Virus Corona
Dampak Virus Corona Paling Parah di Singapura dan Jepang, Bagaimana Dengan Kondisi di Indonesia?
Dampak virus corona yang paling parah di antaranya adalah dampak buruk terhadap kondisi ekonomi suatu negara.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ekonomi Jepang dan Singapura Bakal Paling Parah Terdampak Corona?"
Wabah covid-19 dinilai berpotensi mengubah tatanan ekonomi dunia yang ditandai dengan berubahnya peta perdagangan dunia, tidak terkecuali Indonesia.
Kinerja perdagangan global dipastikan akan terganggu akibat lambatnya perbaikan kinerja manufaktur, terutama China.
Jalur distribusi logistik yang terganggu diprediksi akan berdampak negatif akan menerpa ekonomi Indonesia dalam beberapa waktu ke depan.
Berdasarkan uji simulasi pandemi dengan model sistem dinamik oleh peneliti Visi Teliti Saksama, M. Widyar Rahman, pandemi corona virus di Indonesia diperkirakan akan reda pada awal Juni 2020.
Dikutip dari riset kajian berjudul ‘Limbung Roda Terpasak Corona’ oleh Pusat Kajian Visi Teliti Saksama (VTS), Widyar mengatakan proses pemulihan ekonomi akan membutuhkan waktu yang lebih panjang, "Setidaknya sampai akhir 2021,” kata Widyar.
Melalui peran aktif seluruh warga negara, penurunan jumlah kasus covid-19, seharusnya dapat lebih cepat dari perkiraan model tersebut. Namun, hal ini tetap dipengaruhi oleh kebijakan yang diambil pemerintah dalam upaya menekan penyebarannya.
“Kami memperkirakan, peningkatan permintaan barang dan jasa akan terjadi di bulan Ramadan dan Idulfitri, meski tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, sedikit kenaikan permintaan ini belum cukup untuk mengkompensasi cedera pada industri,” ujarnya.
“Jika dibandingkan wabah SARS 2002–2003 yang juga berasal dari China, dampak negatif dari merebaknya covid-19 terhadap perekonomian akan jauh lebih luas,” lanjutnya.
Dalam kaitan analisa dampak ini, Visi mengumpulkan berbagai informasi untuk memperkirakan dampak yang terjadi pada perekonomian Indonesia. Adapun studi dilakukan di bulan Februari hingga awal Maret.
Analisa yang dilakukan berawal dengan melihat hubungan ekonomi antara Indonesia dengan China, sebagai episentrum awal penyebaran virus.
Berdasar kategori barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal sepanjang Januari hingga Desember 2019, makin kentara ketergantungan Indonesia terhadap China.
Dari ketiga kategori barang yang diimpor oleh negara ini, sebanyak 37persen barang konsumsi, 25 persen bahan baku penolong, dan 44 persen barang modal jelas diimpor dari China.
Dalam hal investasi langsung, selama rentang lima tahun terakhir (2016—2019), Indonesia menerima aliran investasi China sebesar US$13,2 miliar atau peringkat ketiga terbesar bagi Indonesia.
Selain di bidang investasi, China juga memiliki peran besar dalam sektor pariwisata di Indonesia. Dalam kurun 8 tahun, turis China meningkat jumlahnya sebanyak 309%, yaitu dari 511 ribu pada tahun 2010 menjadi 2,14 juta pada tahun 2017.