Misteri Final All England 1976 yang Sampai Kini Tak Terpecahkan, Rudy Hartono vs Liem Swie King

Hingga kini, Liem Swie King maupun Rudy Hartono tetap bungkam soal rahasia di balik partai final All England 1976. Bos PT Djarum marah-marah.

Editor: Duanto AS
threader.app
Liem Swie King, pebulu tangkis legendaris Indonesia. 

Hingga kini, Liem Swie King maupun Rudy Hartono tetap bungkam soal rahasia di balik partai final All England 1976 kontroversial tersebut.

DALAM catatan dunia bulu tangkis dunia, ada pertandingan fenomenal yang terjadi pada final All England 1976.

Melayangkan ingatan pada final tunggal putra All England pada 1976, seakan mengungkit kembali sebuah misteri.

Pertandingan tunggal putra di final All England pada 1976 masih menyimpan misteri besar untuk masyarakat Indonesia.

Suguhan All Indonesian Final yang mempertemukan Rudy Hartono vs Liem Swie King, membuat pencinta bulutangkis Tanah Air bertanya-tanya.

King yang sedang dalam performa bagus, di luar dugaan kalah dengan mudah dari Rudy dengan skor 7-15 dan 5-15.

Ya, dua set langsung dengan perbedaan skor yang jauh.

 

Jadwal Lengkap All England 2020 Live Streaming TVRI, Sempat Terancam Ditunda karena Virus Corona

 Tati Sumirah Meninggal Dunia, Legenda Bulutangkis Indonesia Sempat Dirawat 9 Hari

 Rudy Hartono Selamatkan Tati Soemirah dari Pekerjaan Kasir Apotek, Kisah Pilu Mantan Atlet

 Daftar 15 Atlet Berprestasi Jebolan PB DJarum, Mulai dari Alan Budi Kusuma Hingga Liem Swie King

Kontroversi tentang partai tersebut juga mendapat porsi istimewa di buku "Panggil Aku King" yang ditulis Robert Adhi KSP.

Pada cover belakang buku itu tercantum pertanyaan tentang final itu.

Dalam final All England 1976, Liem Swie King "kalah" dari Rudy Hartono.

Rudy menjadi juara ke delapan kali.

Apa yang terjadi sebenarnya?

Benarkah Liem Swie King diminta mengalah?

Mengapa pemilik PB Djarum, Budi Hartono, kecewa pada penampilan King waktu itu?

Liem Swie King diyakini diminta untuk mengalah kepada Rudy Hartono yang merupakan seniornya di pelatnas.

Apalagi kemenangan di final bakal mengantar Rudy mengukir sejarah baru, sebagai pemain yang paling banyak mengoleksi gelar juara All England di nomor tunggal putra, tepatnya sebanyak delapan kali.

Sabtu, 10 Maret 2018 23:54
Kabar Meninggalnya Legenda Bulu Tangkis Indonesia Rudy Hartono
 Rudy Hartono 

Yang menjadi pertanyaan, jika analisis itu benar, siapa pihak yang meminta King mengalah?

Salah satu kecurigaan mengarah pada Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).

Tapi, hingga sekarang tak ada bukti yang membenarkan dugaan tersebut.

Kecurigaan ada pengaturan hasil pertandingan final itu muncul bukan tanpa alasan.

Pada All England 1976, Liem Swie King sedang pada performa terbaik, sehingga melaju mulus tanpa hambatan.

Bahkan saat itu King mampu menyingkirkan pemain-pemain kuat, Sture Johnson di semifinal dan Svend Pri di perempat final.

Kedua pertandingan tersebut dilalui King tanpa hambatan berarti.

Liem Swie King
Liem Swie King ()

Keadaan terbalik justru dialami Rudy yang harus menguras keringat saat berhadapan dengan pebulutangkis asal Denmark, Flemening Delfs, di babak semifinal.

Atlet PB Djarum Paling Sukses di Indonesia, Sederet Prestasi Kevin Sanjaya Selama 2019, Apa Saja?

Gadis Incaran Kevin Sanjaya Lari ke Pelukan Jonatan Christie, Keturunan Tokoh Dinasti Qing Abad 18

Rudy Hartono pun tampil di final dalam kondisi kalah bugar dibanding sang junior di partai puncak.

Di atas kertas, King sangat diunggulkan untuk bisa menjadi juara All England dengan mengalahkan Rudy di partai final.

Namun, performa King yang impresif di babak perempat final dan semifinal tidak terlihat ketika berhadapan dengan Rudy di partai puncak.

Dia dianggap bermain setengah hati sehingga Rudy bisa menang dengan relatif mudah.

Pada buku "Panggil Aku King", Liem Swie King mengaku diomeli habis-habisan oleh pemilik Djarum, Budi Hartono, saat tiba di Indonesia.

Liem Swie King, pebulu tangkis legendaris Indonesia
Liem Swie King, pebulu tangkis legendaris Indonesia (threader.app)

"Pak Budi merasa heran mengapa pertandingan selesai begitu cepat dan aku terlihat tidak bersemangat melawan Rudy Hartono. Budi mengatakan bahwa dia melatihku susah payah selama ini agar aku menjadi juara, bukan bertanding dengan tanpa semangat seperti terjadi di final All England 1976. Pak Budi menganggap aku bisa bertarung habis-habisan melawan Rudy Hartono, tetapi aku tidak melakukan itu," urai King tentang memori final All England 1976.

Penyesalan King

Liem Swie King mengakui ditanya banyak orang tentang final kontroversial itu.

Tak sedikit yang bertanya apakah King sengaja mengalah demi Rudy.

Banyak fansnya yang tak percaya dengan hasil di final All England, apalagi setelah turnamen prestisius tersebut Liem Swie King tampil gemilang membekuk para rival-rivalnya.

Namun, di buku tersebut King tak memberikan jawaban gamblang atas misteri final All England 1976.

Dia hanya mengaku menyesal gagal memenangi pertandingan puncak tersebut.

Tak ada pengakuan maupun bantahan bahwa dia sengaja diminta mengalah demi Rudy Hartono.

"Aku memang sangat menyesal aku tidak menjadi juara All England 1976. Padahal aku merasa di puncak prestasi dan kondisiku sangat fit. Aku menunjukkan bahwa aku mampu ketika uji coba menjelang Piala Thomas, aku mengalahkan semua pemain, baik Rudy Hartono, Iie Sumirat, maupun Tjun Tjun. Aku sungguh menyesal tidak bermain habis-habisan sampai 'berdarah-darah' dalam partai final All England itu," ujar Liem Swie King menutup ceritanya tentang rahasia final All England 1976.

Kemenangan atas King mengukuhkan Rudy sebagai peraih gelar juara All England terbanyak di nomor tinggal dengan delapan kemenangan.

Yang istimewa, tujuh gelar di antaranya diraih Rudy secara beruntun pada pada periode 1968-1974.

Gelar juara sempat lepas dari tangan Rudy setelah kalah dari pemain Denmark, Svend Pri, pada 1975.

Gelar juara pada 1976 menjadi prestasi Rudy yang terakhir di ajang All England.

Prestasi Rudy di nomor tunggal putra All England belum berhasil disamai pemain manapun hingga kini.

Erland Korps dari Denmark pernah meraih tujuh gelar All England, tetapi prestasi itu diraih dalam kurun waktu 10 tahun.

Lalu, setelah sekian dekade berlalu, apakah misteri final All England 1976 berhasil dipecahkan?

Jawabannya tidak.

Final tunggal putra All England pada 1976

Hingga kini, Liem Swie King maupun Rudy Hartono tetap bungkam soal rahasia di balik partai final kontroversial tersebut.

Satu hal yang pasti, keduanya adalah pebulutangkis hebat yang menjadi legenda dan pernah dimiliki Indonesia.

Bisa jadi pertandingan bukan hanya soal menang atau kalah buat para legenda seperti mereka.

Mungkin faktor itu yang membuat Rudy Hartono dan Liem Swie King yang tetap menyimpan jawaban seputar pertanyaan di final All England 1976. Entah sampai kapan. (bola.com)

Daftar 15 Atlet Berprestasi Jebolan PB DJarum, Mulai dari Alan Budi Kusuma Hingga Liem Swie King

Rudy Hartono Selamatkan Tati Soemirah dari Pekerjaan Kasir Apotek, Kisah Pilu Mantan Atlet

Huang Hua, Pebulutangkis Rival Susi Susanti, Ternyta Kini Jadi WNI dan Tinggal di Klaten

Jejak Sejarah PB Djarum, dari Legenda Liem Swie King, Kevin Sanjaya hingga GOR Senilai Rp 30 Miliar

Sumber: BolaSport.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved