China Gelar Latihan Militer, Pengamat : Tensi di Laut China Selatan Masih Tinggi

rmada angkatan laut China melakukan latihan misi pengawalan melalui Kepulauan Spratly di Laut China Selatan, setelah menyelesaikan operasi anti-pembaj

Editor: Deni Satria Budi
Kompas.com
Ilustrasi Militer China 

TRIBUNJAMBI.COM - Angkatan Laut China melakukan latihan misi pengawalan melalui Kepulauan Spratly di Laut China Selatan. Sebelumnya, armada mereka telah menyelesaikan operasi anti-pembajakan di Teluk Aden, Somalia.

Berdasarkan pantauan Pengamat mengatakan, misi oleh armada pengawal angkatan laut China ke-35 ini adalah untuk meningkatkan pelatihan untuk kapal-kapal tempur dan meningkatkan perlindungan terhadap pembajakan untuk kapal-kapal dagang China.

Media resmi Tentara Pembebasan Rakyat PLA Daily melaporkan bahwa armada yang digunakan, termasuk kapal perusak Taiyuan dan fregat Jingzhou, melakukan latihan untuk menyelamatkan kapal yang dibajak dan mengoordinasikan operasi anti-pembajakan di Spratlys, yang disebut sebagai Kepulauan Nansha oleh China, melewati Selat Miyako dan Bashi Channel.

Saling Tuduh Soal Virus Corona, Hubungan China - Australia Diujung Tanduk

Ingat Rumah di The Conjuring Pertama? Pemiliknya Ingin Beramal Sekaligus Berbagi Kengerian

Perwira Angkatan Laut PLA Yang Aibin mengatakan bahwa armada China fokus pada latihan tempur untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menanggapi kondisi laut dan udara.

“Pada saat yang sama, dalam menanggapi situasi baru yang diciptakan oleh epidemi global [Covid-19] dan bajak laut di daerah terdekat, kami terus meningkatkan rencana kami untuk lebih meningkatkan kemampuan armada untuk melakukan pengawalan tugas," katanya.

Latihan itu dilakukan ketika Amerika Serikat meningkatkan kebebasan operasi navigasi di perairan yang disengketakan dengan menantang klaim maritim Beijing. Kapal perusak berpeluru kendali AS USS Barry juga melakukan misi navigasi kebebasan di dekat Kepulauan Paracel. 

Bukan Cuma Segar, Minum Air Kelapa Saat Berbuka Puasa dapat Bantu Pencernaan & Turunkan Berat Badan

Selain Didi Kempot, Tokoh Tanah Air Berikut Ini Meninggal Dunia di 2020

AS telah lama menuduh China membangun fasilitas militer di Laut China Selatan dengan mengerahkan rudal jelajah anti-kapal dan rudal darat-ke-udara jarak jauh.

Collin Koh, seorang peneliti di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam, yang berbasis di Nanyang Technological University di Singapura, mengatakan latihan di Spratlys dan menyebutkan pandemi Covid-19 tampaknya berkaitan dengan operasi AS di Laut China Selatan.

“Ini adalah pertama kalinya kapal perusak Taiyuan dan fregat Jingzhou memulai misi ini. Karena itu, selalu tepat untuk pemula seperti dua kapal tempur ini untuk mendapatkan lebih banyak paparan pelatihan laut jauh dalam perjalanan ke penyebaran operasional di Teluk,” kata Koh.

Kapal Coast Guard China-5202 dan Coast Guard China-5403 membayangi KRI Usman Harun-359 saat melaksanakan patroli mendekati kapal nelayan pukat China yang melakukan penangkapan ikan di ZEE Indonesia Utara Pulau Natuna, Sabtu (11/1/2020). Dalam patroli tersebut KRI Usman Harun-359 bersama KRI Jhon Lie-358 dan KRI Karel Satsuitubun-356 melakukan patroli dan bertemu enam kapal Coast Guard China, satu kapal pengawas perikanan China, dan 49 kapal nelayan pukat asing.(ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)
Kapal Coast Guard China-5202 dan Coast Guard China-5403 membayangi KRI Usman Harun-359 saat melaksanakan patroli mendekati kapal nelayan pukat China yang melakukan penangkapan ikan di ZEE Indonesia Utara Pulau Natuna, Sabtu (11/1/2020). Dalam patroli tersebut KRI Usman Harun-359 bersama KRI Jhon Lie-358 dan KRI Karel Satsuitubun-356 melakukan patroli dan bertemu enam kapal Coast Guard China, satu kapal pengawas perikanan China, dan 49 kapal nelayan pukat asing.(ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT) (kompas.com)

“Satu-satunya konteks yang berbeda kali ini adalah perkembangan Laut China Selatan baru-baru ini, oleh karena itu memberikan makna baru bagi Spratly. Beijing jelas berniat melenturkan ototnya pada kesempatan penempatan gugus tugas ini untuk menegaskan klaimnya terhadap apa yang dilihatnya sebagai campur tangan AS di daerah tersebut,” ungkap dia.

Sementara Song Zhongping, seorang komentator urusan militer yang berbasis di Hong Kong, mengatakan perompak mungkin melihat pandemi Covid-19 sebagai kesempatan untuk menyerang kapal, dan kemampuan dukungan pengawalan yang kuat diperlukan oleh China.

Pembajakan bukan satu-satunya ancaman. Song mengatakan, China menghadapi risiko serangan yang disponsori negara terhadap kapal-kapalnya, merujuk pada seruan pensiunan perwira militer AS untuk penggunaan prajurit untuk memerangi agresi China di laut.

“Armada pengawal angkatan laut China mungkin juga perlu menanggapi ancaman yang disponsori negara yang dihadapi kapal-kapal Tiongkok. Ini berarti harus ada tuntutan pelatihan yang lebih ketat pada armada angkatan laut kita,” katanya.

Sumber : kontan.co.id

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved