Hanya Satu Dibawa Soekarno Saat Diusir Soeharto dari Istana, Jam Rolex dan Barang Berharga Ditinggal

Ada sebuah kisah menarik saat kekuasaan Soekarno berakhir. Saat itu, Soekarno dipaksa Soeharto untuk meninggalkan Istana.

Editor: Nani Rachmaini
Istimewa/Arsip Kompas
Presiden RI ke I Soekarno dan Jenderal Soeharto. 

Dalam buku itu disebutkan, Detasemen Kawal Pribadi (DKP) yang mengawal Soekarno digantikan oleh Satuan Tugas Polisi Militer Angkatan Darat (Satgas Pomad), pada 16 Agustus 1967.

Pergantian itu membuat Soekarno sempat down.

Soekarno merasa kehilangan segalanya.

Sebab, DKP merupakan ring satu yang selalu menjaganya sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

"Karena Komandan DKP Ajun Komisaris Besar Polisi Mangil Martowidjojo sudah ditahan. Sudiyo dan beberapa perwira DKP bersama beberapa perwira Korps Komando Angkatan Laut/ sekarangn Marinir (KKO), sekitar 15 orang mengadakan rapat-rapat untuk merancang rencana melarikan Bung Karno dari tahanan," tulis Sidarto.

Rapat itu mereka adakan di rumah seorang loyalis Soekarno, AKBP Oetoro, di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

"Mereka meminta saya hadir dalam pertemuan tersebut," ungkap Sidarto.

Menurut Sidarto, mereka mengundang dirinya karena menganggap dia adalah ajudan yang dekat dengan Soekarno.

Mereka pun menyampaikan pesan untuk Soekarno.

"Bilang pada Bapak, daripada Bapak meninggal dalam keadaan tersiksa seperti ini, lebih baik sama-sama kita," lanjut Sidarto.

Sidarto pun menyampaikan hal itu kepada Soekarno.

Sidarto pun merasa terkejut.

Sebab, dia sama sekali tidak menyangka Soekarno bersedia dilarikan diri dari tahanan.

Bahkan, Soekarno juga menyampaikan sebuah pesan.

"To, kalau terjadi apa-apa dengan saya, beritahu Mega," kenang Sidarto menirukan ucapan Soekarno.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved