Helmy Yahya Beberkan Alasan Pemecatannya Sebagai Dirut TVRI, Pembelian Hak Siar Liga Inggris Disorot
Helmy Yahya mengakui bahwa pembelian hak siar Liga Inggris yang dijadikan salah satu alasan Dewan Pengawas memberhentikannya sebagai Direktur Utama (D
TRIBUNJAMBI.COM- Helmy Yahya mengakui bahwa pembelian hak siar Liga Inggris yang dijadikan salah satu alasan Dewan Pengawas memberhentikannya sebagai Direktur Utama (Dirut) TVRI memang tak dianggarkan pada tahun 2019.
"Kan ini program 2019 ditawarkan, dananya, anggarannya memang tidak ada. Karena anggaran 2019 sudah di-approve di awal tahun 2019, sementara tawaran itu di tengah tahun," kata Helmy dalam konferensi pers terkait pemberhentiannya sebagai Dirut TVRI di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Jumat (17/10/2020).
Namun, kata dia, sebagai lembaga negara, setiap tahunnya TVRI memiliki penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
• Bae Suzy Tiba-tiba Unggah Foto dengan Perut Membesar, Benarkah Hamil? Ternyata Dia Merayakan Ini
• Apa yang Terjadi di Spoiler One Piece Chapter 968, Kisah Roger dan Laugh Tale
• Kisah Suami Istri Bayar Biaya Persalinan Pakai Uang Koin Rp 1.000 Kumpulkan di Celengan Sejak Hamil
Dalam pembelian hak siar itu, pihaknya menggunakan dana tersebut yang berasal dari penyewaan pemancar, iklan, dan lainnya.
"Yang kami hitung, ini (dana PNBP) bisa masuk (untuk membeli hak siar Liga Inggris)," kata dia.
Sementara itu, Direktur Keuangan Isnan Rahmanto mengatakan, anggaran pemerintah tela disusun satu tahun sebelum program tersebut muncul.
Sebab, pembelian hak siar Liga Inggris ini memang tak pernah direncanakan sebelumnya.
"Program ini muncul di tengah tahun 2019, artinya secara anggaran memang kami belum sediakan," kata dia.
• 6 Bulan kosong, Akhirnya Dukcapil Merangin Sedia 6 Ribu Keping Blanko e-KTP
• Curhat Pilu Wanita Muda Pada Hotman Paris, Berawal Tawaran Minuman Berakhir Ditiduri Teman Kampus
• Masih Ingat Ponari? Dukun Cilik Asal Jember Beri Kabar Bahagia, Tak Lagi Obati Orang Kini Profesinya
Isnan mengatakan, direksi TVRI yang secara kolektif kolegial telah memutuskan bahwa program tersebut dimungkinkan dibiayai oleh PNBP.
"Dan kami mengusahakan untuk membiayai programnya," kata dia.
Adapun dalam poin pertama surat pemberhentian Helmy Yahya sebagai Direktur Utama TVRI bernomor 8/DEWAS/TVRI/2020 disebutkan bahwa Helmy tak menjawab atau memberi penjelasan mengenai pembelian program siaran berbiaya besar antara lain Liga Inggris dari pelaksanaan tertib administrasi anggaran TVRI.
• Tuduh Suami Selingkuh, Istri Pasang Penjepit Logam di Mr P. Tim Kobra Melepasnya Pakai Gergaji Putar
• Orangtua Korban Sudah Duga Jaksa Agung Akan Sebut Tragedi Semanggi I& II Bukan Pelanggaran HAM Berat
• NAK KEMANO KITO: Agenda di Jambi 18-26 Januari 2019, dari Final Gubernur Cup s/d Imlek
• Kisah Kakek Samirin Diadili Karena Pungut Getah Karet Seharga Rp 17 Ribu Milik PT, Hakim Lakukan Ini
Padahal, Dewas sebelumnya sudah memberikan arahan melalui surat nomor 127/Dewas/2019 tanggal 18 Februari 2019.
Bahkan, dalam suratnya, Dewas menyebutkan bahwa penayangan Liga Inggris ini akan menjadi tantangan bagi pengembangan usaha dan Dewan Pengawas meminta memaksimalkan peluang untuk meningkatkan penerimaan negara bukan pajak TVRI.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Helmy Yahya Akui Pembelian Hak Siar Liga Inggris di TVRI Tak Dianggarkan"

Direktur Utama TVRI Helmy Yahya baru saja diberhentikan dari jabatannya oleh Dewan Pengawas TVRI.
Dia pun membela diri dengan menggelar konferensi pers pada Jumat (17/1/2020).
Salah satu alasan pemberhentian Helmy Yahya sebagai Direktur Utama TVRI adalah berkaitan dengan rebranding yang dilakukan lembaga penyiaran publik itu.
Dalam surat Dewan Pengawas TVRI Nomor 8/DEWAS/TVRI/2020, disebutkan bahwa terdapat ketidaksesuaian rebranding TVRI dengan rencana kerja yang ditetapkan dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKAKL).
Hal ini sesuai Keputusan Dewan Pengawas TVRI Nomor 5 Tahun 2018 tentang Penetapan Rencana Kerja dan Sebagainya.
Menanggapi hal tersebut, Helmy Yahya mengatakan justru rebranding yang dilakukan membuat TVRI lebih keren dan kekinian.
"Mereka (Dewan Pengawas) bilang ada ketidaksesuaian, anggarannya ke mana, sebenarnya tidak. Rebranding itu yang membuat TVRI keren," ujar Helmy dalam konferensi pers, Jumat (21/1/2020).
"Bukan saja mengganti logo, tetapi apakah anggarannya ada yang tidak sesuai?
Sangat sesuai walaupun rebandring itu tidak ada di anggaran," kata Helmy Yahya.
Helmy mencontohkan, dirinya ingin mengganti seragam karyawan dengan logo baru dan bertanya terlebih dahulu kepada Direktur Keuangan, apakah ada anggaran untuk membuat seragam baru.
Hal yang sama juga dilakukan untuk melakukan rebranding logo terhadap mobil-mobil dinas TVRI.
Kemudian, dia juga bertanya mengenai ada tidaknya anggaran untuk peluncuran mengenai rebranding tersebut dengan mengadakan konser.
"Saya tahu jawabannya ada (anggaran), oke tanggal 29 Maret kami bikin konser, topiknya rebranding. Oh perlu aktivitas promosi above the line, below the line. Saya tanya berapa dana promosi, (dijawab) 'Ada, Pak Helmy, mainkan'," kata dia.
"Jadi tidak ada satu pun yang tidak sesuai. Apakah terjadi penyimpangan? Tidak, soalnya kalau menyimpang pasti disemprit BPK," ujar dia.
Tidak hanya itu, Helmy Yahya juga menjelaskan tentang re-run program non berita di TVRI.
Pada 2019, program re-run atau penayangan kembali di TVRI hanya sekitar 45 persen, lebih kecil dari tahun 2017 saat pertama kali Helmy masuk ke TVRI yang tercatat sekitar 55 persen.
Ia mengatakan, anggaran program TVRI kecil dibandingkan stasiun televisi swasta yang mencapai Rp 1 triliun hingga Rp 2 triliun.
TVRI, kata dia hanya memiliki anggaran program sebesar Rp 132 miliar.
"Kalau Anda bagi Rp 132 miliar dibagi 365 hari dibagi 22 jam, sebenarnya kami dapat biaya program per episode Rp 15 juta. Bayar Soimah (aktris) pun tidak cukup," kata dia.
"Kami putar otak ini dan dari dulu selalu terjadi re-run karena biaya program itu kurang. Kami sudah fight, terus ditambah sedikit-sedikit sama Menteri Keuangan. Sebelum kami masuk, re-run itu ya 55 persen, setelah kami masuk, 2018 re-run itu berkurang menjadi 49 persen dan 2019 tinggal 45 persen," ucap Helmy.
Helmy mengatakan, untuk mengusahakan hal tersebut dirinya pergi ke luar negeri untuk merayu banyak TV publik di sana.
Hal itu pula yang menyebabkan TVRI akhirnya mendapat banyak hibah mulai dari film kartun hingga drama yang tayang saat ini.
"Kami juga membeli program-program Discovery. Katanya mahal, tidak tuh! Discovery cuma 800 dollar atau Rp 12 juta. Kalau kita bikin sendiri dengan mutu kayak begitu, saya tidak tahu berapa (biaya yang dibutuhkan)," kata dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rebranding Dipermasalahkan, Helmy Yahya Nilai TVRI Justru Lebih Keren"