Berita Eksklusif Tribun Jambi
BERITA EKSKLUSIF Karet Seharga Tempe, Petani di Jambi Cemas Bakal Terus Anjlok
Karet mereka kini terendah dihargai Rp4.500 per kilogram. Sedikit lumayan, ada yang membeli Rp6.000 per kilogramnya.
Penulis: tribunjambi | Editor: Duanto AS
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Petani karet di Provinsi Jambi menjerit. Harga beli karet di tingkat pengepul menurut petani sudah tidak rasional.
Sejumlah petani di sejumlah daerah mengutarakan hal senada.
Karet mereka kini terendah dihargai Rp4.500 per kilogram. Sedikit lumayan, ada yang membeli Rp6.000 per kilogramnya.
"Kita bukan lagi menjerit tetapi ingin menangis, bayangkan saja harga karet sama dari harga tempe. Bukan turun lagi bang, tapi terjun," keluh Zulkipli (45), petani di Desa Sungai Landai, Kecamatan Mestong, Muarojambi, Senin (13/4).
• Ringankan Beban Warga Terdampak Covid-19, Baznas Tanjab Barat Bagi-bagi Sembako
• Promo #dirumahaja ala KFC - Mau Winger Party, Krunch Feast, Oh My Jago Praktis atau Colonel Champion
• Siapa Sebenarnya Ketua Anarko Sindikalis, Terungkap Rencana Vandalisme di Jawa 18 April 2020
Ia bilang karetnya dihargai Cuma Rp 5 ribu rupiah.
Padahal, sepekan lalu getah tersebut masih di angka Rp7.700.
Zulkipli mengaku kini omzetnya berkurang hingga 50 persen.
Kata dia, kondisi saat ini merupakan yang terparah sejak pandemi corona Maret lalu.
“Sekarang banyak petani karet lebih memilih tak menyadap, banyak yang mencari kayu tunjang," sebutnya.
Sarmin satu di antara petani karet di Desa Muhajirin jatuhnya harga terjadi sejak sebulan terakhir petani. Kini, mereka cemas harga akan terus jatuh.
Hal sama dialami petani di Sarolangun.
Bahkan, sebelumnya di sini harga karet di titik terendah, Rp3 ribu. Sekarang sudah menjadi Rp5 ribu.
"Dari tingkat petani di angka Rp5.000 sedangkan pengepul Rp6.000," kata Hengki agen karet di Kecamatan Singkut, kemarin.
Ia bahkan menyatakan, jatuhnya harga karet ini bukan hanya karena dampak wabah Covid-19 tetapi ada pabrik pewngolahan karet yang banyak mengambil untung.
Di tingkat petani, kini mereka sengaja tak menyadap banyak sehingga produktvitasnya menurun.