Mengapa dalam Seminggu Ada 7 Hari, Ternyata Begini Penjelasannya

Orang-orang jaranag bertanya mengapa ada tujuh hari dalam satu minggu. Sebab itu telah menjadi aturan yang berlaku cukup lama.

Editor: Deni Satria Budi
todayifoundout.com
Ilustrasi kalender. Dalam seminggu ada 7 hari, jarang yang bertanya. Ini penjelasannya 

TRIBUNJAMBI.COM - Orang-orang jaranag bertanya mengapa ada tujuh hari dalam satu minggu. Sebab itu telah menjadi aturan yang berlaku cukup lama. 

Sebagian besar perhitungan waktu kita berdasarkan pergerakan planet, Bulan dan bintang.

Satu hari kita sama dengan satu putaran penuh bumi pada porosnya.

Satu tahun kita adalah jumlah waktu yang dibutuhkan bumi untuk mengelilingi Matahari, yaitu 365 ¼ hari.

Itulah sebabnya kita menambahkan satu hari ekstra pada bulan Februari setiap empat tahun untuk tahun kabisat.

Sah! Pemerintah Tetapkan Idul Fitri 1 Syawal 1441 H pada Minggu (24/5), sama dengan Muhammadiyah

Kisah-Kisah dan Berita Covid-19 Jadi Inspirasi Seniman Ini untuk Ciptakan Karya Seni Lukisan

Tapi mengatur jumlah waktu minggu dan bulan sedikit lebih rumit. Fase Bulan tidak persis cocok dengan kalender Matahari.

Siklus Bulan berlangsung selama 27 hari dan tujuh jam, dan ada 13 fase Bulan di setiap tahun Matahari.

Beberapa peradaban paling awal mengamati kosmos dan mencatat pergerakan planet-planet, Matahari, dan Bulan. 

Bangsa Babilonia, yang tinggal di wilayah yang kini kita kenal sebagai Irak, merupakan pengamat dan penafsir langit yang lihai.

Berkat mereka, kini satu minggu terdiri dari tujuh hari.

Ilustrasi. Tata Surya
Ilustrasi. Tata Surya (Jonny Reading/MailOnline)

Alasan mereka mengadopsi angka tujuh adalah karena mereka mengamati tujuh benda langit: Matahari, Bulan, Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus. Jadi, angka itu memiliki arti khusus bagi mereka.

Peradaban lain memilih angka lain–bagi orang Mesir satu minggu itu 10 hari lamanya; atau bagi orang Romawi, delapan hari.

Orang Babilonia membagi bulan berdasarkan pergerakan Bulan menjadi tujuh hari dalam seminggu; hari terakhir pada tiap pekan memiliki signifikansi keagamaan tertentu.

Siklus bulan yang berlangsung 28 hari adalah jangka waktu yang terlalu lama untuk bisa mereka kelola dengan efektif.

BREAKING NEWS Positif Corona Jambi Jambi 91 Orang dan Sembuh 8 Orang Hari Ini

Hasilkan 80 Juta Sebulan Dari Jual Foto Kaki, Berkesan dan Ternyata Perempuan Ini Punya Tujuan Mulia

Ramalan Zodiak Sabtu 23 Mei 2020, Bakal Ada Beberapa Kejutan Termasuk Pisces

Orang Babilonia kemudian membagi 28 hari tersebut menjadi empat bagian, masing-masing terdiri dari 7 hari.

Angka tujuh tidak terlalu pas untuk bisa bertepatan dengan tahun atau bahkan bulan yang dibuat berdasarkan siklus Matahari, jadi angka tujuh memang menciptakan ketidakteraturan.

Namun, budaya Babilonia begitu dominan di wilayah Timur Dekat, terutama pada abad keenam dan ketujuh sebelum Masehi (SM), sehingga pengaturan minggu dan banyak gagasan lain mereka tentang waktu - seperti satu jam berisi 60 menit - bertahan.

Pengaturan seminggu tujuh hari menyebar ke Timur Dekat dan kemudian diadopsi oleh orang-orang Yahudi yang menjadi tawanan orang Babilonia pada puncak kekuatan peradabannya masa itu.

Budaya-budaya lain di daerah sekitarnya mengikuti gagasan tujuh hari dalam seminggu, termasuk kekaisaran Persia dan Yunani.

Berabad-abad kemudian, ketika Alexander Agung mulai menyebarkan budaya Yunani ke Timur Dekat sampai India, konsep tujuh hari dalam seminggu juga menyebar.

Para ilmuwan menduga bahwa India mungkin kemudian memperkenalkan tujuh hari seminggu ke wilayah Cina.

Ketika orang-orang Romawi mulai menaklukkan wilayah yang dipengaruhi oleh Alexander Agung, orang-orang Romawi juga bergeser ke gagasan satu minggu tujuh hari.

Kaisar Konstantinus menetapkan bahwa tujuh hari dalam seminggu adalah minggu resmi Romawi dan menjadikan hari minggu sebagai hari libur umum pada 321 Masehi.

Gagasan mengenai “akhir pekan” tidak diadopsi sampai zaman modern pada pada ke-20.

Meskipun ada beberapa upaya baru-baru ini untuk tidak lagi menggunakan tujuh hari seminggu, namun hal ini sudah dilakukan begitu lama sehingga menjadi suatu kebiasaan yang sepertinya akan lama bertahan.

Artikel ini diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh Agradhira Nandi Wardhana.

Penulis: Kristin Heineman, Instructor in History, Colorado State University

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Sumber : nationalgeographic

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved