Benarkah Wabah Virus Corona Bakal Terhenti April 2020? Begini Penjelasan dari Peneliti ITB, Ternyata

Saat ini Wabah Virus Corona sudah masuk ke Indonesia. Pemerintah Indonesia terus berupa menekan dan menangani penyebaran virus Covid-19 ini.

Editor: Leonardus Yoga Wijanarko
ist
Indonesia positif kasus virus corona. 

Benarkah Wabah Virus Corona Bakal Terhenti April 2020? Begini Penjelasan dari Peneliti ITB

TRIBUNJAMBI.COM - Saat ini Wabah Virus Corona sudah masuk ke Indonesia. Pemerintah Indonesia terus berupa menekan dan menangani penyebaran virus Covid-19 ini.

Kapan virus Corona berakhir?

Pertanyaan di atas kini tengah dicari jawabannya oleh semua orang.

Wabah virus Corona yang menyebut di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia menimbulkan pertanyaan kapan ini semua akan berakhir.

Para ahli pun pencoba memprediksi dengan beragam metode.

Rumah Warga Bagan Pete Disatroni Maling, Kamera dan Smartphone Raib

Berbeda dari Biasanya, Para Peserta Pendaftaran Penerimaan Polri di Polresta Jambi Pakai Batik

Satu di antaranya dilakukan oleh peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB).

Berakhir April 2020?

Baru-baru ini, Pusat Permodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) ITB melakukan simulasi dan pemodelan sederhana mengenai prediksi penyebaran virus Corona atau Covid-19 di Indonesia.

Hasilnya, Indonesia diprediksi akan mengalami puncak jumlah kasus harian Covid-19 pada akhir Maret 2020 hingga pertengahan April 2020.

Dilansir dari Kompas.com (grup TribunJatim.com), pandemi tersebut diperkirakan berakhir pada saat kasus harian baru terbesar berada di angka sekitar 600 pasien.

“Perlu dicatat, ini hasil pemodelan dengan satu model yang cukup sederhana, tidak mengikutkan faktor-faktor kompleksitasnya tinggi, “ ujar tim peneliti Nuning Nuraini dalam keterangan tertulis, Kamis (19/3/2020).

Nuning menjelaskan, penelitian tersebut dilatarbelakangi kasus Covid-19 di Indonesia yang menjadi bagian pandemi global.

Kondisi ini melahirkan riuh rendah serta kontroversi, apakah tindakan yang diambil cukup untuk menangkal penyebaran atau berlebihan.

Kesimpangsiuran informasi tentang hal ini dikhawatirkan mengganggu usaha nyata untuk menanggulangi bencana yang sebenarnya.

"Dalam penelitian ini, kami berusaha menjawab pertanyaan mendasar tentang epidemi yang sedang terjadi saat ini di Indonesia melalui suatu model matematika sederhana," kata Nuning, dikutip TribunJatim.com, Minggu (22/3/2020).

Imbas Corona, Pedagang Pasar Sengeti Mengeluh Harga Jadi Murah dan Pembeli Jadi Sepi

Penelitian

Dalam penelitian yang menjadi jurnal ilmiah tersebut, tim peneliti membangun model representasi jumlah kasus Covid-19 dengan menggunakan model Richard’s Curve.

Model tersebut terbukti berhasil memprediksi awal, akhir, serta puncak endemi SARS di Hong Kong pada 2003.

Seteleh memilih model penelitian, mereka menguji berbagai data kasus Covid-19 terlapor dari berbagai macam negara, seperti China, Iran, Italia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, termasuk data akumulatif seluruh dunia.

Secara matematik, model Richard’s Curve Korea Selatan paling cocok (kesalahannya kecil) disandingkan dengan data terlapor Covid-19 di Indonesia, jika dibanding data negara lain.

Kesesuaian ini diambil saat Indonesia memiliki 96 kasus positif Corona.

"Bisa dikatakan, jika kita punya penanganan yang mungkin sama, sesuai dengan publikasi yang ada dengan Korea Selatan, tanpa memasukkan faktor kompleksitas lainnya seperti temperatur lingkungan, kelembaban dan lainnya, seharusnya kita bisa mendapat kesimpulan yang sama persis dengan apa yang ditulis pada publikasi kami,“ kata dia.

Namun itu bukan perkara mudah.

Sebab, Korea Selatan menjadi salah satu negara yang paling baik dalam penanganan Covid-19.

"Ini waktu terus berjalan, tentu sulit untuk bisa persis seperti mereka. Tapi setidaknya, dari tulisan ini kita bisa mengetahui bahwa Indonesia perlu melakukan sesuatu untuk tetap berada dalam tren yang baik,“ ujar Nuning.

Menurut Nuning, merujuk pada model yang dibangun termasuk faktor-faktor yang krusial, perlu dilakukan pencegahan dari meluasnya penyebaran Covid-19.

Sebab, tingkat penyebaran yang tinggi akan memberatkan rumah sakit.

Tenaga dan fasilitas medis tidak memiliki kapasitas cukup untuk menampung pasien Covid-19.

Social distancing sangat penting

Menurut Nuning, karena vaksin Corona belum ditemukan, pencegahan meluasnya virus bisa dilakukan dengan memutus rantai penularannya.

Salah satunya dengan pembatasan kontak fisik (social distancing).

Dengan cara ini, masyarakat tidak menjadi penular maupun tertular, karena tidak melakukan kontak dengan siapapun, sehingga laju penyebaran dapat menurun atau terjaga konstan.

Bagaimana kita mengendalikan rasa stres akibat kekhawatiran virus Corona?

Ahli Kesehatan Jiwa dr. Dharmawan AP, SpKJ mengatakan, salah satu yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecemasan dan kekhawatiran karena virus Corona adalah menyaring informasi.

Enam Dokter yang Tangani Pasien Virus Corona Meninggal Dunia, karena Ikut Tertular Covid-19?

“Apa yang kita baca perlu disaring,” tuturnya kepada Kompas.com Sabtu (21/03/2020).

Menurutnya, perlu untuk membatasi menonton, membaca dan mendengarkan informasi yang berlebihan yang bisa menambah kecemasan.

Ia mengingatkan kepada masyarakat bahwa jika seseorang diliputi rasa cemas hal itu bisa memicu turunnya imunitas.

Padahal, imunitas atau daya tahan tubuh adalah salah satu hal yang penting untuk dijaga agar seseorang tidak sakit.

“Kalau kita stres, kortisol meningkat, nanti kortisol bisa menurunkan imunitas tubuh,” ingat dia.

Selain mengontrol informasi yang didapat agar tidak cemas, ia juga mengingatkan agar masyarakat jangan sampai ikut pula menyebarkan informasi hoaks.

Saran yang lain adalah masyarakat memerlukan istirahat yang cukup.

“Cukup istirahat, makan makanan yang bergizi,” lanjut dia.

Ia menambahkan, saat seseorang cemas, sedih atau stres adalah sesuatu hal yang normal ketika dirinya tengah dilanda krisis.

Berbicara dengan orang yang bisa dipercaya seperti keluarga atau teman dekat bisa dilakukan untuk meredakan kecemasan itu.

Jauhi rokok, alkohol, dan narkoba

Yang perlu diingat adalah, saat kecemasan datang seseorang harus menjauhi rokok, alkohol maupun narkoba.

Jika merasakan perasaan yang tidak nyaman, maka masyarakat bisa berkonsultasi dengan profesional di bidang kesehatan seperti psikiater.

Saran lain untuk mengendalikan emosi, adalah menggunakan keterampilan mengatasi emosi di waktu lampau untuk membantu mengatasi perasaan yang tidak nyaman saat ini.

Dharmawan juga mengingatkan terkait antisipasi virus Corona yakni agar masyarakat menjaga kebersihan, tidak berkontak dengan banyak orang, kalau perlu pakai masker, menjaga jarak sekitar 1 meter dan selalu menjaga imunitas daya tahan tubuh.

Dituding Bibi Ardiansyah Jadi Pecandu Narkoba Berat, Ayah Vanessa Angel Pasang Badan: Enggak Lah!

Calon Jamaah Haji Tanjabtim Diperkirakan Berangkat ke Tanah Suci Juni Mendatang, Ini Kata Kemenag

Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved