Uni Eropa Tutup Perbatasan, Macron: Kita Sedang Berperang dengan Diri Sendiri

Negara-negara Uni Eropa akan menutup perbatasan seluruh negara Eropa untuk membatasi perjalanan lalu-lintas manusia.

Editor: Nani Rachmaini
Xinhua
Ilustrasi. Petugas memberikan pengobatan tradisional kepada pasien positif virus corona 

Uni Eropa Menutup Perbatasan, Macron: Kita Sedang Berperang dengan Diri Sendiri

TRIBUNJAMBI.COM, PARIS - Negara-negara Uni Eropa akan menutup perbatasan  seluruh negara Eropa untuk membatasi perjalanan lalu-lintas manusia. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona.

Presiden Komisi Eropa mengajak seluruh pemimpin Eropa untuk menerapkan kebijakan tersebut, Selasa (17/3).  "Perjalanan ke Eropa harus dikurangi, karena akan membawa virus, " katanya.

Kebijakan tersebut langsung mendapat sambutan dari negara-negara Eropa. Presiden Prancis Emmanuel Macron memutuskan menerapkan pembatasan pergerakan masyarakat atau lockdown di negeri menara eiffel tersebut.

Kasus virus corona terus melonjak hingga menjadikan Prancis sebagai negara dengan kasus Covid-19 terbanyak ketujuh di dunia. Per Selasa (17/3), Prancis tercatat memiliki 6.633 kasus Covid-19 dengan 148 kematian.

Macron  memerintahkan seluruh masyarakat Prancis untuk berdiam diri di rumah selama 15 hari ke depan.

Pemerintah, paparnya, hanya mengizinkan perjalanan bagi warga dengan alasan penting dan darurat. Keputusan tersebut ia sampaikan Senin (16/3) waktu setempat.

Dalam pidato selama 20 menit yang disiarkan secara nasional, Macron menuturkan pemerintah Prancis "harus melarang pergerakan warga selama setidaknya 15 hari" dan meminimalisir kontak antara sesama masyarakat sebisa mungkin.

Menurut Macron setiap pelanggaran terhadap aturan baru ini akan dikenakan sanksi.

Setiap orang di Prancis yang kedapatan berada di luar tempat tinggal mereka harus bisa membuktikan alasan mereka bepergian kepada pihak berwenang.

"Hanya perjalanan yang diperlukan seperti belanja kebutuhan, perjalanan menuju rumah sakit atau fasilitas kesehatan, dan perjalanan menuju kantor jika memang bekerja di rumah tidak memungkinkan," kata Macron seperti dilansir dari AFP.

Sedikitnya 100 ribu aparat keamanan di Prancis dikerahkan ke seluruh negeri untuk memantau pelaksanaan kebijakan tersebut.

Setiap pelanggar dilaporkan akan dikenai sanksi dan denda sebesar 135 euro atau sekitar Rp2,2 juta.

Macron menegaskan, peraturan baru ini juga melarang setiap perkumpulan massa termasuk bersama keluarga dan teman. Prancis juga telah lebih dulu menutup bar-bar, restoran, dan bioskop. Pemerintah juga telah meliburkan sekolah dan universitas.

Macron menegaskan pengetatan pembatasan pergerakan ini diterapkan setelah masyarakat mengabaikan aturan sebelumnya.

"Bahkan ketika petugas medis memperingatkan tentang gawatnya situasi, kami melihat orang-orang masih berkumpul di taman dan pasar yang ramai, restoran dan bar juga tidak menghormati perintah penutupan," kata Macron.

"Seolah-olah hidup tidak berubah," ujarnya. Kata dia, perilaku acuh tak acuh seperti ini hanya membuat nyawa orang lain dalam bahaya.

"Kita sedang berperang.  Kita sedang bertempur bukan dengan tentara dari negara lain, tapi dengan diri sendiri," kata Marcon seperti dikutip dari bbc.com.

Pemerintah Prancis juga memutuskan menunda pemilihan daerah yang semula berlangsung pekan ini menjadi pada 21 Juni mendatang.

Dia juga akan meminta parlemen untuk menyetujui undang-undang yang bisa memberikan kabinet pemerintahannya menerapkan dekrit "di daerah yang diperlukan untuk menangani krisis" Covid-19 ini.

Selain Prancis dan Jerman, Inggris dan negara Eropa lainnya seperti Polandia, Denmark, Austria, juga mendesak agar warganya tinggal di rumah.

1.174 Tewas Dalam 24 Jam

Jerman juga menambil kebijakan serupa. Menteri Luar Negeri Jerman,  Heiko Maas mendesak warganya untuk tetap tinggal di rumah mulai hari ini, menyusul peningkatan wabah virus corona secara dramatis di belahan dunia.

Pemerintah kemungkinan akan mengambil langkah apa pun, termasuk memulangkan sekitar seribu warganya yang berada di luar negeri demi keselamatan nyawa.

Menurut data dari Universitas Johns Hopkins, kasus terbaru di Jerman ada sekitar 1.174 warganya yang kena infeksi virus corona dalam 24 jam ini. Total lebih dari 7.200 yang terjangkit, dengan kematian 17 orang.

Jerman pun sudah menutup sebagian perbatasannya dengan Austria, Denmark, Prancis, Luksemburg dan Swiss.

Hanya mereka yang memiliki alasan sah untuk bepergian yang diizinkan masuk, seperti penumpang lintas batas dan pengemudi jasa pengiriman barang, kata para pejabat. Penutupan perbatasan ini telah mulai efektif dilakukan sejak pukul 07.00 pagi waktu setempat.

Di perbatasan antara Kiefersfelden di Jerman dan Kufstein di Austria, polisi memperbolehkan truk untuk lewat, namun mereka menghentikan semua mobil penumpang untuk ditanyai, demikian seperti dilihat oleh seorang fotografer AFP.

Sekolah dan pusat penitipan anak di sebagian besar negara bagian Jerman sudah ditutup. Namun, beberapa pengecualian diberikan kepada orang tua dengan pekerjaan penting yang belum menemukan alternatif tempat penitipan bagi anak mereka.

Bayern, negara bagian di selatan Jerman, pada Senin mengumumkan dana senilai 10 miliar euro atau setara dengan 167 tirilun rupiah yang akan digunakan untuk membantu wilayah tersebut menahan laju penyebaran wabah corona.

Seperti dilansir dari Reuters, pemimpin negara bagian Bayern telah mendeklarasikan status darurat karena jumlah kasus yang terus meningkat.

"Situasinya sangat serius dan berubah setiap hari, sayangnya bukan berubah jadi lebih baik," kata Markus Söder, Perdana Menteri negara bagian Bayern. (bbc.com/cnn.com/tribunnetwork/cep)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved