari tanah tradisional mereka ke area pegunungan yang tandus.

"Ini adalah kisah yang sangat buruk," kata Profesor Hukum Universitas Hokkaido, Kunihiko Yoshida di halaman BBC (20/05/2020).

Setelah pindah ke pegunungan suku Ainu tak bisa lagi menangkap ikan salmon di sungai dan berburu rusa menurut Yoshida.

Mereka juga diminta untuk mengadopsi nama Jepang, berbicara bahasa Jepang, perlahan budaya dan tradisi mereka pun menghilang. 

Ngeri, Sungai Israel Ini Berdarah, Penduduk Setempat Terkejut, Ini Faktanya

Kritik Soal Kekurangan APD Tenaga Medis untuk Penanganan Covid-19, Dokter Ini Dipukuli Polisi India

Karena stigmasisasi yang luas, banyak Ainu menyembunyikan nenek moyang mereka.

Efek jangka panjangnya terlihat sampai hari ini, sebagian besar penduduk Ainu tetap miskin dan kehilangan haknya secara politis, dengan sebagian besar pengetahuan leluhur mereka hilang. 

Para peneliti Jepang dari akhir abad ke-19 hingga 1960-an juga melakukan praktik buruk dengan mengobrak-abrik kuburan Ainu.

Mereka mengumpulkan koleksi besar Ainu untuk penelitian mereka dan tidak pernah mengembalikan tulangnya.

Pada April 2019, Ainu diakui secara hukum sebagai penduduk asli Jepang oleh pemerintah.

Setelah bertahun-tahun musyawarah, akhirnya tercipta apresiasi yang lebih positif terhadap budaya Ainu dan kebanggaan baru dalam bahasa dan warisan mereka.

"Penting untuk melindungi kehormatan dan martabat orang-orang Ainu dan menyerahkan mereka kepada generasi berikutnya untuk mewujudkan masyarakat yang dinamis dengan nilai-nilai yang beragam," kata juru bicara pemerintah Yoshihide Suga, seperti dilaporkan dalam The Straits Times(15/02/2019).

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved