Virus Corona

Tangis Ganjar Pranowo Pecah Minta Maaf soal Penolakan Jenazah Corona di Daerahnya: Ini Terakhir Kali

Baru-baru ini Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengecam keras penolakan jenazah seorang perawat yang terkena virus corona di Ungaran, Jawa Tengah.

Editor: Tommy Kurniawan
KOMPAS.com/NAZAR NURDIN
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo 

TRIBUNJAMBI.COM - Tak sedikit pasien akibat virus corona harus meninggal dunia.

Sayangnya, masih banyak penolakan jenazah yang terkena virus corona, salah satunya di Jawa Tengah.

Baru-baru ini Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengecam keras penolakan jenazah seorang perawat yang terkena virus corona di Ungaran, Jawa Tengah.

Dilansir TribunWow.com, Ganjar bahkan meminta maaf kepada seluruh tenaga medis atas ulah sekelompok warganya itu.

Tak Punya Riwayat Berpergian, Ibu Hamil Ini Positif Virus Corona: Paling Cuma Ketemu Tukang Sayur

Petugas Bingung Tak Berani Sentuh Jenazah Dokter Pasien Corona Saat Dikubur Tanpa Peti: Pakai Bambu

CATAT! Mulai 13 April, Semua Siswa PAUD hingga SMA Bisa Belajar Lewat Tayangan TVRI, Catat Jamnya

Wabah Virus Corona Makin Mengkhawatirkan, Kemenkes Setujui PSSB di Depok, Bogor, dan Bekasi

Dengan mata berkaca-kaca, ia mengungkapkan kekecewaannya pada warga yang tak menghargai jasa para tenaga medis yang sudah berjuang merawat pasien virus dengan nama lain Covid-19 itu.

Hal itu disampaikan Ganjar melalui tayangan YouTube Kompas TV, Sabtu (11/4/2020).

Dalam video itu, Ganjar menjamin jenazah pasien Virus Corona sudah dalam kondisi aman dan tak akan menulari warga.

"Sekali lagi saya sampaikan, bapak-ibu, pengurusan jenazah Covid-19 sudah dilakukan dengan standar yang aman," kata Ganjar.

"Baik dari segi agama maupun medis."

Terkait hal itu, Ganjar lantas menjelaskan bahwa jenazah yang sudah dikuburkan bisa dipastikan tak akan menulakan virus kepada warga sekitar.

"Mulai dari penyucian secara syari, kemudian dibungkus kantong plastik yang tidak tembus air hingga dimasukkan peti," jelas Ganjar.

"Dan seperti yang sudah ditegaskan ahli kesehatan, ketika jenazah itu dikubur secara otomatis virusnya akan mati karena inangnya juga mati."

Ia menegaskan, virus akan turut mati saat inang juga mati.

Karena itu, Ganjar mengimbau warga tak perlu menolak penguburan jenazah Virus Corona di wilayahnya.

"Saya tegaskan sekali lagi, kalau jenazah sudah dikubur, virusnya ikut mati di dalam tanah," ujar Ganjar.

"Tidak bisa keluar kemudian menjangkiti warga."

Lebih lanjut, Ganjar pun menyebutkan hukum penolakan jenazah menurut Islam.

Karena itu, ia berharap kejadian penolakan jenazah Virus Corona di Ungaran itu menjadi yang terakhir kalinya.

"Majelis Ulama pun sudah berfatwa bahwa mengurus jenazah itu wajib hukumnya, sementara menolak jenazah itu dosa," kata dia.

"Karena itu saya berharap kejadian di Ungaran ini adalah yang terakhir kali."

Kejadian penolakan jenazah di Ungaran itu semakin menyedihkan karena jasad yang ditolak adalah perawat yang berjuang merawat pasien Virus Corona.

Dengan mata berkaca-kaca, Ganjar menyatakan kesedihannya atas kejadian malang yang menimpa jasad perawat tersebut.

"Jangan ada lagi penolakan jenazah, apalagi seorang perawat yang seharusnya kita hormati jasanya sebagai pahlawan kemanusiaan," ujar Ganjar.

"Dia adalah seorang pejuang karena berani mengambil resiko besar dengan merawat pasien Covid-19. Walaupun dia tahu, itu mengancam keselamatannya," tukasnya.

Simak video berikut ini:

Kekecewaan PPNI

Di sisi lain, Ketua DPW PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) Jawa Tengah, Edy Wuryanto merasa kecewa soal penolakan jenazah tenaga medis Covid-19 di Ungaran, Jawa Tengah pada Kamis (9/4/2020).

Diketahui sebelumnya, penolakan jenazah tersebut terjadi di daerah TPU Sewakul, Ungaran, Semarang.

Hal itu disampaikan Edy Wuryanto di acara Apa Kabar Indonesia Pagi, Sabtu (11/4/2020).

"Ketika ada respons dari pihak warga yang kemudian akhirnya menolak, ini yang kami sayangkan," ungkap Edy.

Akibat kejadian tersebut, Edy mengaku sangat kecewa.

Apalagi tenaga medis termasuk perawat, merupakan garda terdepan dalam penanganan Virus Corona.

"Karena kita tahu teman-teman perawat ini kan sedang berjuang hidup mati, ingin menyelamatkan masyarakat yang terkena Virus Corona."

"Mereka ini dalam suasana pekerjaan yang penuh dengan kecemasan tinggi."

"Dia harus menyelematkan orang lain, dia harus menyelamatkan dirinya sendiri di saat APD kita yang memang sangat terbtas," ungkapnya.

Sehingga ia merasa maklum jika masalah ini viral di media sosial.

"Ini memukul mental semua perawat Indonesia yang akhirnya muncul respons berlebihan di media sosial," lanjutnya.

Menurutnya, penolakan tersebut membuat para perawat disia-siakan.

"Inilah respons spontan kami dari perawat karena seharusnya kami dihargai, diberi semangat, sedang membutuhkan pengakuan dari masyarakat yang dilayani, yang justru diterima penolakan yang menghinakan dan kami merasa disia-siakan."

"Ini yang kemudian teman-teman merasa bahwa ini tidak pantas, perlakuan yang diperoleh dari rakyat terhadap pejuang kemanusiaan yang menjaminkan hidupnya pada masyarakat," ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Edy mengatakan dirinya sebenarnya sudah bertemu dengan Ketua RT dan RW setempat.

"Ya jadi saya sudah ketemu dengan Ketua RW dan RT ketakutan jenazah yang berlebihan atau stigma ini memang terjadi di masyarakat," lanjutnya.

Meski demikian, ia menilai bahwa menyadarkan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama.

"Ini tugas kita bersama jadi masyarakat sekarang harus dipahamkan bahwa standar protokol jenazah Covid-19 sebetulnya sudah dilakukan sedemikian rupa," sambungnya.

Edy menerangkan, jenazah pasien Covid-19 itu dibungkus beberapa lapis sehingga virusnya tak keluar.

"Mulai dari jenazahnya, kemudian dibungkus plastik, dibungkus kain kafan, plastik lagi baru pakai kantong jenazah, baru kemudian dipeti dan sudah dilakukan dekontaminasi."

"Ini aman tidak akan terjadi penularan dari jenazah ke orang hidup," terangnya.

Hal itulah yang tak dipahami masyarakat hingga terjadilah penolakan di banyak tempat.

Sehingga dengan masalah yang terjadi di Ungaran ini bisa menjadi pelajaran ke depannya.

"Tampaknya pemahaman ini tidak dimengerti sebagian warga yang akhirnya muncul stigma-stigma negatif terhadap jenazah Covid-19, ini lalu tereprentetatif di banyak tempat."

"Kami berharap, dari pelajaran ini jangan lagi ada penolakan jenazah Covid-19," ungkapnya. (TribunWow.com)

Artikel ini telah tayang di, https://wow.tribunnews.com/2020/04/12/berkaca-kaca-ganjar-pranowo-minta-maaf-soal-penolakan-jenazah-corona-di-ungaran-ini-terakhir-kali?page=all.

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved