Hasil Penelusuran tentang Klaster Sampoerna Rungkut yang Meninggal Dunia, Bikin Kaget Orang

Selain itu sebanyak 165 orang karyawan yang melakukan tes swab dan masih menunggu hasil apakah terinfeksi virus SARS-CoV-2 ataukah tidak.

Editor: Duanto AS
Tribun Jambi/Zulkifli Azis
Ilustrasi ruang perawatan pasien corona 

Menurut Khofifah, respon cepat dalam kondisi seperti ini akan membantu mencegah laju infeksi virus corona.

Sementara itu, Pemerintah Surabaya melalui Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser membantah tudingan Khofifah.

Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser dan Koordinator Bidang Pencegahan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita saat menggelar jumpa pers soal kasus Covid-19 di pabrik rokok PT HM Samporna Tbk di Balai Kota Surabaya, Sabtu (2/5/2020).Dok. Pemkot Surabaya
Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser dan Koordinator Bidang Pencegahan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita saat menggelar jumpa pers soal kasus Covid-19 di pabrik rokok PT HM Samporna Tbk di Balai Kota Surabaya, Sabtu (2/5/2020).

Fikser mengatakan, pemkot Surabaya tak pernah main-main dalam menangani pandemi ini, termasuk kasus di pabrik Sampoerna.

Menurutnya, saat menerima laporan adanya dua karyawan meninggal, mereka sesegera mungkin bertindak dengan memanggil pihak perusahaan.

Pemkot Surabaya lah yang mendorong perusahaan untuk segera melakukan rapid test secara masif.

"Pemerintah kota tidak pernah terlambat, Ibu Gubenur (Jawa Timur) tidak benar. Awal mulanya pada tanggal 2 April yang bersangkutan itu sakit dan berobat ke klinik perusahaan," kata Fikser, Sabtu (2/5).

Pasien sakit itu lantas dirujuk ke rumah sakit untuk menjalani swab tes di rumah sakit berbeda.

Menurut Fikser, saat dua karyawannya meninggal dunia, pemerintah Surabaya juga terus melakukan pemantauan kasus dii pabrik Sampoerna.

"Begitu kami ketahui, tanggal 16 April Dinkes memanggil perusahaan Sampoerna. Jadi, bukan perusahan yang melapor, tapi kami yang memanggil. Kami yang menemukan. Monggo (silahkan) bisa tanya ke Sampoerna," katanya.

Bukan hanya Fikser, Koordinator Bidang Pencegahan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita juga tak setuju dengan tudingan Gubernur Jawa Timur.

Sebab kata Febria, saat dua pegawai pabrik meninggal dunia, pihaknya langsung meminta 506 pegawai lain isolasi mandiri.

Tracing juga dilakukan secara intensif untuk menetukan status ODP dan PDP.

"Saat itu, puskesmas melakukan tracing dan ditemukan terdapat data kontak erat dengan karyawan," kata Febria.

"Kami begitu tahu satu orang sakit langsung kami cari siapa orang dalam pemantauan (ODP) mana dan pasien dalam pengawasan (PDP) nya," lanjutnya.

"Jadi, tidak benar kalau kami terlambat dalam penanganan Covid-19. Kami pun mencarikan tempat tidur mereka yang positif dan sudah dapat seratus untuk karyawan Sampoerna. Dan memantau sekitar 200 orang keluarga karyawan," ujarnya.

Halaman
1234
Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved