Potret Masjid Raya Magat Sari, Dibangun Sejak 1906, Sempat Direnovasi

Pada 1992, masjid ini diperlebar dari ukuran 30 x 30 meter menjadi 1.287 meter persegi luasnya. Selain itu, masjid ini mulai dibangun secara...

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Di sudut Pasar Kota Jambi, ada masjid tua yang masih bertahan hingga kini. Masjid Raya Magat Sari masih berdiri kukuh, pascadibangun sejak 1906 silam.

Adat bersandikan syarak, syarak bersandikan kitabullah. Itu adalah ungkapan yang memperlihatkan betapa kuatnya pengaruh agama Islam dalam kehidupan masyarakat di kota Jambi, zaman dulu.

Antara norma agama dan norma adat saling mengisi, baik dalam tata cara berpikir kata, perbuatan, maupun dalam tata hubungan sesamanya. Masjid Magat Sari adalah satu di antara bukti masuknya Islam di Kota Jambi.

VIDEO Meski Ada Pandemi Covid-19, Pusat Perbelanjaan di Jambi Ramai Pengunjung

Tak banyak yang Tahu, Kim Jong Un Masa Kecil Dikenal Lucu dan Ada Fakta Lain

Tidak Bisa Mudik Lebaran Tapi Silaturahmi Tetap Jalan

Hingga kini, masjid itu masih difungsikan masyarakat, baik untuk salat, mau pun untuk sekadar beristirahat. Bahkan saat tengah menunaikan ibadah puasa, sebagian masyarakat memilih untuk beristirahat di sana.

Masjid yang telah dibangun lebih dari satu setengah abad ini berlokasi masjid ini merupakan tanah wakaf Syekh Hasan bin Ahmad Bafadhal.

Itu diperoleh secara turun-temurun sejak 1276 Hijriyah atau sekitar tahun 1850-an Masehi, dari masa pemerintahan Kesultanan Jambi Pangeran Mangkunegara. Pembangunan masjid ini dimulai sejak penghujung masa perjuangan Sultan Thaha melawan Belanda, yaitu sekitar 1906 Masehi.

Dibangunnya sejak masa perjuangan Sultan Thaha. Dulu ukuran asalnya sekitar 30 x 30 meter. Masyarakat dulu gotong royong membangun ini. Banyak yang mereka kasih, mulai dari tanah harta benda dan lain-lain.

Banyak tokoh-tokoh masyarakat yang memprakarsai pembangunan masjid ini, seperti Syaid Abdurrahman bin Ahmad Bafadhal, H Ibrahim bin Hasan, dan H Bas Saleh.

Selain itu, ada pula nama-nama tokoh lainnya, seperti H Hasan bin Ahmad Bafadhal, H Abdul Rahman Sutro, Syaid Salim Alkaf, H Muhammad bin H Husin Bafadhal, dan H Ibrahim Qurun.

Pembangunan masjid ini dipimpin oleh H Agus Nasir. Awalnya, bangunan masjid ini dulu menggunakan bahan dari kayu. Ada empat tiang soko guru dari kayu bulian.

Selain itu, dulu ada menara azan yang terbuat dari bambu yang disusun dan dirangkai sedemikian rupa dan diberi atap. Sementara itu, atap masjidnya dulu berupa atap sirap, bentuknya joglo atau menyerupai tumpeng.

Untuk menunjang kegiatan syiar agama di masjid ini, masyarakat sekitar saling gotong royong untuk mengumpulkan wakaf. Selain itu, para pemilik toko di sana pun tidak mau kalah saling mengembang memberi yang terbaik untuk kemakmuran masjid ini.

Adapun namanya, beragam versi diberikan terhadap asal-usul nama Magat Sari. Ada yang menyebutkan berasal dari nama seseorang yaitu dan Nan Magat atau Nagat Sari. Ada pula yang menyebut berasal dari nama kampung, yaitu Magatsari. Dari kedua nama itulah digabungkan, sehingga muncul nama Magat Sari.

Dalam perkembangannya, masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi, yaitu pada 1923, 1937, 1950 dan 1970. Konon, pada 1970 lalu, masjid ini terbakar. Kota Jambi mendapat serangan Belanda. Masyarakat melakukan perlawanan dengan gigih bersama pejuang-pejuang yang berani.

Pada 1992, masjid ini diperlebar dari ukuran 30 x 30 meter menjadi 1.287 meter persegi luasnya. Selain itu, masjid ini mulai dibangun secara permanen yang terdiri dari dua lantai.

Usai Maling Motor, Seorang Pria di Gresik Alami Kecelakaan Lalu Lintas!

Anang Hermansyah Pasang Badan Bela Ahmad Dhani, Beri Komen Menohok ke Jerinx Tak Selevel Dhani?

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved